tag:blogger.com,1999:blog-55915946440260259062024-03-05T17:47:31.744+02:00Sufi MedanTasawuf itu Bagaimana Hati Kita Senantiasa Bersama Allah Dalam Kondisi ApapunSufi Medanhttp://www.blogger.com/profile/12215886428911434150noreply@blogger.comBlogger66125tag:blogger.com,1999:blog-5591594644026025906.post-55458000523087768112013-07-11T03:35:00.000+02:002013-07-11T03:50:51.679+02:00Benarkah Grand Shaikh Al-Azhar Merestui ‘Kudeta Militer’?<div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYBo6UbF9llH2aS1iTlNMxbdeIMcgNWJ12sSwaqZKBoDvUoAPodWd_uJNRMr53PlGBC0mLhnUoVmyySLsuJ4s3xRsZKGEkPhCyKJ4Q0VZAWuHTRcBSfE1k7cz_12JCPShUM8wy12dKQ9Y6/s1600/640x392_90564_104756-300x183.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="122" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYBo6UbF9llH2aS1iTlNMxbdeIMcgNWJ12sSwaqZKBoDvUoAPodWd_uJNRMr53PlGBC0mLhnUoVmyySLsuJ4s3xRsZKGEkPhCyKJ4Q0VZAWuHTRcBSfE1k7cz_12JCPShUM8wy12dKQ9Y6/s200/640x392_90564_104756-300x183.jpg" width="200" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Oleh: Ust. Muhammad Syafi’i LC,</b></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Alumnus Universitas Al-Azhar-Kairo</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Beberapa waktu lalu, saya sempat membaca sebuah tulisan lepas di situs fimadani.com. Tulisan bertajuk “Syaikh Al-Azhar dan Kudeta Mesir” itu mencoba menganalisa pilihan Syaikh Ahmad Thayyib selaku Grand Shaikh Azhar dalam persoalan politik di Mesir. Ada beberapa tanggapan yang ingin saya utarakan, agar kita tidak sembarangan dalam menghukum pilihan tersebut, apalagi sampai menghukum dan menghina personal beliau yang merupakan Imam bagi sebuah lembaga besar umat Islam di Dunia, Al-Azhar Asy-Syarif.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Pertama, jika kita mengamati judul tulisan tersebut “Syaikh Al-Azhar dan Kudeta Mesir”, sepertinya ada yang rancu lantaran yang dibahas oleh penulis adalah kudeta militer bukan kudeta Mesir. Jadi sangat kurang tepat apabila judul tulisan tersebut memakai judul “Syaikh Al-Azhar dan Kudeta Mesir”.<br />
<br />
<a name='more'></a></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Kedua, di dalam tulisan tersebut disebutkan “Sikap yang diambil oleh Syaikh Al Azhar DR. Ahmad Ath Thayib, yang sejalan dengan rencana kaum sekuler Mesir, dan antek-antek mantan presiden terguling Husni Mubarak, untuk mengudeta presiden yang sah DR. Muhammad Mursi…..”<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Penulis membuka dengan prolog yang tendensius, seolah-olah Syaikh Ahmad Thayyib berkomplot dengan rencana ‘Kaum Sekuler Mesir dan Antek Mantan Presiden Mesir Husni Mubarak’. Padahal, yang harus diketahui bahwa sikap tersebut diambil oleh Syaikh Ahmad Thayyib pada tanggal 3 Juli saat militer menginisiasi rekonsiliasi Nasional dengan mengundang beberapa tokoh penting negara di mana salah satunya adalah Grand Shaikh Azhar. Rekonsiliasi ini mestinya dilakukan jauh-jauh hari sebelumnya oleh Presiden Mursi untuk mengatasi konflik yang sudah mengarah kepada bentrok fisik. Rekonsiliasi ini sendiri awalnya merupakan ultimatum militer untuk Pemerintah pada tanggal 1 Juni agar pemerintah segera menyelesaikan dan mencari solusi atas konflik tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Nah, di sini kita harus menyamakan persepsi tentang apakah yang dimaksud dengan kudeta militer? Apakah kudeta militer itu terjadi saat presiden dinon-aktifkan oleh militer atau saat kekuasaan presiden diambil alih dengan campur tangan militer? Atau sama sekali tidak terjadi Kudeta Militer melainkan yang terjadi adalah hasil pertemuan antara pihak-pihak yang menginginkan Mesir segera keluar dari konflik? Hal ini saja masih jadi perdebatan yang patut dibaca dengan jeli.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Kalau kudeta militer itu adalah apa yang terjadi pada tanggal 1 Juli di mana saat itu militer mengultimatum Presiden agar segera menyelesaikan konflik, maka Sikap Syaikh Azhar pada tanggal 3 Juli tidak bisa mutlak dianggap sebagai bagian dari plot kudeta militer. Kenapa? Karena kudeta militer sendiri sudah terjadi. Sedangkan Syaikh Azhar sendiri hanya datang memenuhi undangan untuk mencari solusi atas konflik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Kalau kudeta militer itu adalah yang terjadi pada tanggal 3 Juli, maka tetap saja kedatangan Syaikh Azhar pada proses rekonsiliasi nasional tersebut tidak sama sekali menunjukkan bahwa Syaikh Azhar adalah bagian dari mereka yang diklaim “sekuler dan berencana menurunkan Presiden Mursi”. Mengapa ? Karena Syaikh Azhar dalam pernyataan beliau lebih memilih untuk “segera dilaksanakan pemilu ulang secepatnya” dengan tujuan menghentikan mudharat yang lebih besar yakni benih perang saudara antara dua kubu yang sudah panas waktu itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi, tidak benar bahwa Syaikh Azhar menjadi bagian dari mereka yang ingin mengudeta Presiden Morsi. Kedatangan beliau adalah untuk memberikan solusi efektif secepat mungkin saat itu dan untuk mengantisipasi kemudharatan yang lebih besar yakni bentrok fisik dan pertumpahan darah antara sesama warga Mesir.</div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Ketiga, penulis menyinggung salah satu latar belakang beliau yakni “…Berlatar Belakang Sufi…”. Ini hal yang lucu ketika dikait-kaitkan dengan sikap Beliau. Entah apa alasan penulis memasukkan hal ini menjadi bagian “analisa yang mungkin diutarakan ke publik mengenai sebab mengapa Syaikh Al Azhar mendukung rencana kudeta militer terhadap presiden Mursi…”. Sub tema tersebut oleh penulis lalu dielaborasikan ke dalam rangkaian tulisan yang tidak ada hubungannya dengan sub tema. Dari 4 paragraf yang merupakan pengembangan sub tema tersebut, hanya paragraf pertama yang sinkron dengan judul sub tema. 3 paragraf lainnya justru mencoba menjelaskan latar belakang Syaikh Ahmad Thayyib, dan sayangnya itu pun banyak memiliki kesalahan (lucu karena penulis kuliah di Al-Azhar tapi tidak tahu biografi Syaikhnya).</div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Perhatikan tulisan penulis berikut : “…setelah mendalami bahasa Perancis-nya di kantor Peradaban Perancis di Kairo. Beliau melanjutkan pendidikan S-3 nya ke Paris, di Sorbonne Universiti Perancis Tidak tertutup kemungkinan faktor lingkungan Barat, dan pindidikan beliau selama di Perancis, sedikit banyak memberi pengaruh di dalam diri beliau akan tidak perlu dikait-kaitkannya politik dengan Islam, yang identik dengan cinta dan kedamaian. Dan presiden Mursi di sokong oleh partai-partai Islam…”. Yang benar, Syaikh Ahmad Thayyib itu lulus S-3 nya dari Universitas Al-Azhar jurusan akidah filsafat. Adapun perjalanan Ilmiah beliau ke Sorbonne, itu murni bagian dari pendidikan dan riset ilmiah –yang juga merupakan tradisi Al-Azhar dari dulunya mengirim beberapa kadernya kesana untuk meneliti serta mendakwahkan Islam- sehingga tuduhan bahwa beliau kemudian berpikiran “tidak perlu dikait-kaitkannya politik dengan Islam.” Itu sudah mentah dengan sendirinya. Yang lebih berbahaya, sadar atau tidak, penulis sedang menjebak para pembaca untuk menuduh dan menghukumi Syaikh Ahmad Thayyib itu seorang yang sekuler (paham yang memisahkan negara dan politik dari Islam), Na’udzbillah min hadzal qaul.</div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Keempat, penulis mengungkap keterkaitan Syaikh Ahmad Thayyib dengan Partai Hizbul Wathan “Selain jabatan itu, beliau juga merupakan anggota partai Hizbul Wathani, yang diketuai oleh mantan presiden Husni Mubarak. Bidang yang diamanahkan pada beliau oleh partai itu adalah sebagai anggota Bidang Amanat Perpolitikan partai…”.</div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk menjawab hal ini, perlu diketahui bahwa pada zaman rezim Husni Mubarak, di mana waktu itu Grand Shaikh Azhar –Alm. Syaikh Thanthawi- meminta langsung kepada Presiden agar Rektor Universitas Al-Azhar dijadikan bagian dari Maktab As-Siyasi partai penguasa (Hizbul Wathan) dengan tujuan agar Universitas Al-Azhar dapat berperan lebih aktif dalam membangun negeri. Dalam sistem Hizbul Wathan sendiri ada yang namanya Maktab As-Siyasi dan Lajnah As-Siyasiyah. Lajnah As-Siyasiyah ini yang lebih kita kenal sebagai dewan pengurus harian partai di mana mereka bertanggung jawab langsung untuk mengurus sistem perpolitikan mereka. Adapun Maktab As-Siyasi adalah orang-orang yang dianggap berperan penting di Negara Mesir serta memiliki aktifitas untuk memajukan Mesir (bukan memajukan Partai).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Permintaan ini sendiri ditolak pada zaman rektor Prof. Dr. Abdul Fattah Syaikh. Walau begitu, Al-Azhar selalu mengusahakan hal tersebut di mana pada akhir masa kepemimpinan rektor Prof. Dr. Ahmad Umar Hasyim, permintaan itu akhirnya dikabulkan. Adapun implementasinya adalah pada masa kepemimpinan Rektor Prof. Dr. Ahmad Thayyib. Jadi, sebenarnya kedekatan Syaikh Ahmad Thayyib dengan partai Hizbul Wathan bukan lantaran personal beliau yang orang politik, namun karena jabatan beliau sebagai Rektor Universitas Al-Azhar.</div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Yang lebih tragis, penulis juga mengatakan “…Karir tertinggi beliau sebagai Syaikh Al Azhar, diperoleh setelah meninggal Syaikh Al Azhar Muhammad Sayyid Thanthawi. Dan posisi yang sejajar dengan Perdana Menteri ini, diserahkan langsung oleh mantan presiden Husni Mubarak pada tanggal 19 maret 2010…” seolah-oleh melegitimasi tuduhan penulis bahwa Syaikh Ahmad Thayyib itu adalah orang yang benar-benar ‘Antek Husni Mubarak’. Padahal, faktanya adalah para Ulama Azhar memilih beberapa kandidat untuk diangkat menjadi Grand Shaikh Al-Azhar di mana beliau menjadi salah satu kandidat selain Prof. Dr. Ahmad Umar Hasyim dan Prof. Dr. Ali Jum’ah. Pada akhirnya beliaulah yang terpilih.</div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi tidak benar berbagai analisa yang berkembang bahwa Grand Shaikh Azhar, Ahmad Thayyib telah berkomplot dengan Militer untuk mengudeta Presiden Mursi (itupun kalau kita sepakat bahwa yang terjadi memang kudeta militer). Yang benar adalah sebagaimana yang beliau utarakan bahwa beliau memilih pendapat tersebut berdasarkan logika Ulama beliau untuk mengambil hal yang paling ringan dari dua mudharat (Akhaf Adh-Dharain). Bukanlah hal yang bijak untuk menghukumi beliau dengan hal-hal yang negatif seperti Ulama Sulthan, pengkhianat dan macam-macam perkataan keji lainnya. Apalagi status beliau masih muslim dan beliau sudah mengakui sebab kenapa beliau memilih pilihan tersebut. Maka, berbaik sangka pada seorang muslim adalah kewajiban kita bersama, dan berkata yang baik adalah Akhlak yang tidak boleh kita tinggalkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Dan jangan pula sampai muncul kalimat bahwa beliau meridoi tumpah darah yang terjadi, karena kalau kita mau jujur dan adil, beliau sendiri sangat membenci tumpah darah, penghinaan terhadap kemuliaan rumah ibadah serta pertengkaran antara sesama muslim. Beliau sudah berbuat sesuai ilmu dan kapabelitas, hanya saja beberapa dari kita begitu mudah terpengaruh media sehingga berburuk sangka pada beliau. Syaikh Ahmad Thayyib pastinya tidak sembrono dan gerasak-gerusuk dalam mengambil keputusan. Beliau paham betul mana langkah politik dan mana langkah non politik meski keduanya disampaikan secara diplomatik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Terlepas dari apa yang terjadi saat ini, mari kita sama-sama memperbanyak doa, terutama di bulan yang agung ini. Semoga Allah mengabulkan doa kita, demi kebaikan Mesir dan Islam. Mari membuka mata dan nurani. Merapat dan memilih ulama yang Rabbani agar selamat di kemudian hari. Masyarakat yang cerdas bukanlah mereka yang takut berbeda tapi mereka yang menyikapi perbedaan dengan ‘bijaksini’ dan bijaksana. Tanpa melontarkan kata-kata yang nista. Tetap menghormati semua guru sebagai orang tua. Agar mendapat ilmu dan berkah yang selama ini dicita. Amin.</div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
