Tasawufkan Ramadhanmu

Sepertinya memang sudah fitrah kian, manusia akan melebihkan amalnya ketika ahwal ruhaninya meningkat. Meningkatnya ahwal ruhani ini disebabkan oleh banyak hal, bisa jadi karena berada di tempat-tempat atau waktu-waktu yang fadhilah (utama) seperti ketika berada di depan makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam atau makam para auliya’, ketika berada dalam malam lailatul qadar, atau bisa jadi karena lagi tertimpa musibah, bisa jadi karena baru saja mendapat nikmat dan juga bisa jadi ketika lagi mengharap. Masih banyak sebab-sebab lain yang dapat meningkatkan ahwal ruhani seorang hamba kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Amal ibadah orang tidaklah sama, baik jika dibandingkan pada dirinya sendiri di tiap-tiap waktu & tempat atau jika dibandingkan dengan orang kain. Inilah yang menyebabkan diciptakannya surga yang bertingkat-tingkat, sekali lagi karena memang amal orang tidaklah sama. Sebagaimana juga Allah menciptakan neraka bertingkat-tingkat karena memang kejahatan orang tidaklah sama.  Jadi orang yang menolak atau melarang orang lain untuk melebihkan amal-amal ibadahnya adalah orang yang melawan fitrah dan terkeluar daripada kodrat.

Makanya Rasulullah tidak pernah melarang para sahabat untuk melebihkan amal ibadah, bahkan menganjurkan.

Di dalam sebuah hadits tentang berwudhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda:

    فَمَنْ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ فَلْيُطِلْ غُرَّتَهُ وَتَحْجِيلَهُ

“…maka siapa yang sanggup di antara kamu, hendaklah dia melebihkan (basuhan) pada wajah serta tangan & kakinya.” (H.R. Muslim)
 
Dari hadits di atas, para fuqaha’ mensunnahkan mubalaghoh (berlebihan) dalam berwudhu.[1] dengan melebihkan ukuran basuhan[2] pada anggota-anggota wudhu’ hingga melebih batas-batas yang diwajibkan. Setelah mendengar hadits itu, para sahabat banyak yang suka melebihkan ukuran basuhannya ketika membasuh muka hingga sampai ke leher, pada tangan hingga sampai ketiak, dan pada kaki hingga  ke paha. Sebab Nabi mengatakan nanti di akhirat umat Nabi Muhammad akan bercahaya bekas air wudhunya, jadi semakin bertambah luas daerah wudhu’nya akan semakin besarlah cahaya pada anggota wudhu’nya.

Dari hadits di atas pula, dapat kita simpulkan berlebihan dalam suatu ibadah adalah boleh, selama tidak bertentangan atau menyalahi rukun & syarat yang sudah ditetapkan syariat, seperti memperbanyak jumlah harta yang dizakatkan melewati nishob, memperbanyak jumlah dzikir dan shalawat, memperbanyak sholat dan baca alquran, memperpanjang bacaan sholat 3 atau 4 juz dalam satu raka’at (itu kalau dilakukan sendirian, kalau berjamaah jangan panjang-panjang, sunnahnya baca yang pendek-pendek saja, kasihan anak-anak dan orang tua).

Apatah lagi di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini, sangat sangat dianjurkan untuk berlebihan dalam ibadah. Alangkah ruginya kita jika di bulan yang luar biasa, amal ibadah kita biasa-biasa saja. Tidak hanya berlebihan dalam artian secara zhohir ( jumlah, waktu, rukun dan syarat) tetapi juga dalam artian secara bathin (makna & hakekat).

Saudara-saudaraku yang budiman. Berikut yang harus diperhatikan selama bulan Ramadhan. Uraian di bawah ini saya sarikan dari wejangan-wejangan Al-Imam Hujjatul Islam Ash-Shufi Imam Ghazali Ath-Thusi radhiyallahu ‘anhu dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin:

1. Pertama: Semua amal ibadah itu disaksikan oleh makhluk, kita sholat dilihat makhluk, kita sedekah dilihat makhluk, kita baca alquran dilihat makhluk, adapun ibadah puasa ini tidak ada yang melihat kecuali Allah, karena puasa sebenarnya adalah ibadah batin yang hakekatnya adalah semata-mata sabar.[3] Intinya pengendalian diri kata Kiyai Haji Zainuddin MZ Allahuyarham.