Sumber: <a href="http://www.mosleminfo.com/index.php/opini/benarkah-grand-shaikh-al-azhar-merestui-kudeta-militer/">mosleminfo</a></div>
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
Sufi Medanhttp://www.blogger.com/profile/12215886428911434150noreply@blogger.com11tag:blogger.com,1999:blog-5591594644026025906.post-1919951601109002202012-07-26T17:30:00.001+02:002013-07-11T07:53:39.254+02:00Imam Syathibi: Ciri-Ciri Aliran Sesat Susah Diajak Dialog Terbuka (Hasil Dialog Bersama Akhwat 'Salafi' Seputar Hukum Cadar)<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi00ba4tkb1Z4eagnmllLU9SBfKgMvdQnnCSLsiITM0ad1A1gIAlCyhKMUZ5QcNTPdsxX-zWVs56mN-oYm14881OOHjz0UcVecLpi_fN26LpyMx80l0NU0-reWwW4MZXT8M6bcf-5HN8sVz/s1600/564738_100740490073249_804901580_n+(1).jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; text-align: justify;"><img border="0" height="160" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi00ba4tkb1Z4eagnmllLU9SBfKgMvdQnnCSLsiITM0ad1A1gIAlCyhKMUZ5QcNTPdsxX-zWVs56mN-oYm14881OOHjz0UcVecLpi_fN26LpyMx80l0NU0-reWwW4MZXT8M6bcf-5HN8sVz/s200/564738_100740490073249_804901580_n+(1).jpg" width="200" /></a></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="text-align: justify;">Al-Imam Asy-Syathibi menjelaskan dalam al-I’tisham, bahwa sebagian besar kaum ahli bid’ah dan pengikut aliran sesat tidak suka berdialog dan berdebat dengan pihak lain. Menurut Asy-Syathibi, mereka tidak akan membicarakan pendapatnya dengan orang yang alim, khawatir kelihatan kalau pendapat mereka tidak memiliki landasan dalil syar’i yang otoritatif. Sikap yang mereka tampakkan ketika bertemu dengan orang alim adalah sikap pura-pura. Tetapi ketika mereka bertemu dengan orang awam, mereka akan mengajukan sekian banyak kritik dan sanggahan terhadap ajaran dan amaliah umat Islam yang sesuai dengan syari’at. (</span><a href="http://ummatipress.com/2011/03/25/inilah-ciri-ciri-umum-aliran-sesat-semuanya-ada-di-salafy-wahabi/" style="text-align: justify;">Ummatipress.com</a><span style="text-align: justify;">)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: justify;">
Foto di atas adalah gambar yang diupload oleh seorang ukhti 'salafi' tersebut. Setelah up-load, perusuh pun datang berkomentar, berikut cuplikan dialognya, selamat menyaksikan:</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<a name='more'></a><div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Juragan El-d'roy Kok mukanya gak keliatan? Bagus gak usah foto. Kasihan anak cucunya ntar gak bisa liat senyum nenek waktu wisuda.</div>
<div style="text-align: justify;">
5 jam yang lalu · Suka · 1</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Ukhti Singkong Awas Juragan El-d'roy elo kok GOBLOQ banget ya..... memalukan lulusan dari timur tengah kok hatinya MATI kayak gitu ....... hahahhaha, sini ijazamu tak buat ileriiii..........mana gelar LC mu haaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!!!!!</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Juragan El-d'roy Bercadar tapi gak ada akhlaknya buat apa?!</div>
<div style="text-align: justify;">
40 menit yang lalu · Suka</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ukhti Singkong Awas Juragan El-d'roy ente salah klo menghina saudaraku yang satu ini ......... matamu buta klo ente bilang dia tak punya akhlaq.......... KENAPA antum pikir ana yg blm pakai cadar tapi jilbaber ngk berani sama ente hahahha............. jangan salahhhh!!!!!!!! TIDAK AKAN ANA BIARKAN MENGHINA SAUDARAKU SIAPAPUN ITU WALAPUN DIA ANAK PRESIDEN SEKALIPUN....!!!!!!!! KLO PERLU BUNUH!!!!!!!!</div>
<div style="text-align: justify;">
20 menit yang lalu · Suka</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Juragan El-d'roy Ana bukan bilangin saudara antum, tapi bilangin antum. Antum bercadar tapi gak berakhlak.</div>
<div style="text-align: justify;">
19 menit yang lalu · Suka</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ukhti Singkong Awas yeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee hahahhaha, ana kan blm pakai wekkkkkkk :P ......... antum bilang ana ngk ber akhlak karena antum ngk terima ana HINA!!, makanya jangan menghina orang dulu sebelum kau di hina ......... ANA LAWANYA UNTUK SAUDARA2KU YANG BEGITU HANIF DAN TAK MAU MEMBANTAH, MAKA ANA YANG AKAN MEMBANTA DAN MENGHINA KALIAN!!!!!!!</div>
<div style="text-align: justify;">
17 menit yang lalu · Suka</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Juragan El-d'roy Coba tunjukkan kalimat saya yang menghina antum!</div>
<div style="text-align: justify;">
16 menit yang lalu · Suka</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ukhti Singkong Awas Kok mukanya gak keliatan? Bagus gak usah foto. Kasihan anak cucunya ntar gak bisa liat senyum nenek waktu wisuda. ini contoh menghina sejcara halus ......... ENTE ISLAM NGK, BELAJAR SOAL HIJAB NGK, KULIAH NGK........</div>
<div style="text-align: justify;">
15 menit yang lalu · Suka</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Juragan El-d'roy Itu bukan menghina, tapi mengevaluasi. Tidak ada maksud saya untuk menghina. Benarkan kalau pakai cadar, mukanya gak keliatan, otomatis ntar anak-cucunya gak bisa menyaksikan senyumnya ketika wisuda?!</div>
<div style="text-align: justify;">
13 menit yang lalu · Suka</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ukhti Singkong Awas Klo manusia yg pernah berpendidikan, ngk mungkinlah dia bicara begitu ........... karena apa dia tau ILMUNYA, berati ente kan GOBLOQ ngk tau ilmunya hahahhaha............... Ups, haduhhh maaf masss adek ngk bisa kontrol nih amarah...... sek sek lucu wkwkwkkwkw................</div>
<div style="text-align: justify;">
11 menit yang lalu · Suka</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ukhti Singkong Awas Lulusan LC kok ngk tau hukunya NIQOB kan yo LUCU GITU LHOOOOOOOO.... hahhahaha...... sek sek ana mau pipis kebelet hahahha.</div>
<div style="text-align: justify;">
10 menit yang lalu · Suka</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Juragan El-d'roy iya gak papa kok :)</div>
<div style="text-align: justify;">
10 menit yang lalu · Suka</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ukhti Singkong Awas Alhamdulilah klo ente sadar wahahahha..... ting ^_~</div>
<div style="text-align: justify;">
9 menit yang lalu · Suka</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Juragan El-d'roy Niqob itu hukumnya mubah, bukan sebuah kewajiban. Bisa menjadi sunnah bila niatnya iqtida' li azwaji Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. :)</div>
<div style="text-align: justify;">
9 menit yang lalu · Suka</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ukhti Singkong Awas Pinterrrrrrrrrrrrrrrrr.................. heheheh nah gitu kan manis, cakepnya kelihatan tuhhh!!! ^^</div>
<div style="text-align: justify;">
8 menit yang lalu · Suka</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Juragan El-d'roy Bahkan hukumnya bisa menjadi makruh jika memakai niqab di lingkungan yang tidak memakai niqab. Itu namanya libas asy-syuhrah di dalam fiqhu al-libas..</div>
<div style="text-align: justify;">
4 menit yang lalu · Suka</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Juragan El-d'roy Coba buka bab pakaian di dalam kitab2 fiqih. Insya Allah akan anti temukan pembahasan tentang berpakaian ini :)</div>
<div style="text-align: justify;">
3 menit yang lalu · Suka</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ukhti Singkong Awas Ngawurr.....</div>
<div style="text-align: justify;">
3 menit yang lalu · Suka</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Juragan El-d'roy Ukhti adalah seorang akhwat salafi. Bisa tolong kemukakan bantahan beserta alasannya terhadap penjelasan saya di atas? :). Nanti insya Allah akan kembali saya tanggapi dengan rudud ilmiyah yg insya Allah akan menjadi sebuah dialog yg menarik untuk mengungkap kebenaran jika kita dialognya sama2 dengan pikiran dan hati yang terbuka :)</div>
<div style="text-align: justify;">
beberapa detik yang lalu · Suka</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ukhti Singkong Awas NO, ana tau siapa ente, ente adalah penghina SALAFY maless........ ana bicara sama ente dadada sayanggggggggggggg muaachhhhhh wkwkkwkwkw</div>
<div style="text-align: justify;">
19 menit yang lalu · Suka</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Juragan El-d'roy Saya penghina?! Coba bandingkan dengan kalimat2 Ukhti di atas? Siapa sebenarnya yang tukang penghina? :)</div>
<div style="text-align: justify;">
18 menit yang lalu · Suka<br />
<br />
~~~~Setelah menunggu 20 menit, suasana menjadi sepi senyap. Tidak ada lagi tanggapan dari akhwat tersebut. Dialogpun selesai~~~~</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span class="fullpost">
</span>Sufi Medanhttp://www.blogger.com/profile/12215886428911434150noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5591594644026025906.post-82700283310954161262012-07-22T06:04:00.000+02:002012-07-22T06:05:28.388+02:00Kita Menyembah Allah, Bukan Menyembah Ramadhan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgifRURK7-Gb9sOoCawuIJzj31CaFAYy9nXt5hSZpyVCLrZuMkud2xJTEXD1c9riV-AXPMyKBrkMx6n1mNhFUt8tytGOvM4yx8sWHQGCdwUzVO3Sp-_tJqEgEMJiZBVKFsXZ0EN95mjd7vL/s1600/Maulana1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgifRURK7-Gb9sOoCawuIJzj31CaFAYy9nXt5hSZpyVCLrZuMkud2xJTEXD1c9riV-AXPMyKBrkMx6n1mNhFUt8tytGOvM4yx8sWHQGCdwUzVO3Sp-_tJqEgEMJiZBVKFsXZ0EN95mjd7vL/s320/Maulana1.jpg" width="208" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Oleh Syaikhna al-Arif Billah Sidi Yusuf Bakhour al-Hasani</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bismillahirrahmanirrahim…</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Salam Ramadhan Mubarak kepada saudara-saudara Islam sekalian, semoga Allah mengizinkan kita memahami erti sebenar hakikat Ramadhan sebagai seorang Islam. Bagaimanapun sebagai orang yang mengikuti ‘toriq’ atau jalan menuju Allah, nasihat saya kepada semua dan diri saya sendiri adalah, bulan Ramadhan bukan sekadar bulan ibadah dan meningkatkan pahala dari Allah SWT tetapi untuk menyediakan diri kita sebagai hambaNya yang sebenar. Kita menyembah Allah, bukan bulan Ramadhan, kita adalah hamba Allah bukan hamba Ramadhan. Ramadhan adalah sebab untuk kita mendekatkan diri kepada Allah, yang mana kita patut menyibukkan hati kita kepada Allah SWT, bukan kepada bulan Ramadhan itu sendiri. Ini bermakna bukan sekadar menyibukkan hidup kita dengan qiyamullail, berpuasa dan pelbagai amalan baik yang lain tetapi niat kita adalah untuk memyibukkan diri dengan sesuatu iaitu Allah Subhanahu wa Taala sahaja. Rasulullah Sollallahu Alaihi Wasallam (SAW) bersabda:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Orang yang menyibukkan diri dengan Allah akan dipelihara Allah daripada kesibukan lain.”</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
Oleh itu, jadikan semua niat kita kepada Allah semata-mata dan hubungkan akhlak kita dengan Allah Yang Maha Esa demi memperbaiki amalan kita dengan orang lain. Saya mengingatkan, sibukkanlah diri dengan Allah, Allah akan melindungi kita daripada kesibukan lain. Perbaiki diri kita secara praktikal kerana ia boleh memperbaiki hubungan kita dengan orang lain secara praktikal. Janganlah lupakan tragedi yang telah menimpa umat Islam ketika bulan ini, bantulah mereka dengan berdoa kepada Allah, demi meingkatkan taraf Ummah serta mempimpin kita ke jalan yang benar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kita bukanlah hakim masyarakat, kita adalah sebahagian daripada bangsa seluruhnya. Kita adalah orang Islam, Alhamdulillah. Kita sampaikan nasihat sebagaimana perintah Allah dan RasulNya yang mendengar perintah Allah Subhanahu wa Taala, bukan dirinya sendiri SAW. Sekali lagi, semoga Allah memberi rahmatNya kepada kita semua, selawat dan salam kepada nabi kesayangan kita, Muhammad SAW.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saudara-saudaraku,</div>
<div style="text-align: justify;">
Ingatlah bahawa bulan ini adalah bulan kemaaafan. Oleh itu, maafkan semua orang yang telah melakukan kesilapan kepada kita, doakan untuk mereka, minta ampun kepada mereka yang telah kita lakukan kekhilafan. Ini adalah cara terbaik untuk memulakan puasa di bulan yang mulia ini serta memperbaiki hubungan dengan Allah dan semua saudara seIslam. Satu perkara yang boleh dikatakan di akhir ucapan ini, ini adalah bulan untuk jujur kepada diri sendiri serta menilai sikap sebenar kita terhadap orang lain.</div>
<span class="fullpost">
</span>Sufi Medanhttp://www.blogger.com/profile/12215886428911434150noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-5591594644026025906.post-61676865588219437652012-07-20T18:04:00.000+02:002012-07-20T18:29:52.838+02:00Wawancara Bersama Ketua Dewan Fatwa Mesir Prof. Dr. Muhammad Syalabi Tentang Penentuan Awal Bulan Hijriyah<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkNH5pLEa5QaT-1LwW1RKm27i-DEhjZ_Ie4WjYiWvtmtTW29ZOaW5G4knBT6LH_OVlAy4i9bgLL37z5cIg1D1f2FA29VlNEVBicEfcVSyHZMf4o89pQfdz1Ucd0Oz8xaf8t39rs8nQUUbD/s1600/hilal-dan-rukyat.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; text-align: justify;"><img border="0" height="162" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkNH5pLEa5QaT-1LwW1RKm27i-DEhjZ_Ie4WjYiWvtmtTW29ZOaW5G4knBT6LH_OVlAy4i9bgLL37z5cIg1D1f2FA29VlNEVBicEfcVSyHZMf4o89pQfdz1Ucd0Oz8xaf8t39rs8nQUUbD/s200/hilal-dan-rukyat.jpg" width="200" /></a></div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
Berikut salah satu petikan
wawancara Kru Jurnal OASE ICMI Orsat Kairo bersama salah satu ulama Mesir,
Ketua Dewan Fatwa Darul Ifta Republik Arab Mesir, yang telah di terbitkan dalam
Jurnal OASE – Cairo edisi XVII, 2008.<o:p></o:p></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
Dalam masalah penentuan awal
bulan Hijriyah yang selalu menuai konflik dan perpecahan umat Islam, khususnya
pada bulan-bulan besar. Kru Oase Pada tanggal 26 Maret 2008 dan tanggal 3 April
2008 telah bersilaturahim ke Lembaga Fatwa Mesir Darul Ifta dan berhasil
menemuai Ketua Umum Dewan Fatwa Prof. Dr. Syaikh Muhammad Syalaby bagian yang
menangani secara khusus tentang penentuan awal bulan hijriyah. Berikut hasil
petikan wawancara Kru Oase dengan beliau;<o:p></o:p></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
</div>
<a name='more'></a><div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
Oase : Bagaimana mekanisme yang
dipakai di Mesir khususnya?<o:p></o:p></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
DI : Metode utama yang digunakan
di Mesir adalah metode Rukyat, jika tidak terlihat hilal barulah memakai metode
hisab.<o:p></o:p></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
Oase : Bagaimana detail
pelaksanaan rukyat di Mesir? Apakah setiap orang boleh bersaksi?<o:p></o:p></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
DI : Tidak boleh setiap orang
melakukan persaksian, tapi mekanisme rukyat yang berlaku di Mesir, dilakukan
oleh sebuah panitia khusus yang terdiri dari 6 unsur, dan setiap unsur terdiri
dari beberapa orang. Ada unsur dari keamanan Nasional, unsur pemerintah lokal,
unsur ahli iptek, unsur ulama dll. Jika satu unsur saja telah melihat hilal
maka dianggap sah karena sudah terdiri dari beberapa orang. Jika semua unsur
tersebut tidak melihatnya maka dianggap tidak terlihat. Jika demikian barulah
beralih kepada metode hisab, apa yang dikatakan oleh hisab itulah yang menjadi
patokan.<o:p></o:p></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
Oase : Secara administratif
bagaimana mekanisme penentuan awal bulan hijriyah di Mesir, siapa yang berhak
mengumumkan keputusan? Siapa yang menentukan panitia rukyat (pengamatan) dan lain-lain?<o:p></o:p></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
DI : Mekanisme penentuan awal
bulan Hijriyah di Mesir, khususnya bulan Ramadhan dan Syawal adalah memakai
metode rukyat hilal. Rukyat tersebut dilakukan oleh sebuah panitia khusus.
panitia ini dibentuk oleh Darul Ifta (Lembaga fatwa) sendiri, dan sistem ini
sudah lama di pakai oleh negara mesir. Panitia khusus yang terdiri atas 6 unsur
tersebut disebar ke seluruh penjuru Mesir. Sedangkan mekanismenya adalah sangat
sederhana, jika telah terlihat Hilal, maka itu yang dijadikan patokan. Jika
tidak, maka merujuk pada hisab falaki. Inilah yang menjadi kesepakatan bersama
sebagaimana yang tertuang dalam Muktamar Jedah pada tahun 90 an.<o:p></o:p></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
Oase : Jika Hisab telah
mengatakan adanya hilal misalnya, mengapa harus dilakukan rukyat? Mengapa tidak
langsung berpedoman pada hisab saja?<o:p></o:p></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
DI : Karena metode sebenarnya
yang dapat dijadikan patokan adalah Rukyat, bukannya hisab. Jika rukyat tidak
berhasil, barulah beralih ke hisab. Oleh sebab itu kita katakan bahwa hisab
adalah Yu`khodz fi an Nafyi La fi al Isbat (hisab hanya boleh dipakai jika
tidak terlihat hilal). Jika hisab mengatakan misalnya, bahwa awal bulan baru
adalah besok pagi, sedangkan rukyat belum dilakukan maka kita tidak menerima
hisab tersebut. Harus melalui rukyat terlebih dahulu.<o:p></o:p></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Oase : Imam Subki pernah melontarkan
pendapat, bahwa jika seseorang telah mengaku melihat hilal, tapi secara hisab,
hal tersebut belum memungkinkan, maka yang dipakai pedoman adalah hisab dan
rukyat tersebut tidak dianggap. Bagaimana menurut Duktur mengenai hal ini?</span></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
DI : Tidak, hal tersebut tidak
boleh, karena apa yang terkandung dalam hadis sudahlah jelas, “puasalah karena
melihat hilal dan berbukalah (hari raya) karena melihatnya”. Walaupun secara
hisab hilal dikatakan tidak mungkin terlihat, tapi secara rukyat, hilal telah
terlihat, baik rukyat tersebut menggunakan mata telanjang ataupun memakai
peralatan lain semisal teleskop dan sebagainya, lalu telah benar-benar diteliti
bahwa yang dilihatnya adalah hilal, bukan benda angkasa lain, semacam bintang
atau mars, telah diteliti juga mengenai keadilan (kapabelitas) yang melihat,
maka yang menjadi patokan adalah rukyat, dan wajib bagi kita untuk menerimanya.<o:p></o:p></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
Oase : Jadi harus diteliti dahulu
bahwa yang terlihat adalah benar-benar hilal?<o:p></o:p></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
DI : Ya, harus begitu. Ini supaya
tidak terjadi kekeliruan dalam rukyat. Jangan sampai benda angkasa lain,
semacam planet mars atau bintang, dikira hilal. Kekeliruan ini pernah terjadi
dua tahun yang lalu di sebuah negara. Ada saksi yang mengatakan telah melihat
Hilal, lalu berpuasalah negara tersebut pada keesokan harinya, yaitu hari
sabtu. Akan tetapi setelah diteliti secara detail dan berdasarkan pengakuan
saksi sendiri, bahwa ternyata yang dilihatnya bukanlah hilal, tapi benda
angkasa lain. Lalu secara resmi negara tersebut mengumumkan bahwa hari puasa
yang sebenarnya adalah jatuh pada hari berikutnya yaitu hari ahad.<o:p></o:p></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
Oase : Bagaimana menurut Duktur
mengenai sebuah pendapat yang mengatakan bahwa maksud dari rukyat dalam hadis
adalah rukyat bil Ilmi atau dapat dikatakan hisab, dan bukan rukyat pengamatan?<o:p></o:p></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
DI : Makna asli
(haqiqi/denotatif) dari rukyat adalah melihat dengan mata telanjang. Sedangkan
rukyat bil ilmi adalah makna majazi (kiasan) darinya. Jika disebut rukyat
begitu saja (muthlaq) maka maksudnya adalah makna aslinya dan bukan makna
majazinya (konotatif/kiasan). Dalam bahasa Arab sendiri terdapat kaidah, sebuah
lafal harus dimaknai dengan makna aslinya selama masih dimungkinkan, dan tidak
boleh berpindah kepada makna kiasan, jikalau makna asli tersebut masih
memungkinkan. Dan dalam kasus ini tidak ada sesuatu pun yang menghalangi untuk
memaknai rukyat secara makna asli. Rukyat yang dipahami semua orang adalah
melihat dengan mata, karena itu memang makna aslinya, sedangkan rukyat bil ilmi
adalah rukyat memakai akal bukan memakai mata, dan ini disebut makna majazi
(kiasan) atas rukyat. Oleh sebab itu rukyat harus dipahami bahwa maksudnya
adalah melihat dengan mata, jangan dipahami rukyat bil ilmi. Ini sebagaimana
kata ‘Ain yang makna aslinya adalah mata orang atau mata binatang. Walaupun
‘Ain ini bisa juga berarti mata-mata (spionase) tapi itu adalah makna kiasan.
Jika disebut ‘Ain begitu saja (mutlaq) maka yang akan dipahami adalah makna
aslinya yaitu mata.<o:p></o:p></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
Oase : Jadi pendapat yang
mengatakan bahwa rukyat adalah rukyat bil ilmi adalah salah?<o:p></o:p></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
DI : Yang berpendapat demikian
dapat dikatakan menyelisihi Syariat. Karena secara syar’i telah jelas, bahwa
yang dimaksud rukyat adalah melihat dengan mata kepala. Ini dengan dalil hadis
yang mengatakan “jika tertutup bagimu (Ghumma alaikum) maka lengkapkanlah
bilangan bulan Syaban menjadi 30 hari”. Tertutup di sini maksudnya adalah jika
penglihatan mata terhalang, baik karena awan, mendung atau memang belum
terlihat, dan ini hanya terjadi jika melakukan rukyat dengan mata kepala,
bukannya dengan hisab. Karena kalau dilakukan dengan hisab maka tidak mungkin
tertutup (Ghumma). Begitu juga hadis-hadis lain yang senada mengisyaratkan
bahwa yang dimaksud rukyat adalah melihat dengan mata kepala bukannya dengan
akal. Jika rukyat dalam hadis tersebut dimaknai dengan rukyat bil Ilmi maka
yang menjadi pedoman adalah hisab karena hisablah yang merupakan rukyat dengan
akal. Jika demikian maka hisab dipakai fil isbat wan Nafyi (hisab dipakai jika
terlihat hilal ataupun tidak). Sedangkan apa yang menjadi kesepakatan Jedah tidaklah
demikian. Muktamar Jedah yang berlangsung pada tahun 90 an yang dihadiri oleh
ulama-ulama terkemuka islam memutuskan bahwa hisab falaki hanya dipakai fi an
Nafyi duna al Isbat (hisab hanya dipakai jika tidak terlihat hilal).<o:p></o:p></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
Oase : Bagaimana pendapat Duktur
jika Hisab dipakai fi Halat an Nafyi wa al Isbat (Hisab bisa dipakai secara
umum)?<o:p></o:p></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
DI : Ini merupakan pendapat yang
menyelesihi semua ulama fikih, juga menyelisihi hasil keputusan muktamar Jedah
yang notabenenya di hadiri oleh semua ulama yang berkompeten di bidang
tersebut.<o:p></o:p></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
Oase : Bagaimana jika dalam suatu
negara terjadi perbedaan dalam penentuan awal bulan hijriyah yang disebabkan
perbedaan metode yang dipakai, sebagaimana yang terjadi di negara kami,
Indonesia.<o:p></o:p></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
DI : Bagaimanapun yang dijadikan patokan
adalah keputusan Waliyul Amri (pemerintah) karena dialah yang memiliki otoritas
penuh untuk menyelesaikan setiap pertikaian. Dalam sebuah kaidah fikih
disebutkan bahwa Hukmu al Hakim Yarfa’ al Hilaf (keputusan Hakim / pemerintah
adalah yang bisa menyelesaikan perbedaan). Oleh sebab itu jika pemerintah telah
mengambil keputusan, maka itulah yang harus ditaati.<o:p></o:p></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
Oase : Ada fenomena menarik yang
terjadi di Indonesia. Indonesia ada beberapa ormas yang mempunyai metode
tersendiri dalam penentuan bulan Hijriyah, terutama bulan puasa dan hari raya.