2. Kedua: Ada sebuah pelajaran penting yang harus kita ambil dalam puasa Ramadhan ini; yaitu lapar. Saya sempat curiga mengapa ilmu Tasawuf begitu intensif “mengkader” (red: tarbiyah) para muridnya dengan lapar ini. Ternyata di dalam lapar memang terkandung sebuah hikmah yang luar biasa. Lapar dapat melumpuhkan syaitan. Bukan syaitan sebenarnya yang dilumpuhkan, tetapi hawa nafsu. Hanya saja nafsu ini yang menjadi kendaraan syaitan. Jika nafsu lumpuh, syaitanpun lumpuh. Coba deh puasa sehari, dua hari, tiga hari atau lima hari gak buka-buka, dijamin anda lemas dan gak bisa ngapa-ngapain. Marah tak selera, maksiat tak selera, mau ngomongpun tak selera. Nah itulah hikmahnya puasa lima hari tak buka-buka, melumpuhkan segala nafsu, apapun jenisnya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إن الشيطان لييجري من ابن آدم مجر الدم فضيقوا مجاريه بالجوع

“Sesungguhnya syaitan itu benar-benar mengalir dalam tubuh bani adam di tempat peredaran darahnya, maka persempitlah ruang geraknya dengan lapar.” (Muttafaq ‘alaih)

Herannya puasa ini memberikan kekuatan yang luar biasa pada hal-hal kebaikan. Masih ingat bukan, bagaimana tentara Rasulullah memerangi kafir Quraisy di perang Badar dalam keadaan berpuasa, bagaimana tentara kaum muslimin melawan kuatnya tentara Byzantium Roma dan Kisra Parsi, juga dalam keadaan berpuasa, dan bahkan Kemerdekaan Indonesia juga diproklamasikan ketika rakyat Indonesia sedang kelaparan berpuasa?! Dan sebaliknya kejayaan Umawiyah dan Abbasyiah runtuh ketika ketika perut-perut para penguasanya selalu kenyang dan terpuruknya Indonesia juga karena perut-perut para pejabat Indonesia  yang selalu kenyang. Aneh bukan?! Seharusnya semakin lapar semakin tak bertenaga & semakin kenyang semakin bertenaga. Inilah yang disebut dengan kekuatan ruhani. Kekuatan yang terlepas dari hubungan fisik namun bersumber dari hubungan ruhani antara hamba kepada Allah.

 بَلَى إِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا وَيَأْتُوكُمْ مِنْ فَوْرِهِمْ هَذَا يُمْدِدْكُمْ رَبُّكُمْ بِخَمْسَةِ آلافٍ مِنَ الْمَلائِكَةِ مُسَوِّمِينَ

“Ya, jika kamu bersabar & bertakwa dan tentara-tentara kafir itu menyerang kamu sekarang juga, Allah yang akan menggenggam kamu dengan lima ribu tentara malaikat yang memakai tanda.” (Ali-Imran: 125):

إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ

“Jika kamu menolong Allah, Allah menolong kamu dan mengkokohkan kaki-kakimu” (QS. Muhammad: 7)

Untuk berperang saja, puasa ini begitu memberikan kekuatan kepada orang-orang yang berperang, apalagi untuk sholat, mengaji dan pengajian. Makanya di bulan Ramadhan kita begitu kuat dan bersemangat beribadah.

3. Ketiga: puasa yang sah secara fikih itu belum tentu diterima Allah (qobul), karena ibadah yang sah secara fikih, itu artinya adalah ibadah yang terpenuhinya semua rukun dan syarat[4]. Adapun ibadah yang qobul adalah ibadah yang hanya diterima Allah tanpa kerusakan dan cacat. Bisa jadi kecacatannya karena tidak ikhlas dan bisa jadi karena dusta, ghibah dan fitnah..