Ormas-ormas tersebut memiliki anggota yang sangat loyal. Nah, seringkali
terjadi perbedaan mengenai penentuan tersebut yang disebabkan perbedaan metode
yang dipakai. Bagaimana menurut Duktur mengenai fenomena tersebut?<o:p></o:p></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
DI : Memang Negara Kalian Paling
Aneh Sendiri! Yang memberi keputusan harusnya pemerintah.<o:p></o:p></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
Oase : Jika pemerintah tidak
begitu kuat di mata masyarakat, dan kebanyakan masyarakat lebih percaya untuk
mengikuti ormasnya?<o:p></o:p></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
DI : Hal ini tidak boleh terjadi,
karena akan menyebabkan kekacauan. Akan terjadi perbedaan dalam masyarakat, si
A puasa hari Rabo, si B puasa hari Kamis misalnya, dan seterusnya. Ini akan
menimbulkan keresahan. Setiap teritorial yang memiliki wilayah hukum
tersendiri, yang memiliki waliyul amri (pemerintah) tersendiri haruslah ditaati
oleh setiap masyarakat. Dan pemerintah tersebutlah yang harus menyelesaikan
setiap perbedaan yang ada dalam masyarakatnya. Setiap pemerintah harus bisa
memersatukan rakyatnya, rakyat jangan dibiarkan berbeda karena akan menjurus
kepada pertikaian.<o:p></o:p></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
Oase : Bagaimana pandangan Duktur
mengenai banyaknya ormas di Indonesia yang seringkali berbeda satu sama lain.<o:p></o:p></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
DI : Ormas-ormas tersebut perlu
pengaturan dan penataan. Tanpa penataan yang baik, hanya akan mengantarkan
kepada pertikaian. Perbedaan-perbedaan antar golongan seringkali berhubungan
dengan kepentingan dan akhirnya terjadilah pertikaian yang tidak diinginkan,
semuanya akhirnya hanya berpedoman atas kepentingannya masing-masing, semuanya
akhirnya tidak memakai akal sehat dalam berpikir sehingga terjadilah kekacauan.
Yang paling baik adalah bersatu, jadilah sebuah kekuatan sosial yang kokoh yang
selalu berpegang teguh kepada ajaran agama.<o:p></o:p></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
Oase : Jikalau terjadi perbedaan
antara ormas-ormas tersebut, maka apa yang harus dilakukan?<o:p></o:p></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
DI : Jika terjadi perbedaan, maka
pemerintah-lah yang harus memilih dari perbedaan-perbedaan tersebut untuk
dijadikan sebuah keputusan, karena keputusan pemerintah lah yang dapat
menghilangkan perbedaan (hukm al Hakim Yarfa’ al Hilaf). Sebagaimana yang
digariskan dalam ilmu fikih, jikalau pemerintah telah menetapkan sebuah
keputusan, maka itulah yang menjadi patokan, semuanya harus tunduk dan patuh.<o:p></o:p></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
Oase : Jadi keputusan pemerintah
bersifat mengikat? Jika ada yang keluar darinya, bagaimana hukumnya?<o:p></o:p></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
DI : Jika pemerintah telah
memutuskan sesuatu dan ada yang melanggarnya, maka yang melanggar berdosa.<o:p></o:p></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
Oase : Bagaimana hukum para
pengikut ormas?<o:p></o:p></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
DI : Jika pendapat ormas berbeda
dengan keputusan pemerintah, maka bagi pengikut ormas harus meninggalkan
pendapat ormasnya dan mengikuti keputusan pemerintah. Jika pengikut tadi
bersikeras untuk mengikuti pendapat ormasnya, maka mereka berdosa. Karena ini
bisa diserupakan dengan para pembuat makar (bughot) yang keluar dari Imam.
Allah telah berfirman: ” Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas
kebenaran baginya. dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu’min,
Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami
masukkan ia kedalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruknya tempat kembali
“. (QS. An Nisa : 115). Maka setiap penduduk suatu negara harus menaati
pemerintahnya.<o:p></o:p></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
Oase : Apakah di negara Mesir
sendiri pernah terjadi perbedaan sebagaimana yang terjadi di Indonesia?<o:p></o:p></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
DI : Tidak pernah sama sekali.
Semuanya tunduk kepada pemerintah yang dalam hal ini diwakili oleh <span style="background-color: white;">Darul Ifta.
Hampir pernah terjadi perbedaan, salah satu jama’ah islam yang ada di Mesir
mengatakan, kami mengikuti Negara Saudi. Lalu kami katakan kepada mereka, kamu
telah melakukan pelanggaran, karena dalam suatu negara telah memiliki waliyul
amrinya sendiri yang wajib ditaati.</span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white;">Sumber: <a href="http://hidayatullah84.wordpress.com/2011/09/03/wawancara-dengan-prof-dr-syaikh-muhammad-syalaby-dari-lembaga-fatwa-mesir-tentang-penentuan-awal-bulan-hijriah/">http://hidayatullah84.wordpress.com/2011/09/03/wawancara-dengan-prof-dr-syaikh-muhammad-syalaby-dari-lembaga-fatwa-mesir-tentang-penentuan-awal-bulan-hijriah/</a></span></div>
<div class="MsoNormal">
<o:p></o:p></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span class="fullpost">
</span>Sufi Medanhttp://www.blogger.com/profile/12215886428911434150noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5591594644026025906.post-74121160202699843182012-06-09T01:31:00.000+02:002012-07-20T18:04:56.831+02:00Apakah Allah Menciptakan Kejahatan?<div class="MsoNormal">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpSC6-8rtKIHhJGQRbGKPZvqxy0zMGJ6q0PBXOwYFZK4Qb_iWi80Auzx8v9LDBYQD9fTVNVJ2mmUpxAUIHqmAUV2GvZsEj9oBYDyQJyC79i72WRVdWgx_OC03wCIFVqGvs2P5haE7wcEUt/s1600/Allah+SWT.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; text-align: justify;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpSC6-8rtKIHhJGQRbGKPZvqxy0zMGJ6q0PBXOwYFZK4Qb_iWi80Auzx8v9LDBYQD9fTVNVJ2mmUpxAUIHqmAUV2GvZsEj9oBYDyQJyC79i72WRVdWgx_OC03wCIFVqGvs2P5haE7wcEUt/s200/Allah+SWT.jpg" width="200" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: #f3f3f3;">Oleh: Ust. al-Fadhil Zulfi Akmal, MA.</span><br />
<span style="background-color: #f3f3f3;"><br /></span><br />
<div class="MsoNormal">
<div class="MsoNormal">
<span style="background-color: #f3f3f3;">Saya dapat kiriman cerita seperti ini:</span><br />
<span style="background-color: #f3f3f3;">Seorang profesor
yang atheis berbicara dalam seminar di kampus.</span><br />
<span style="background-color: #f3f3f3;">Prof: "Apakah
Tuhan menciptakan segala yang ada ?"</span><br />
<span style="background-color: #f3f3f3;">Mahasisa semua :
"Betul, Dia yang menciptakan semuanya."</span><br />
<span style="background-color: #f3f3f3;">"Tuhan
menciptakan semuanya?" tanya prof sekali lagi.</span><br />
<span style="background-color: #f3f3f3;">"Ya prof,
semuanya," kata mahasiswa itu.</span><br />
<span style="background-color: #f3f3f3;">Prof: "Jika
Tuhan menciptakan segalanya, berarti Tuhan</span><br />
<span style="background-color: #f3f3f3;">menciptakan
kejahatan."</span><br />
<span style="background-color: #f3f3f3;">Mahasiswa itu
terdiam & kesulitan menjawab hipotesis prof tsb.</span><br />
<span style="background-color: #f3f3f3;">Suasana hening dipecahkan
oleh suara mahasiswa lainnya,</span><br />
<span style="background-color: #f3f3f3;">"Prof, boleh
saya bertanya sesuatu?"</span><br />
<span style="background-color: #f3f3f3;">"Tentu
saja," jawab si Prof.</span><br />
<span style="background-color: #f3f3f3;">Mahasiswa:
"Prof, apakah dingin itu ada ?"</span><br />
<span style="background-color: #f3f3f3;">"Pertanyaan
macam apa itu ? Tentu saja dingin itu ada."</span><br />
<span style="background-color: #f3f3f3;">Mahasiswa itu
menyangkal, "Kenyataannya Prof, dingin itu tidak ada. Menurut hukum
fisika, yang kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas.</span></div>
<a name='more'></a><span style="background-color: #f3f3f3;">Suhu-460F adalah
ketiadaan panas sama sekali & semua partikel menjadi diam & tidak bisa
bereaksi pada suhu tersebut. Kita menciptakan kata dingin untuk mendeskripsikan
ketiadaan panas".</span><br />
<span style="background-color: #f3f3f3;">Mahasiswa itu
melanjutkan...</span><br />
<span style="background-color: #f3f3f3;">"Prof, apakah
gelap itu ada ?"</span><br />
<span style="background-color: #f3f3f3;">Prof menjawab,
"Tentu saja itu ada."</span><br />
<span style="background-color: #f3f3f3;">Mahasiwa itu
menjawab, "Sekali lagi anda salah, Prof. Gelap juga tidak ada. Gelap
adalah keadaan di mana tidak ada cahaya. Cahaya bisa kita pelajari, gelap
tidak. Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk memecahkan cahaya jadi
beberapa warna dan mempelajari berbagai panjang gelombang setiap warna. Tapi
Anda tidak bisa mengukur gelap. Seberapa gelap suatu ruangan diukur dengan
berapa intensitas cahaya di ruangan tersebut. Kata gelap dipakai manusia untuk
mendeskripsikan ketiadaan cahaya."</span><br />
<span style="background-color: #f3f3f3;">Akhirnya mahasiswa
itu bertanya,</span><br />
<span style="background-color: #f3f3f3;">"Prof, apakah
kejahatan itu ada ?"</span><br />
<span style="background-color: #f3f3f3;">Dengan bimbang prof
itu menjawab, "Tentu saja !"</span><br />
<span style="background-color: #f3f3f3;">Mahasiswa itu
menjawab,</span><br />
<span style="background-color: #f3f3f3;">"Sekali lagi
anda salah, Prof. Kejahatan itu TIDAK ADA. Kejahatan adalah ketiadaan Tuhan di
dalam diri seseorang. Seperti dingin atau gelap, kejahatan adalah kata yang
dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan Tuhan di dalam diri. Tuhan
tidak menciptakan kejahatan. Kejahatan adalah hasil dari tak adanya Tuhan di
hati manusia". Profesor itu terdiam..</span><br />
<span style="background-color: #f3f3f3;">Mahasiswa itu
adalah: ALBERT EINSTEIN</span><br />
<span style="background-color: #f3f3f3;"><br /></span><br />
<span style="background-color: #f3f3f3;">Terlepas benar atau
tidak cerita ini berasal dari Einstein, dari kandungannya kita bisa mendapatkan
banyak pelajaran:</span><br />
<span style="background-color: #f3f3f3;"><br /></span><br />
<span style="background-color: #f3f3f3;">1. Pengetahuan
tentang alam yang benar, kemudian dihubungkan dengan agama akan mendatangkan
keyakinan semakin kuat terhadap adanya Allah dan ke-Maha Kuasaan-Nya. Ayat-ayat
al Qur’an mengajak akal manusia untuk mengenal Allah dengan cara memperhatikan
alam, bukan dengan teori-teori akal dan debat-debat yang kering dari ruh.
Semakin dalam pengetahuan tentang alam ini dan semakin besar keterbukaan hati
menerima kebenaran, maka semakin kenal juga seseorang itu dengan Allah. Inilah
barangkali yang dimaksud oleh ilmuan Islam belakangan ini dengan “Islamisasi
Sains” yang banyak kena kecaman dan ejekan dari para atheis.</span><br />
<span style="background-color: #f3f3f3;"><br /></span><br />
<span style="background-color: #f3f3f3;">2. Dengan memahami
penjelasan Einstein tentang “kejahatan” di atas, kita tidak perlu repot-repot
membantah dan mengkafirkan “mu’tazilah yang mengatakan bahwa Allah tidak
menciptakan “kejahatan”. Karena mereka enggan membangsakan (menisbahkan) segala
kejelekan kepada Allah. Juga kalau “mu’tazilah” bisa menjelaskan seperti
penjelasan Einstein barangkali mereka tidak akan mengalami serangan yang
dahsyat dari penentangnya.</span><br />
<span style="background-color: #f3f3f3;"><br /></span><br />
<span style="background-color: #f3f3f3;">3. Tentang
kegelapan yang dijelaskan Einstein bisa dijadikan bahan untuk mentadaburi dan
memahami ayat al Qur’an lainnya, seperti:</span><br />
<span style="background-color: #f3f3f3;"><br /></span><br />
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="background-color: #f3f3f3; font-family: Tahoma, sans-serif;">مثلهم<span dir="RTL" lang="AR-SA"> </span><span dir="RTL" lang="AR-SA">كمل</span><span dir="RTL" lang="AR-SA"> </span><span dir="RTL" lang="AR-SA">الذي</span><span dir="RTL" lang="AR-SA"> </span><span dir="RTL" lang="AR-SA">استوقد</span><span dir="RTL" lang="AR-SA"> </span><span dir="RTL" lang="AR-SA">نارا</span><span dir="RTL" lang="AR-SA"> </span><span dir="RTL" lang="AR-SA">فلما</span><span dir="RTL" lang="AR-SA"> </span><span dir="RTL" lang="AR-SA">أضآء</span><span dir="RTL" lang="AR-SA"> </span><span dir="RTL" lang="AR-SA">ما</span><span dir="RTL" lang="AR-SA"> </span><span dir="RTL" lang="AR-SA">حوله</span><span dir="RTL" lang="AR-SA"> </span><span dir="RTL" lang="AR-SA">ذهب</span><span dir="RTL" lang="AR-SA"> </span><span dir="RTL" lang="AR-SA">الله</span><span dir="RTL" lang="AR-SA"> </span><span dir="RTL" lang="AR-SA">بنورهم</span><span dir="RTL" lang="AR-SA"> </span><span dir="RTL" lang="AR-SA">وتركهم</span><span dir="RTL" lang="AR-SA"> </span><span dir="RTL" lang="AR-SA">في</span><span dir="RTL" lang="AR-SA"> </span><span dir="RTL" lang="AR-SA">ظلمات</span><span dir="RTL" lang="AR-SA"> </span><span dir="RTL" lang="AR-SA">لا</span><span dir="RTL" lang="AR-SA"> </span><span dir="RTL" lang="AR-SA">يبصرون</span></span><br />
<span style="background-color: #f3f3f3;"><br /></span><br />
<span style="background-color: #f3f3f3;">“Perumpamaan mereka
adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi
sekelilingnya Allah hilangkan cahaya yang menyinari mereka, dan membiarkan
mereka dalam kegelapan hingga tidak dapat melihat. (al Baqarah: 17)</span><br />
<span style="background-color: #f3f3f3;"><br /></span><br />
<span style="background-color: #f3f3f3;">Di dalam ayat ini
Allah mengatakan bahwa Dia "melenyapkan" cahaya api itu, bukan
"mendatangkan" kegelapan. Seperti kata Einstein, kegelapan itu
sebenarnya tidak ada, yang ada adalah ketiadaan intensitas cahaya, semakin
hilang intensitas cahaya semakin gelaplah sesuatu. Begitu juga dengan gambaran
hati yang kehilangan hidayah, di saat hati semakin ditinggalkan oleh hidayah
semakin dalam tenggelamnya di jurang kesesatan.</span><br />
<span style="background-color: #f3f3f3;"><br /></span><br />
<span style="background-color: #f3f3f3;">4. Penjelasan ini
juga bisa kita gunakan untuk memahami ayat yang lain. Seperti:</span><br />
<span style="background-color: #f3f3f3;"><br /></span><br />
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="background-color: #f3f3f3; font-family: Tahoma, sans-serif;">وإذا<span dir="RTL" lang="AR-SA"> </span><span dir="RTL" lang="AR-SA">مرضت</span><span dir="RTL" lang="AR-SA"> </span><span dir="RTL" lang="AR-SA">فهو</span><span dir="RTL" lang="AR-SA"> </span><span dir="RTL" lang="AR-SA">يشفين</span></span><br />
<span style="background-color: #f3f3f3;"><br /></span><br />
<span style="background-color: #f3f3f3;">“dan apabila aku
sakit, Dialah yang menyembuhkanku. (asy Syu’ara’: 80)</span><br />
<span style="background-color: #f3f3f3;"><br /></span><br />
<span style="background-color: #f3f3f3;">Selama ini ulama
menjelaskan perkataan Nabi Ibrahim dalam surat asy Syu'ara' ini adalah
ta'adduban (beradab) kepada Allah, sehingga beliau tidak menyandarkan penyakit
itu didatangkan Allah ke dalam dirinya, tapi mengatakan seolah-olah penyakit
itu datang sendiri. Namun kalau kita baca dengan pemahaman Einstein,
sesungguhnya penyakit itu tidaklah diciptakan khusus oleh Allah, yang
diciptakan Allah itu sebenarnya adalah kesehatan. Manakala kesehatan itu
dicabut oleh Allah dengan sendirinya datanglah penyakit. Hal ini bisa kita
buktikan dengan ungkapan para dokter atau media bila mengabarkan tentang
penyakit seseorang yang semakin parah. Mereka tidak mengatakan: “Penyakit si
Fulan semakin parah”, tapi mereka akan berkata: “Kesehatan si Fulan semakin
menurun”.</span><br />
<span style="background-color: #f3f3f3;"><br /></span><br />
<span style="background-color: #f3f3f3;">5. Sebelum saya
diserang balik dengan pertanyaan, saya akan dahului dengan ajakan untuk tadabur
lebih dalam. Di dalam al Qur’an Allah mengatakan:</span><br />
<span style="background-color: #f3f3f3;"><br /></span><br />
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="background-color: #f3f3f3; font-family: Tahoma, sans-serif;">الحمد<span dir="RTL" lang="AR-SA"> </span><span dir="RTL" lang="AR-SA">لله</span><span dir="RTL" lang="AR-SA"> </span><span dir="RTL" lang="AR-SA">الذي</span><span dir="RTL" lang="AR-SA"> </span><span dir="RTL" lang="AR-SA">خلق</span><span dir="RTL" lang="AR-SA"> </span><span dir="RTL" lang="AR-SA">السموات</span><span dir="RTL" lang="AR-SA"> </span><span dir="RTL" lang="AR-SA">والأرض</span><span dir="RTL" lang="AR-SA"> </span><span dir="RTL" lang="AR-SA">وجعل</span><span dir="RTL" lang="AR-SA"> </span><span dir="RTL" lang="AR-SA">الظلمات</span><span dir="RTL" lang="AR-SA"> </span><span dir="RTL" lang="AR-SA">والنور</span><span dir="RTL" lang="AR-SA"> </span><span dir="RTL" lang="AR-SA">ثم</span><span dir="RTL" lang="AR-SA"> </span><span dir="RTL" lang="AR-SA">الذي</span><span dir="RTL" lang="AR-SA"> </span><span dir="RTL" lang="AR-SA">كفروا</span><span dir="RTL" lang="AR-SA"> </span><span dir="RTL" lang="AR-SA">بربهم</span><span dir="RTL" lang="AR-SA"> </span><span dir="RTL" lang="AR-SA">يعدلون</span></span><br />
<span style="background-color: #f3f3f3;"><br /></span><br />
<span style="background-color: #f3f3f3;">“Segala puji bagi
Allah yang telah menciptakan langit dan bumi, dan mengadakan gelap dan terang,
namun orang-orang yang kafir mempersekutukan sesuatu dengan Tuhan mereka”. (al
An’am: 1)</span><br />
<span style="background-color: #f3f3f3;"><br /></span><br />
<span style="background-color: #f3f3f3;">Mungkin muncul
pertanyaan, dalam ayat itu Allah mengatakan bahwa Dialah yang “mengadakan gelap
dan terang”. Lalu bagaimana dengan penjelasan di atas yang mengatakan bahwa
kegelapan itu sesungguhnya tidak ada, dengan artian Allah sebenarnya tidak
menciptakan kegelapan? Untuk jawabannya mungkin bisa ditemukan dengan merinci
apa perbedaan kalimat <span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: Tahoma, sans-serif;">خلق</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span> dan <span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: Tahoma, sans-serif;">جعل</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>, di mana kita
lihat dalam ayat itu khususnya, Allah menggunakan kata-kata yang sangat detail.
Untuk itu saya persilahkan kepada kawan-kawan untuk melanjutkan tadaburnya.</span><br />
<span style="background-color: #f3f3f3;">^_^</span><br />
<span style="background-color: #f3f3f3;"><br /></span><br />
<span style="background-color: #f3f3f3;">Mohon perlindungan
kepada Allah dari memahami ayat-ayat-Nya tidak sesuai dengan yang
dikehendaki-Nya.</span><br />
<span style="background-color: #f3f3f3;"><br /></span><br />
<span style="background-color: #f3f3f3;">Wallahu a’lam
bishshawab.<o:p></o:p></span><br />
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
</div>
</div>
<span style="background-color: white; font-family: Tahoma, sans-serif; font-size: 10pt; line-height: 115%;">
</span><br />
<span class="fullpost">
</span>Sufi Medanhttp://www.blogger.com/profile/12215886428911434150noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-5591594644026025906.post-78454842454851314232011-10-01T22:04:00.001+02:002011-10-01T22:12:23.427+02:00Secercah Cahaya Dari Seorang Sufi Agung Imam Ibnu 'Arabi Qaddasallahu Sirrah<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgIg0FKlzxvZE9lHSsxDGRI0TB59dZdFPNG5khNL8S6YwZ_yUoQ-08w7CmhZmdB_u8g87l7uG7ML_b800U_N4YbaNKHs89-ukILRjwT8awQmCm6ahqzb4n7aB1N0670OhVeYM5hzUe99i86/s1600/9344.imgcache.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="185" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgIg0FKlzxvZE9lHSsxDGRI0TB59dZdFPNG5khNL8S6YwZ_yUoQ-08w7CmhZmdB_u8g87l7uG7ML_b800U_N4YbaNKHs89-ukILRjwT8awQmCm6ahqzb4n7aB1N0670OhVeYM5hzUe99i86/s200/9344.imgcache.jpg" width="200" /></a></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Oleh: <a href="http://www.facebook.com/falaheljambi">al-Ustadz al-Fadhil Falah al-Jambi al-Azhari </a></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Ibnu ‘Arabi adalah sosok sufi yang banyak mendapatkan kritikan dan tuduhan tajam. Sebagian ulama ada yang mengatakan <i>"Ma Ikhtalafal ulama’u fi ahadin ka ikhtilafihim fi Muhyidin Ibnu ‘Arabi".</i> Salah satu tuduhan yang terkenal adalah ajaran wihdatul wujud yang beliau kenalkan, Sehingga ketika nama wihdatul wujud disebutkan maka yang terlintas di telinga pendengar adalah nama Ibnu ‘Arabi, sang pencetus.<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Pada kitab yang berjudul <i>Min Aimmatil Muwahhidin Ibnu Arabi </i>yang ditulis oleh al-Alamah al-Syekh Abdurahaman Hasan Mahmud terdapat banyak pembahasan ilmiah yang berkaitan dengan hal-hal kontroversi Ibnu ‘Arabi. </div></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"></div><br />
<a name='more'></a><div style="text-align: justify;">Pada dasarnya ungkapan al-Imam lebih banyak dipahami dengan pemahaman yang salah dari pada dipahami dengan pemahaman yang benar seperti apa yang diinginkan sang Imam. Hal itu disebabkan karena banyaknya orang-orang yang tidak kenal <i>istilahat</i> sufiyah membaca karya-karya sufiyah kemudian dia pahami sendiri tulisan para Sufi yang berkaitan degan hakikat atau <i>adzwaq</i>. Mereka tidak menyadari kaidah <i>"Likulli Qaumin Mushthalahatuhum".</i> Adapun untuk kaum sufi maka mereka sengaja mencampuri perkataan-perkataannya dengan <i>al-ghazz</i> (ungkapan-ungkapan teka-teki) atau <i>at-tauriyah</i> (perkataan-perkataan yang memiliki banyak makna), dan yang mampu memahaminya adalah golongan mereka sendiri. Apa yang mereka lakukan ini semata-mata karena mereka sulit untuk mengungkapkan perasaan hati (cinta kepada Allah) yang terkadang membawa mereka kepada makam <i>al-fana fillah</i> dengan ungkapan yang jelas. Jika ada seorang laki-laki sangat mencintai seorang wanita kemudian dia memuja dan menyanjung kekasihnya tersebut maka kata-kata yang keluar dari mulut laki-laki tersebut banyak mengandung unsur kekufuran. Dia akan mengatakan engkau segalanya bagiku, engkau hidup matiku, engkau nyawaku (ruhku), engkau adalah diriku dan aku adalah dirimu dan seterusnya. Adakah yang mempermasalahkan ungkapan tersebut?!</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Termasuk latar belakang Syekh Abdurahman mengarang kitab ini adalah banyaknya tuduhan-tuduhan dusta yang dinisbatkan kepada imam Ibnu ‘Arabi. Sedangakn Ibnu ‘Arabi adalah imam dalam ilmu Tasawuf. Ilmu Tasawuf adalah ilmu yang tidak dapat difahami sendiri dengan modal membaca secara otodidak. Banyak ulama mengatakan bahwa imam Ibnu ‘Arabi memiliki perkataan yang berada pada tingkatan yang tinggi, tidak dapat dipahami kecuali oleh orang yang berada pada tingkatan beliau. Adapun Imam Ibnu Arabi beliau mengatakan sendiri <i>“Man lam yasyrab masyrabana haruma 'alaihi qiro’atu kutubina": </i>siapa yang tidak merasakan minuman kami (masuk dalam golongan sufiyyah untuk mengikuti terbiyah) haram membaca buku-buku kami". Perkataan ini tertulis di dalam kitab Penulis pada halaman 11.