خمس يفطرن الصائم الكذب و الغيبة و النميمة و اليمين الكاذبة و النظر بشهوة (أخرجه الأزدي في الضعفاء)

“Lima yang membatalkan[5] puasa: ghibah, dusta, fitnah, sumpah palsu, melihat dengan syahwat.” (Hadits Riwayat Asadi dalam Dhu’afa’)

كم من صائم ليس له من صومه إلا الجوع و العطش

“Berapa banyak orang yang berpuasa tetapi dia tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga” (H.R Nasa’i dan Ibnu Majah).

Tidak adanya mendapatkan apa-apa adalah pertanda bahwa ibadah tidak diterima. Jika Allah menerima tentu Allah akan membalas sebagaimana janji-janji-Nya.

Dalam sebuah riwayat yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani dari hadits Ibnu Umar[6] bahwasanya di masa Rasulullah ada dua orang wanita lagi berpuasa kemudian keduanya merasakan lapar dan haus yang sangat dahsyat hingga hampir mati, kemudian keduanya mendatangi Rasulullah minta izin untuk berbuka, kemudian Rasulullah memberikan keduanya mangkuk dan menyuruh untuk memuntahkan sesuatu ke dalam mangkuk tersebut. Maka keduanya muntah dengan muntah yang sangat banyak hingga memenuhi mangkuk, separuhnya adalah darah segar dan separuhnya adalah daging segar. Semua orang terkejut dan Rasulullah bersabda: “Dua orang ini berpuasa dari apa yang dihalalkan Allah dan berbuka dari apa yang diharamkan Allah. Dua-duanya duduk-duduk dan meng-ghibah orang lain, dan yang mereka makan ini adalah daging orang-orang yang mereka ghibahi.” (Riwayat Thabrani)


4. Mendengarkan orang yang lagi berghibah, itu hukumnya sama saja dengan orang yang lagi berghibah, karena kaedah mengatakan: semua yang haram dikatakan itu haram didengarkan[7]

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

المغتاب و المستمع شريكان في الإثم

“Orang ghibah dengan yang mendengarkan  dosanya sama” (HR. Thabrani)

Mengapa dosanya sama, karena keduanya sama-sama menikmati  nikmatnya keburukan orang lain. Walaupun tidak ikut berbicara, tetapi si pendengar ikut “mengiyakan”.

5. Ketika berbuka, maka makanlah sedikit saja sebagai pembuka. Disunnahkan berbuka dengan yang manis-manis, terutama kurma. Artinya boleh berbuka dengan yang selain kurma walaupun tidak ada di masa Rasulullah, seperti kolak pisang misalkan. Dimakruhkan berbuka dengan porsi yang terlalu banyak dan berjenis-jenis. Ya… makanan yang halal memang baik untuk tubuh, tetapi yang merusaknya bukan karena jenis halalnya, tetapi karena banyaknya[8] Makanya rumah-rumah sakit di Indonesia selalu kebanjiran orang opname selepas Ramadhan, biasanya karena sakit gula, kolestrol dan penyakit-penyakit karena terlalu banyak makan lainnya.

Imam Ghazali mengatakan: “Tidak ada ruang yang lebih dibenci Allah daripada perut yang begitu dipenuhi dengan makanan yang halal. Bagaimana dia mau menguasai musuh-musuh Allah (syaitan) dan mematahkan syahwatnya jika pada waktu berbuka dia  melahap semua makanan yang dipuasakannya seharian, bahkan melebihi jumlah dan jenis dari makanannya yang sehari itu, bahkan di bulan Ramadhan dia menyimpan dan memakan semua jenis makanan yang selama ini tidak pernah dimakannya di bulan-bulan biasa di luar Ramadhan. Jika sudah demikian, maka nafsu justru akan semakin berlipat ganda sebab ketika perut terpaksa menahan makanannya di siang hari dan nafsu makanpun berkobar-kobar di sore hari, kemudian diempanin sampai kuenyang di waktu berbuka, maka sang nafsupun begitu menikmati permainan yang lezat ini, berlipat gandalah tenaganya dan ia akan beranak melahirkan syahwat-syahwat baru yang padahal selama ini tak pernah ada pada diri orang tersebut.”[9]

Dari wejangan Imam Ghazali ini, hemat penulis, mungkin ini yang menyebabkan semakin banyak Ramadhan-ramadhan yang telah saya lewati, semakin banyak saya lihat  nafsu-nafsu syahwat model baru yang terus bermunculan. Miris memang, Ramadhankah yang gagal membentuk pribadi-pribadi bertakwa atau diri kitakah yang gagal?!

6. Imam Ghazali juga menasehati agar jangan memperbanyak tidur di siang Ramadhan. Kalau banyak tidur buat apa puasa?! Sebab tujuan puasa adalah merasakan dahsyatnya lapar dan dahaga yang akan melahirkan kekuatan-kekuatan ruhani yang tumbuh dalam qolbu yang merupakan buah daripada sabarnya kepada Allah. Dengan kekuatan inilah nanti dia akan mampu melaksanakan tahajjud malam di bulan Ramadhan dan ibadah-ibadah lainnya. Jika sedari awal kita selalu meninggalkan tahajjud malam maka kemungkinan besar sampai akhir Ramadhan kita akan terbiasa meninggalkan tahajjud malam. Imam Ghazali bilang: “Mungkin saja syaitan lagi tidak mengitari hati seseorang di malam-malam Ramadhan hingga dia mampu melihat malakut sama’ (alam malaikat). Alangkah sayangnya jika malam ini dilewatkan akibat tidur siang kita yang terlalu. Dan lailatul Qadar itu sendiri sebenarnya adalah sebuah ungkapan untuk suatu malam dimana seseorang tersingkap malakut Allah, inilah yang dimaksud dengan firman Allah:

إنا أنزلناه في ليلة القدر(القدر: 1)

“Sesungguhnya kami menurunkan alquran pada malam lailatul qadr”

7. Yang terakhir, setelah berbuka puasa, hendaklah hati kita berada di antara khouf dan roja’. Khouf adalah takut puasa kita tidak diterima dan roja’ adalah begitu mengharap Allah menerima puasa kita. Karena tidak ada satupun kita yang tahu apakah diterima puasa kita hingga kita tergolong orang-orang yang muqarrabin (didekati Allah) atau malah ditolak hingga kita tergolong orang-orang yang mamqutin (dijauhi Allah).

 
Mungkin ini sedikit oleh-oleh dari al-faqir buat Saudara-saudaraku. Wejangan-wejangan Imam Ghazali di atas dirasa sangat perlu saya sarikan agar Ramadhan tahun ini tidak lagi terulang bahwa kita mengabaikan Ramadhan begitu saja tanpa melebihkan amal ibadah dan dengan pemahaman dan penghayatan yang lebih pula.

Al-faqir memohon do’a dari Saudara-saudaraku moga risalah yang sederhana ini Allah mengampuni segala dosa al-faqir dan dapat menambah timbangan kebaikan di hari kiamat kelak. Mohon maaf lahir & batin atas segala kesalahan.

Akhirul Kalam, selamat menunaikan ibadadah puasa Ramadhan 1432 Hijriyah. Moga Allah memberikan pertolongan dan kekuatan pada kita untuk mengisi Ramadhan dengan berbagai amal ibadah. Amîn. Billahi taufiq. Wassalamu’alaikum



Sumber: Ihya’ Ulumuddin Imam Ghazali rahimahullah

Al-faqir ila maghfirati Robbih
Muhammad Haris F. Lubis
Kairo, 25 Juli 2011/24 Sya’ban 1432 H