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Beberapa keistimewaan kitab ini, adalah banyak menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan al-Imam yang dikutip dari kitab monumentalnya <i>Futuhat Makiyah</i>. Penulis selalu menukil perkataan para ulama sebelum menuliskan penjelasan pribadi. Kitab ini sulit untuk didapatkan karena kitab yang ada ditangan resentator adalah cetakan pribadi yang dicetak atas permintaan Maulaya Syekh Yousef Muhyidin al-Bakhur al-Hasani <i>hafidzahullah</i>. Adupun kekurangan kitab ini adalah sulitnya untuk dibaca dan dipahami sendiri tanpa ada penjelasan dan bimbingan dari seorang guru. <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Diantara pembahasan di dalam kitab ini adalah sebagai berikut: Perkataan Ibnu ‘Arabi: “Asal semua ciptaan adalah tiga (Tatslits), satu tidak dapat menghasilkan sesuatu. Dua adalah awal dari pada bilangan dan dari dua tidak dapat menghasilkan sesuatu selama tidak ada unsur ketiga yang menghubungkan di antara keduanya.” Dari perkataan ini banyak keritikan yang ditujukan kepada Imam Ibnu ‘Arabi. Di antara ulama yang mengkritik adalah Syeikh Muhammad Ghazali <i>Rahimahullah.</i> Beliau memberikan komentar: “Seumur hidup, saya belum pernah membaca perkataan yang lebih jelek dari ungkapan ini. Tidak diragukan lagi bahawasanya perkataan ini adalah justifiaksi diperbolehkannya akidah trinitas pada agama terdahulu (Nasrani). Sebagaimana firman Allah <i>"Laqad Kafara al-ladzina qalu innallaha tsaalitsu tsalatsah".</i> Sedangkan Allah yang maha Esa berfirman <i>"Allahu khaliqu kulli syai’in".</i> <o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Munaqasyah: Ringkasan jawaban yang ditulis oleh Syeikh Abdurrahman adalah sebagai berikut, “Satu yang dimaksud oleh Imam Ibnu ‘Arabi adalah Dzat Allah. Dua yang dimaksud imam ‘Ibnu Arabi adalah Sifat Allah. Tiga yang dimaksud Ibnu ‘Arabi adalah Af'al Allah. Jadi yang dimaksud bahwa ciptaan itu bersumber dari tiga adalah segala ciptaan dihasilkan dari Af'al Allah bukan dari Dzat Allah, karena dzat Allah menghasilkan Sifat Allah, Sifat Allah menghasilkan Af'al Allah, dan Af'al Allah menghasilkan semua ciptaannya. Perkataan ini dikenal dengan istilah <i>Tauhid Martabah</i>. Penjelasan ini sesuai dengan syariat dan akal. Di dalam al-Quran banyak disebutkan af'al Allah yang memiliki makna menciptakan, memberi rezki, menurunkan rahmat dan lain-lain. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Sedangkan secara akal adalah jika makhluk keluar dari Dzat Allah maka makhluk itu adalah bagian daripada Allah dan dia memiliki sifat Qadim. Sebagaimama seorang anak adalah bagian dari dzat ayah dan ibu. Hal ini tentu tidak sesuai dengan akidah islam. Oleh kernanya apa yang dimaksud <i>tatslits </i>(trinitas) dari ungkapan Ibnu ‘Arabi bukanlah trinitas yang difahami oleh Nasrani yaitu Tuhan Bapa, Tuhan ibu Maryam,atau Ruh Qudus dan Tuhan Anak (Nabi Isa alaihi salam).</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i>Tatslits</i> yang dikenalkan Imam Ibnu Arabi sesugguhnya adalah pemahaman beliau dari kalimat <i>Basmalah.<o:p></o:p></i></div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b><span dir="LTR"> </span><span lang="AR-SA">بسم الله الرحمن الرحيم . الله = الذات, الرحمن = الصفة ,الرحيم = الفعل</span></b><span dir="LTR"></span><b><span dir="LTR"><span dir="LTR"></span>.. <o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">pembahasan ini ada didalam kitab penulis dihalaman 29-33.<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
<br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Kitab: <i>Min Aimmatil Muwahhidin al-Imam Muhyiddin Ibnu Arabi<o:p></o:p></i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Tebal: 188 Hal<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Penulis: Al-Syekh Abdurahman Hasan Mahmud<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Cetakan: Pertama 1998 M<o:p></o:p></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Percetakan: Maktabah Alamul Fikri</div></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWEAej7rEbkdzkZJsl2MK7fpTTps9jz7IxRy7VZTfW9nT2XEVNSx1DS2fWWCZo6kU24en1zbxU_aL792fpHl8U4mjeDSqqUNgVM46CmnYM4eo5THe8A4nOKutYK5VHJ4e11CkysFuCCJMx/s1600/ibn_arabi.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="291" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWEAej7rEbkdzkZJsl2MK7fpTTps9jz7IxRy7VZTfW9nT2XEVNSx1DS2fWWCZo6kU24en1zbxU_aL792fpHl8U4mjeDSqqUNgVM46CmnYM4eo5THe8A4nOKutYK5VHJ4e11CkysFuCCJMx/s400/ibn_arabi.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Makam Sayidi Imam Ibnu 'Arabi al-Andalusi (dalam kaca) di Damaskus Suriah</td></tr>
</tbody></table><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><br />
<span class="fullpost"> </span>Sufi Medanhttp://www.blogger.com/profile/12215886428911434150noreply@blogger.com10tag:blogger.com,1999:blog-5591594644026025906.post-50494004760795795192011-08-27T10:23:00.001+02:002011-08-27T12:54:40.073+02:00Hukum dan Hikmah Zakat Fitrah<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwlmH_Ej7QpoJW1MC2tOXHDrWJY0sV31YW3aA399NPoXGvgILFgNAQX6EnTTjhGV3dXHks_oMGZHxr_XrNHWwHkcGciG1qZ7DVbJF_IV8IZQIurOclYuOWdh0nWRIW0cI_8vkS6OJvOgms/s1600/zakat_asuhada.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwlmH_Ej7QpoJW1MC2tOXHDrWJY0sV31YW3aA399NPoXGvgILFgNAQX6EnTTjhGV3dXHks_oMGZHxr_XrNHWwHkcGciG1qZ7DVbJF_IV8IZQIurOclYuOWdh0nWRIW0cI_8vkS6OJvOgms/s200/zakat_asuhada.jpg" width="200" /></a></div><b>1. Mengapa Dinamakan Zakat Fitrah?</b><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Zakat fitrah hanya istilah kita saja orang Indonesia, adapun sebenarnya dalam bahasa Arab namanya bukan zakat fitrah tetapi zakat fithri <b>(<span dir="RTL" lang="AR-EG">زكاة الفطر</span><span dir="LTR"></span></b><b><span dir="LTR"></span>)</b> yangmana <i>al-fithru</i> itu artinya adalah berbuka. Jadi zakat fithri maksudnya adalah zakat berbuka, yaitu berbukanya para hamba daripada puasa selama satu bulan Ramadhan. Berbukanya bukan dengan memakan kurma tetapi dengan membayar zakat. Sebagaimana berbuka pada sore hari adalah penyempurna ibadah puasa selama sehari begitu pula berbuka pada akhir Ramadhan adalah penyempurna ibadah puasa Ramadhan. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"></div><a name='more'></a> Makanya Ibnu Umar menyambungkan kata “min ramadhan” pada perkataannya: “Faradha zakat al-fithri”, sebagaimana dalam hadits beliau:<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div align="right" class="MsoNormal" style="text-align: right;"><b><span dir="RTL" lang="AR-EG">فرض زكاة الفطر من رمضان</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> “…Rasulullah mewajibkan “zakat berbuka” daripada Ramadhan…” (HR. Muslim)<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn1" name="_ftnref1" style="mso-footnote-id: ftn1;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[1]</span></span></span></a></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Sebahagian ulama mengatakan bahwa fitrah disitu artinya adalah fitrah yang kita kenal, yaitu asal penciptaan <b>(<span dir="RTL" lang="AR-EG">أصل الخلقة</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>)</b> yang sifatnya suci, sebab asal penciptaan manusia adalah bersih daripada kotoran dan dosa. Dengan zakat fitrah, para hamba telah menyempurnakan dan melengkapi usaha puasanya untuk kembali kepada fitrah. Tidak hanya fitrah (suci) jiwanya dengan puasa tetapi juga fitrah hartanya dengan zakat. Sebab jiwa dan harta tidak dapat dipisahkan. Hartalah penopang jiwa, siapa yang hendak mensucikan jiwa, hendaknya dia juga mensucikan harta.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b>2. Mengapa Pada Hari ‘Aid Diwajibkan Zakat Fitrah? </b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Pertama, karena ‘Aid <b>(<span dir="RTL" lang="AR-EG">العيد</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>)</b> itu<span dir="RTL"></span><span dir="RTL"><span dir="RTL"></span> </span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span> sendiri artinya adalah kembali, yaitu Allah mengembalikan kebahagiaan dan kesenangan pada hari itu, sebab telah beroleh kemenangan yang besar dari sebuah mujahadah yang besar (puasa). Alangkah ironisnya jika ada orang-orang yang tidak bahagia pada hari itu, yaitu orang-orang fakir dan miskin. Merayakan kemenangan, kaum muslimin pada hari ini semuanya bersuka cita; ada yang memakai pakaian baru, ada yang membuat kue dan makanan-makanan yang enak, ada yang menghias rumah, ada yang pulang kampong dan sebagainya.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Namun ditengah-tengah kemeriahan itu, alangkah mirisnya jika ada yang bersedih. Bagaimana mungkin masak makanan yang enak, makan seharinya sajapun belum tentu dia peroleh pada hari itu. Bagaimana mau pakai pakaian yang baru, robekan dipakaiannya sajapun tak sanggup dia perbaiki. Bagaimana mau menghias rumah, rumahpun tak punya. Bagimana mau merayakan kemenangan?! Bagaimana mau merasakan kebahagiaan sebagaimana yang dirasakan oleh saudara-saudaranya yang lain, sementara anak-anaknya kelaparan?! Oleh karena itulah diwajibkan zakat fitrah pada hari ini. Untuk menutupi hajat orang-orang fakir dan miskin pada hari ‘aid agar hati mereka juga turut merasakan apa yang kita karasakan. Ini penting, sebab merealisasikan sabda Rasulullah: </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i><span style="color: #003300;">“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam berkasih sayang dengan sesama mereka seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuh akan merasakan sakit, baik demam dan tidak bisa tidur.” (HR. Bukhari-Muslim)</span></i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Kedua, zakat fitrah tidak hanya memberikan manfaat keluar, tetapi juga manfaat ke dalam. Ibarat orang bernafas, udara yang kita keluarkan tidak hanya memberikan manfaat kepada tumbuh-tumbuhan di luar, tetapi juga memberikan manfaat kepada tubuh kita sendiri, sebab udara yang dibuang adalah zat-zat sisa yang merusak tubuh.. Bahkan yang dikeluarkan tubuh itu nantinya akan dirubah tumbuh-tumbuhan menjadi zat yang pada akhirnya juga justru bermanfaat untuk tubuh kita kembali.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Begitu pula zakat fitrah, ia bukan hanya untuk menutupi hajat orang lain, tetapi juga untuk kepentingan kita sendiri. Zakat fitrah berfungsi untuk memperbaiki sel-sel tubuh yang yang rusak, ups maaf :D, maksud saya memperbaiki ibadah puasa kita yang rusak karena ghibah, dusta, namimah, kata-kata yang kotor, perbuatan sia-sia, memakan yang syubhat, melihat yang haram dan semua dosa atau maksiat yang kita lakukan selama puasa Ramadhan. Jadi zakat fitrah adalah penyempurna yang kurang. Makanya Imam Abdul Qadir al-Jailani <i>qaddasallhu sirrahu</i> mengatakan zakat fitrah itu umpama taubat bagi dosa-dosa dan umpama sujud sahwi bagi sholat yang lupa.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn2" name="_ftnref2" style="mso-footnote-id: ftn2;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[2]</span></span></span></a> Bukankah kebaikan itu menghapus keburukan?!</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div align="right" class="MsoNormal" style="text-align: right;"><b><span dir="RTL" lang="AR-EG">و أتبع السيئة الحسنة تمحها (رواه أحمد و الترمذي)</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>“Dan ikutilah/tutupilah keburukan itu dengan kebaikan, niscaya ia akan menghapusnya.”