[1] Fathul Mun’im Syarah Shohih Muslim Hal. 93 Dr. Musa Syahin Lasyin Muqorror Fak. Syari’ah Tkt. 2 Univ. Al Azhar Kairo
[2] Basuh yang saya maksudkan di sini adalah al-ghaslu bukan al-mashu karena syarat rukun pada wajah, tangan dan kaki adalah dengan menyiramkan air (al-ghaslu) bukan dengan menyapukan air (al-mashu) yang hanya digunakan untuk kepala. Tetapi berhubung penggunaan kata basuh dalam bahasa Indonesia biasanya mencakup menyiram dan membasuh maka saya gunakan kata basuh.
[3] Ihya’ Ulumuddin hal.352 jil. 1 Cet. Taufiqiyah Kairo
[4] Tidak makan & minum, tidak berjima’, tidak mengeluarkan mani secara sengaja dan seterusnya, jika hal ini dilakukan maka puasanya batal alias tidak sah..
[5] Uslub mubalaghoh, begitu kerasnya larangan untuk melakukan lima hal di atas sampai-sampai dikatakan membatalkan puasa, jangan diartikan secara zhohir, maksudnya adalah hanya menghilangkan pahala puasa, sebab para fuqaha’ telah ijma’ bahwa kelima hal di atas tidak membatalkan puasa.
[6] Al-Mughni ‘An Hamlil Asfar dalam catatan kaki Ihya’ hal 357, al-Hafizh al-Iraqi
[7] Imam Ghazali  Ihya’ Ulumuddin hal. 357
[8] Ibid
[9] Ibid 358

Share

posted under |

7 comments:

alam_kupukupujantan mengatakan...

assalamu'alaykum warohmatullaahi wabarokaatuh... ^_^

sufi medan mengatakan...

wa alaikumussalam warahmatullahi wa barakatuh ^^

Anonim mengatakan...

Mohon izin untuk facebook yang saya miliki

sufi medan mengatakan...

silahkan :)

ziat mengatakan...

Isi sangat memberi pencerahan...

Unknown mengatakan...

Thanks so much for the shout out! Good luck with the site!

سریال ایرانی
طراحی سایت
جی پی اس ورزشی
اس ام اس
سنگ مصنوعی
آموزش زبان
آموزش تافل
آموزش نقاشی
آموزش تلگرام
خرید کسپر اسکای

Visco mengatakan...

طراحی سایت با وردپرس

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Powered by. Ryosatura. Diberdayakan oleh Blogger.

Cari Topic

Jika kamu ingin tahu kedudukanmu di sisi Allah maka lihatlah kedudukan Allah di hatimu!

Tasawuf itu ihsan

Saudara-saudaraku yang budiman, jangan tertipu oleh dakwaan sebahagian orang bahwa tasawuf tidak ada di dalam alquran. Tasawuf itu ada di dalam alquran, hanya saja ia tersirat. Sebagaimana tersiratnya dilalah-dilalah hukum di balik nash-nash alquran begitu pula isyarat-isyarat tasawuf banyak tersembunyi di sebalik lafazh-lafazh alquran. Bukan ianya hendak disembunyikan Allah dari semua orang, tetapi agar ada usaha dan upaya untuk melakukan penggalian terhadap sumber-sumber ilahiyah yang dilakukan oleh jiwa-jiwa yang intibah. Di situlah akan muncul ijtihad dan mujahadah yang mengandung nilai-nilai ibadah (wa ma kholaqtul jinna wal insa illa liya'buduni).

Tasawuf itu akhlaq (innama bu'itstu li utammima makarimal akhlaq); berusaha mengganti sifat-sifat madzmumah (takhalli) dengan sifat-sifat mahmudah (tahalli). Kedua proses ini sering disebut dengan mujahadah. Para Rasul, Nabi, dan orang-orang arif sholihin semuanya melalui proses mujahadah. Mujahadah itu terformat secara teori di dalam rukun iman dan terformat secara praktek di dalam rukun Islam. Pengamalan Iman dan Islam secara benar akan menatijahkan Ihsan. Ihsan itu adalah an ta'budallaha ka annaka tarah (musyahadah), fa in lam takun tarah fa innahu yarok (mur'aqobah). Ihsan inilah yang diistilahkan dengan ma'rifat. Ma'rifat itu melihat Allah bukan dengan mata kepala (bashor) tetapi dengan mata hati (bashiroh). Sebagaimana kenikmatan ukhrowi yang terbesar itu adalah melihat Allah, begitu pula kenikmatan duniawi yang terbesar adalah melihat Allah.

Dengan pemahaman tasawuf yang seperti ini, insya Allah kita tidak akan tersalah dalam memberikan penilaian yang objektif terhadap tasawuf. Itulah yang dimaksud oleh perkataan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah; "Dan kami tidak mengingkari tarekat sufiyah serta pensucian batin daripada kotoran-kotoran maksiat yang bergelantungan di dalam qolbu dan jawarih selama istiqomah di atas qonun syariat dan manhaj yang lurus lagi murni." (Al Hadiah As-Saniyah Risalah Syaikh Abdullah bin Muhammad bin Abd. Wahhab hal.50 dalam kitab Mauqif A'immah Harakah Salafiyah Cet. Dar Salam Kairo hal. 20).

Adapun praktek-praktek yang menyimpang dari syariat seperti perdukunan, zindiq, pluralisme, ittihad dan hulul yang dituduhkan sebahagian orang; itu adalah natijah daripada tasawuf, maka itu tidak benar, sangat jauh dari apa yang diajarkan oleh tokoh-tokoh sufi; Imam Junaid Al-Baghdadi, Imam Ghazali, Imam Ibnu Arabi, Imam Abd. Qadir Al-Jailani, Imam Abu Hasan Asy-Syadzili, Imam Ibnu Atho'illah As Sakandari, Imam Sya'roni, Imam Suyuthi, Syaikh Abdul Qadir Isa dan imam-imam tasawuf lainnya qaddasallahu sirrahum.

Tasawuf juga adalah suatu ilmu yang membahas jasmani syariat dari sisi lain. Sisi lain yang dimaksud adalah sisi ruhani. Kalau fiqih membahas syariat dari sisi zhohir, maka tasawuf dari sisi batin. Sholat misalkan, ilmu tentang rukun, syarat dan hal-hal yang membatalkan sholat itu dibahas dalam ilmu fiqih. Adapun ilmu tentang khusyu' hanya dibahas dalam ilmu tasawuf. Wallahu a'lam.

free counters
bloggersumut.net
Blog ini ada di Komunitas Blogger Indonesia -AntarBlog-

Mengenai Saya

Foto saya
Al-faqir dilahirkan di sebuah kota kecil Pangkalan Berandan Kab. Langkat Sumatera Utara. Di kota kecil ini minyak bumi pertama sekali ditemukan di Indonesia (tepatnya di desa Telaga Said). Saat ini al-faqir sedang menempuh pendidikan di Universitas Al Azhar Kairo Fakultas Syariah wal Qanun. Blog ini merupakan sebagai sarana saja bagi saya untuk sharing bersama teman-teman, silaturahmi dan menambah wawasan. Hehe jangan tertipu dengan nama blog "Sufi Medan" karena ini hanya nama blog saja, adapun si empunya sendiri bukanlah seorang sufi, hanyasaja mencintai orang2 sufi. Sufi adalah gelar yang hanya diberikan untuk orang-orang yang mengamalkan ajaran-ajaran Tasawuf dengan benar. Tentunya di sana sini masih banyak kekurangan, al-faqir sangat mengharapkan perbaikan dari Teman-teman semuanya. Saran dan masukan sangat saya nantikan. Dan bagi siapapun yang ingin menyebarkan artikel2 dalam blog ini saya izinkan dan saya sangat berterima kasih sudah turut andil dalam mengajak saudara-saudara kita kepada kebaikan dan yang ma'ruf. Terima kasih sudah berkunjung di blog orang miskin. Moga Allah senantiasa memberkahi dan melindungi Teman-teman semuanya. Billahi taufiq, wassalamu'alaikum.

Followers


Recent Comments