</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Inilah yang disimpulkan oleh Rasulullah <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam </i> bahwa zakat fitrah itu:</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div align="right" class="MsoNormal" style="text-align: right;"><b><span dir="RTL" lang="AR-EG">يقول ابن عباس فرض رسول الله صلى الله عليه و سلم زكاة الفطر طهرة للصائم من اللغو و الرفث و طعمة للمساكين</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span dir="LTR"></span><i><span dir="LTR"></span>“Ibnu Abbas berkata Rasulullah mewajibkan zakat fitrah untuk membersihkan orang-orang yang berpuasa daripada perbuatan yang sia-sia & perkataan kotor serta untuk memberi makan bagi orang-orang miskin.” (HR. Abu Daud, Ibnu Majah, Ad-Daruquthni & Al-Hakim)</i><i></i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b>3. Kepada Siapa Zakat Fitrah Diwajibkan?</b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Zajat fitrah diwajibkan atas setiap muslim mukallaf yang mempunyai lebihan daripada makanannya dan keluarganya sehari pada malam ‘aid fitri, maka dia wajib mengeluarkan zakat fitrah orang-orang yang nafkahnya berada dalam tanggungannya, apakah itu dirinya sendiri, istrinya, anak-anaknya, kedua orang tuanya, saudara-saudaranya, paman-pamannya, keponakan-keponakannya dan begitu seterusnya berdasarkan tertib urutan orang-orang yang wajib dinafkahi. Jika orang-orang tersebut sudah tidak dalam tanggung jawab nafkahnya, maka tidak wajib atasnya mengeluarkan zakat fitrah orang-orang tersebut, sebab masing-masing sudah mampu mengeluarkan zakat fitrah sendiri-sendiri.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b>4. Jenis & Ukuran Harta Zakat Fitrah</b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Jenis harta yang dizakatfitrahkan adalah makanan pokok, seperti korma, gandum, beras, kismis, keju kering atau lainnya yang menjadi makanan pokok.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Dalilnya adalah sabda Rasulullah <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam:</i>:</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">.<span style="font-size: 14pt;"></span></div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; unicode-bidi: embed;"><b><span lang="AR-EG" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 14pt;">عن أَبَي سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ</span></b><span dir="LTR"></span><b><span dir="LTR" lang="AR-EG" style="color: black; font-size: 14pt;"><span dir="LTR"></span> </span></b><b><span lang="AR-EG" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 14pt;">كُنَّا نُخْرِجُ زَكَاةَ الْفِطْرِ إذ كان فينا رسول الله صلى الله عليه و سلم </span></b><b><span lang="AR-EG" style="color: red; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 14pt;">صَاعًا مِنْ طَعَام</span></b><b><span lang="AR-EG" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 14pt;">ٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ أَقِطٍ أَوْ صَاعًا مِنْ زَبِيبٍ</span></b><span dir="LTR"></span><b><span dir="LTR" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 14pt;"><span dir="LTR"></span> </span></b><span dir="RTL"></span><b><span lang="AR-EG" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 14pt;"><span dir="RTL"></span> (رواه البخاري)</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i>“Dari Abu Sa’id al-Khudri berkata<span dir="RTL"></span><span dir="RTL" lang="AR-EG"><span dir="RTL"></span>:</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span> “Dulu kami di masa Rasulullah mengeluarkan zakat fitrah dengan satu sha’ makanan, atau satu sha’ gandum, atau satu sha’ tamar, atau satu sha’ keju, atau satu sha’ kismis.”</i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioB3n_00LYRQoHeZAZJzI9OlaUzH0QgIxA_szau91D6B1Hn_nqKVjibskfNNp2hOUOMpoiV7jOW6BSXFAos1J_dUNXfqCvYWU4NwgHriaifNOkF_AtXvv_-CaU_Xfp0LMchd376dbuk9Ns/s1600/tmzeen-051.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="133" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioB3n_00LYRQoHeZAZJzI9OlaUzH0QgIxA_szau91D6B1Hn_nqKVjibskfNNp2hOUOMpoiV7jOW6BSXFAos1J_dUNXfqCvYWU4NwgHriaifNOkF_AtXvv_-CaU_Xfp0LMchd376dbuk9Ns/s200/tmzeen-051.jpg" width="200" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Gandum</td></tr>
</tbody></table><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Dari zhohir hadits di atas, tidak terdapat beras, tetapi bukan berarti zakat fitrah beras itu bid’ah karena tidak ada di zaman Nabi, Tidak seperti itu pemahamannya. Tetapi makna beras terdapat dalam hadits di atas secara <i>madhmun</i> (kandungan), yaitu pada lafazh “sho’an min tho’amin” (satu sha’ makanan), makanan dalam hal ini adalah makanan pokok.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Adapun ukurannya, sebagaimana <i>manthuq</i> hadits di atas tertera jelas 1 sha’. Dan 1 sha’ = 4 mud. Dan 1 mud = 432 gram. Adapun kilogramnya berapa silahkan hitung sendiri! :D</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Okelah akan saya jawab sendiri, takut nanti dibilang <i>gak</i> bisa <i>ngitung</i>. Maka kilogramnya adalah: 432 gram x 4 mud = 1,728 kilogram dari makanan-makanan pokok di atas.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Inilah pendapat Imam Malik, Imam Syafi’i dan jumhur ulama.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn3" name="_ftnref3" style="mso-footnote-id: ftn3;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[3]</span></span></span></a></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Adapun menurut Imam Abu Hanifah dibolehkan zakat fitrah hanya dengan 1/2 sha’ burr. <a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn4" name="_ftnref4" style="mso-footnote-id: ftn4;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[4]</span></span></span></a>Burr adalah gandum yang masih dalam bentuk biji. Jangan terkecoh dengan perbedaan lafzhi ini. Imam Abu Hanifah mengatakan ½ sha’ karena sha’ di negeri beliau Irak adalah 2 x lipat ukuran sha’ Nabi di Mekah, yaitu: 2 x 4 mud = 8 mud. Jadi ½ sha’ yang dimaksudkan oleh Imam Abu Hanifah sebenarnya adalah sama dengan 1 sha’ versi Malik & Syafi’i, yaitu sama-sama 4 mud.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Bolehkah zakat fitrah gandum yang sudah berupa tepung padahal yang dizakatkan dimasa Rasulullah adalah gandum yang berupa biji? </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Pendapat pertama: Menurut Malik dan Syafi’i: tidak boleh berupa tepung, tetapi harus gandum berupa biji sebab perkara <i>ta’abbudi</i> mencukupi perkara terhadap nash yang warid (tertulis). Nash yang tertulis adalah “sya’ir”, dan sya’ir tidak lain dan tidak bukan adalah gandum yang belum dijadikan tepung.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Pendapat kedua: Berbeda dengan Imam Abu Hanifah dan Abu Qasim al-Anmathi muridnya Imam Muzani<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn5" name="_ftnref5" style="mso-footnote-id: ftn5;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[5]</span></span></span></a>, menurut mereka boleh zakat fitrah dengan gandum yang sudah menjadi tepung, sebab menurut mereka toh tepung itu adalah gandum-gandum juga.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Pendapat ketiga: Bahkan lebih jauhnya lagi, Imam Abu Hanifah juga membolehkan zakat fitrah hanya dengan nilai <b>(<span dir="RTL" lang="AR-EG">القيمة</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>)</b>, yaitu harga dari benda-benda tersebut.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Berangkat dari hadits Rasulullah<span dir="RTL"></span><span dir="RTL"><span dir="RTL"></span> </span><i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i>:</div><div align="right" class="MsoNormal" style="text-align: right;"><br />
</div><div align="right" class="MsoNormal" style="text-align: right;"><b><span dir="RTL" lang="AR-EG">إختلاف أمتي رحمة</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span dir="RTL"></span><span dir="RTL" lang="AR-EG"><span dir="RTL"></span>"</span><i>Perbedaan umatku adalah rahmat<span dir="RTL"></span><span dir="RTL" lang="AR-EG"><span dir="RTL"></span>"</span></i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Maka Imam Sya’rani <i>rahumahullah</i> seorang fuqaha’ sufi dari mazhab Syafi’i meletakkan ketiga pendapat tersebut di atas timbangan hakekat yang beliau namakan dengan Mizanul Kubra, yaitu suatu timbangan dimana semua pendapat para ulama adalah benar yangmana jika ditimbang di atas timbangan <i>‘azhimah</i> dan <i>rukhshoh</i> maka pendapat-pendapat mazhab tidak keluar dari ukuran berat <i>(musyaddid)</i>, pertengahan <i>(takhfif)</i> dan ringan <i>(mukhaffif)</i><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn6" name="_ftnref6" style="mso-footnote-id: ftn6;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[6]</span></span></span></a> yangmana masing-masing ukuran pasti memiliki hikmah dan ketersesuaian dengan penganut mazhab masing-masing. Yang ahwalnya condong kepada <i>‘azhimah</i> (yang berat-berat) maka dia akan mengikut pendapat mazhab yang berat, dan yang ahwalnya condong kepada <i>rukhshoh</i> (keringanan) maka dia akan mengikut pendapat mazhab yang ringan. Dan yang ahwalnya mu’tadil maka dia akan mengikut kepada pendapat mazhab pertengahan.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Apa kata Imam Sya’rani tentang ketiga pendapat di atas? Mari kita simak.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Imam Sya’rani mengatakan: </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Pendapat 1: Musyaddid atas pengeluar dan penerima zakat.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Pendapat 2: Fihi takhfif</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Pendapat 3: Mukhaffif<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn7" name="_ftnref7" style="mso-footnote-id: ftn7;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[7]</span></span></span></a> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Maka perkara ini dikembalikan kepada kedua martabat timbangan (‘azhimah & rukhshah). Pendapat yang pertama condong kepada yang berat maka lebih memilih untuk berpatokan kepada nash yang ada. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUiD1u0IH7rQOU-tA2IqrSRpa2AbFrM8dc_Erah5uNMi6GZ-E3o04TmCon1e8ho3aaVUITMHZPwVfD1tS_igI_SY8piv-hvvXLSljFhJXD14BSGigIsxGNMgsZIgnKJ0u6QpbY3sXaGHbt/s1600/n00091254-b.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUiD1u0IH7rQOU-tA2IqrSRpa2AbFrM8dc_Erah5uNMi6GZ-E3o04TmCon1e8ho3aaVUITMHZPwVfD1tS_igI_SY8piv-hvvXLSljFhJXD14BSGigIsxGNMgsZIgnKJ0u6QpbY3sXaGHbt/s200/n00091254-b.jpg" width="132" /></a></div>Pendapat kedua adalah pendapat yang lebih ringan bagi orang-orang fakir, sebab gandum yang berupa tepung lebih mudah untuk dikonsumsi daripada gandum yang yang masih berupa biji. Terlebih hari ‘aid adalah hari suka cita, maka tak sepantasnyalah kita menyusahkan orang-orang fakir lagi dengan membiarkan mereka menumbuk biji gandum yang kita zakatkan. Biarlah mereka menikmati gandum yang sudah menjadi tepung tanpa harus bersusah payah mengolahnya. Dan pendapat kedua ini juga tidak terlalu memberatkan bagi pengeluar zakat daripada orang-orang kaya, sebab biasanya mereka memiliki khadim untuk mengolah biji gandum menjadi tepung. Maka tak ada salahnya jika si kaya berbagi sedikit kesusahan dengan si fakir dengan menumbuk gandum. Jangan tambah lagi beban si fakir di hari ‘aid yang selama ini sudah cukup lama susah dengan kesusahannya. Maka pendapat kedua ini adalah pendapat pertengahan yang paling adil sebab si kaya dan si miskin sama-sama ambil bahagian dalam kesusahan dengan hasil yang sama rata pula.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Pendapat ketiga adalah pendapat yang paling ringan baik bagi si pengeluar zakat maupun bagi si penerima. Sebab dengan mezakatkan harga (uang) yang senilai dengan benda-benda tersebut memberikan keleluasaan bagi si penerima zakat untuk memilih makanan apa yang akan dimakannya pada hari ‘aid, apakah ia akan membeli tepung gandum atau bijinya saja. Apakah dia akan membeli tamar, kismis ataupun keju, diserahkan kepada kehendak si penerima zakat. Dia bebas memilih terhadap bendap apa yang paling dia butuhkan di hari ‘aid. Tentulah ini semakin menambah kebahagiaan kepada si penerima zakat. Bukankah tujuan zakat fitrah adalah untuk membehagiakan mereka semaksimal mungkin?!</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Walaupun al-faqir bermazhab Syafi’i, tetapi al-faqir lebih condong kepada pendapat mazhab ketiga ini, yaitu pendapat Imam Abu Hanifah. Ini pula pendapat kebanyakan ulama kontemporer seperti Syaikh Yusuf Qordhowi, Syaikh Ali Jum’ah dan lainnya. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b>5. Kapan Zakat Fitrah itu Jatuh Hukumnya Wajib?</b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Ada dua pendapat mazhab dalam hal ini:</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Pertama: Pendapat Malik & Syafi’i: Jatuh hukum wajibnya ketika terbenam matahari pada malam ‘aid. Menurut pendapat ini, maka seorang anak yang dilahirkan setelah terbenam matahari pada malam ‘aid tidak wajib dikeluarkan zakat fitrahnya sebab tidak mendapatkan bagian daripada Ramadhan dan adapun seorang yang meninggal setelah terbenam matahari pada malam ‘aid wajib dikeluarkan zakatnya sebab telah mendapatkan bagian daripada Ramadhan, walaupun sudah keluar dari bulan Ramadhan..</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Pendapat Abu Hanifah: Jatuh hukum wajibnya ketika terbit fajar pada hari ‘aid. Menurut pendapat ini, maka seorang anak yang dilahirkan setelah terbenam matahari di malam ‘aid wajib dikeluarkan zakat fitrahnya sebab besok dia akan mendapatkan bagian daripada hari ‘aid dan adapun seorang yang meninggal setelah terbenam matahari di malam ‘aid tidak wajib dikeluarkan zakat fitrahnya sebab besok tidak akan mendapatkan bagian dari hari ‘aid.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn8" name="_ftnref8" style="mso-footnote-id: ftn8;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[8]</span></span></span></a></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Sangat terlihat jelas titik perbedaan kedua mazhab di atas. Mazhab yang pertama meletakkan sebab wajib zakat fithri itu pada mendapatkannya seorang hamba terhadap Ramadhan atau tidak. Dan mazhab yang kedua meletakkan sebab wajib zakat fithri itu pada mendapatkannya seorang hamba terhadap hari ‘aid atau tidak.. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b>6. Untuk Siapa Zakat Fitrah Wajib Diserahkan?</b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Orang-orang yang berhak menerima zakat fitrah adalah delapan golongan sebagaimana orang-orang yang berhak menerima zakat mal (harta), seperti disebutkan dalam surat At-Taubah: 60; fakir, miskin, amil, mu’allaf, budak, orang yang berhutang, orang yang lagi berjihad fi sabilillah dan orang yang berada dalam perjalanan. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Tetapi perlu diingat, fiqih aulawiyat (prioritas) tetap perlu diterapkan di sini. Di antara delapan itu, tentunya tingkat kebutuhannya terhadap zakat fitrah berbeda-beda. Ada yang sangat membutuhkan dan ada yang tidak membutuhkan. Amil atau petugas penyalur zakat yang hidupnya berkecukupan misalkan, atau mu’allaf yang kaya raya, atau pengusaha yang berhutang milyaran rupiah karena memang hidup pengusaha selamanya dengan hutang, untuk apa diberikan zakat?!</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Dalam hadits-hadits Rasulullah, ketika berbicara tentang zakat fitrah, yang selalu disebut-sebut adalah kaum fakir miskin, maka dahulukanlah fakir miskin ini. Jika sudah tidak ada lagi fakir miskin baru beranjak ke mustahiq lain yang paling membutuhkan.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b>Penutup</b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Hemat penulis, sebaiknya zakat fitrah diserahkan langsung kepada fakir miskin, tidak usah melalui badan amil. Begitu pula tidak memanggil fakir miskin yang datang ke rumah kita untuk mengambil zakat, tetapi kitalah yang langsung terjun ke rumah fakir dan miskin agar kita dapat melihat langsung apa yang mereka makan, <i>entahpun</i> makan <i>ntah </i>tidak?! Agar kita dapat melirik isi dapur mereka, apakah asap dapur mereka selalu mengepul atau tidak?! Agar kita dapat menyapu kepala anak-anak mereka, apakah hangat cukup makanan atau dingin karena sering kelaparan?!</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Jumlah yang dizakatkan hampir tiada arti, tetapi manfaatnya sangat berarti. Zakat fitrah adalah wasilah bagi kita untuk melihat dari dekat bagaimana kehidupan fakir dan miskin makhluk-makhluk Allah di muka bumi yang harus kita kasihi.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Saran al-faqir pula, zakat fitrah ini hendaknya kita menyegerakan membayarnya. Menyegerakan membayar zakat berbeda kualitasnya dengan membayar zakat menunggu waktu waktu wajibnya. Zakat adalah hutang, hutang kita kepada Allah dan fakir miskin. Siapa yang memilih untuk menyegerakan membayar hutang sebelum jatuh tempo penagihannya, maka itu adalah adab yang paling baik. Syaikhuna Sayidi Yusuf Bakhour al- Hasani <i>Allahu yalhaquna bihi</i>, sering sekali mengingatkan akan hal ini. Beliau berkata:</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div align="right" class="MsoNormal" style="text-align: right;"><b><span dir="RTL" lang="AR-EG">السرعة في الإمتثال عين الأدب</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Bersegera dalam menunaikan kewajiban adalah inti adab.” </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Sebab dengan menyegerakan membayar zakat fitrah, akan merehatkan fakir miskin, menjadikan mereka lebih siap untuk menyambut ‘aid fithri, dimana mereka dapat menggunakan hasil zakat fitrah untuk segera membeli kebutuhan-kebutuhan mereka di hari ‘aid. Zakat fitrah berupa uang misalkan, kita berikan tepat di pagi hari ‘aidul fitri, bagaimana mereka mau membeli makanan, bumbu-bumbu, pakaian dan sebagainya untuk ‘aidul fitri, sementara pada hari ini warung-warung sudah tutup?! </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Zakat fitrah jumlahnya hanya 1,7 kilogram beras, itupun tidak tiap minggu atau tiap bulan, tetapi pertahun. Jika dinilaikan dengan uang hanya 12 ribu rupiah pertahun. Apa yang dibanggakan dari angka 12 ribu?! Zakat fitrah hanya dapat memakmurkan orang-orang miskin dalam sehari, sisanya 364 hari mereka akan lanjut dalam kesusahan dan kelaparan.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Zakat hanyalah pintu untuk mengetuk hati kita yang bakhil, kikir, pelit dan kedekut agar ke depan lebih sering dan rajin bersedeqah dan berinfaq. Zakat bukan ajang bagi kita untuk berlomba-lomba mendermakan harta, sebab zakat jumlah dan waktunya ditentukan. Jika hendak melakukan amal nafilah (kebaikan), maka bukan lewat zakat, sebab zakat adalah amal wajibah (kewajiban). Tetapi tempuhlah jalur sedekah dan infaq. Di situ anda bisa mendermakan harta anda sebanyak-banyaknya, mau seperempat, sepertiga, atau setengah seperti Sayidina Umar atau semua seperti Sayidina Abu Bakar, atau lebih meilih “selalu” seperti Sayidina Utsman, atau seperti Sayidina Ali yang senantiasa memberi walaupun tak punya. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i>Wallahu a’lam.</i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Kairo, 27 Ramadhan 1432 H pkl. 09.46 am</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Al-faqir ila ‘afwi Rabbihi</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Muhammad Haris F. Lubis</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="mso-element: footnote-list;"><br />
<hr align="left" size="1" width="33%" /><div id="ftn1" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref1" name="_ftn1" style="mso-footnote-id: ftn1;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[1]</span></span></span></a> Al-Mirqat bi Syarhi Ahadits Dr. Hisyam Ibrahim hal. 88 Muqarrar Kuliah Ushuluddin Qismul Hadits. </div></div><div id="ftn2" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref2" name="_ftn2" style="mso-footnote-id: ftn2;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[2]</span></span></span></a> Al-Ghunyah Abdul Qadir al-Jailani hal. 28 Jilid 1 Cet. Dar Kutub Ilmiyah Beirut</div></div><div id="ftn3" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref3" name="_ftn3" style="mso-footnote-id: ftn3;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[3]</span></span></span></a> Al-Mirqat hal. 96</div></div><div id="ftn4" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref4" name="_ftn4" style="mso-footnote-id: ftn4;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[4]</span></span></span></a> Ibid</div></div><div id="ftn5" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref5" name="_ftn5" style="mso-footnote-id: ftn5;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[5]</span></span></span></a> Imam Muzani adalah murid Imam Syafi’i <i>radhiyallahu anhuma</i></div></div><div id="ftn6" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref6" name="_ftn6" style="mso-footnote-id: ftn6;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[6]</span></span></span></a> Lihat Mizan al-Kubra hal. 164 Cet. Dar Fikri Damsyiq Suriah</div></div><div id="ftn7" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref7" name="_ftn7" style="mso-footnote-id: ftn7;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[7]</span></span></span></a> Ibid</div></div><div id="ftn8" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref8" name="_ftn8" style="mso-footnote-id: ftn8;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[8]</span></span></span></a> Al-Wajiz fi Fiqhil Ibadat Dr. Abd. Aziz Muh. Azzam & Dr. Ahmad Salamah hal.250 Muqarrar Fak. Syariah Univ. Al Azhar</div><div class="MsoFootnoteText"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQuFfW8Le5E8hJWZ5ynLgkOg8DUYS3cAnAry6HGqGsvpaIZ-31aWoqlpXI9p_QgwASlT-qwmv_sfHMSynpow2SwJMnG6TEC8sUDm7ULSroGpkfHlGK2uRP8iSCZFUBMGX0m6IoURAtyAPF/s1600/orang-miskin+gg.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="270" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQuFfW8Le5E8hJWZ5ynLgkOg8DUYS3cAnAry6HGqGsvpaIZ-31aWoqlpXI9p_QgwASlT-qwmv_sfHMSynpow2SwJMnG6TEC8sUDm7ULSroGpkfHlGK2uRP8iSCZFUBMGX0m6IoURAtyAPF/s400/orang-miskin+gg.jpg" width="400" /></a></div><div class="MsoFootnoteText"><br />
</div></div></div>Sufi Medanhttp://www.blogger.com/profile/12215886428911434150noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-5591594644026025906.post-65768071926756213462011-08-07T14:10:00.001+02:002011-08-07T14:15:19.949+02:00Mengapa Pahala Puasa Tak Ada Malaikat Yang Mampu Mencatat?<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgETgbZGLg8QExBAFyUCD0hOXN1z4UmLfuGMBA87TYc5x5ttv04eAlMowG244fLs8v84V1Tpl_33XVYT3zUmPliXvYl0RY9AVhXZV9qbjsj1lRAbnpkoQU4LaQWBZH7tO9AwPn8lZ3zoG_D/s1600/04082011_001.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgETgbZGLg8QExBAFyUCD0hOXN1z4UmLfuGMBA87TYc5x5ttv04eAlMowG244fLs8v84V1Tpl_33XVYT3zUmPliXvYl0RY9AVhXZV9qbjsj1lRAbnpkoQU4LaQWBZH7tO9AwPn8lZ3zoG_D/s200/04082011_001.jpg" width="200" /></a></div><div style="text-align: justify;">Oleh: <a href="http://www.facebook.com/profile.php?id=100000743191580">Sidi Syaikh Muhammad 'Iwadh al-Manqusy</a> <i>hafizhahullah </i>dalam majelis beliau, pembacaan Shohih Bukhari di Hay al-Asyir Nashr City Cairo </div><div style="text-align: justify;"><br />
Puasa adalah menyifati diri dengan sifat yang tidak kita miliki; yaitu menyifati diri dengan sifat yang berlawanan dengan sifat diri kita <i>(tawashuf bikhilafi ma nahnu fihi)</i>. Hakekat kita adalah zat dengan sifat yang membutuhkan <i>(al-faqir)</i>. Dengan puasa, sebenarnya kita lagi menyifati diri <a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn1" name="_ftnref1" style="mso-footnote-id: ftn1;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[1]</span></span></span></a> kita dengan sifat yang tidak sesuai dengan zat diri kita, yaitu sifat tidak membutuhkan <i>(al-ghaniy),</i> karena <i>al-ghaniy</i> adalah sifat Allah <i>Subhanahu wa Ta’ala</i><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn2" name="_ftnref2" style="mso-footnote-id: ftn2;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[2]</span></span></span></a><i> </i>semata. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
<a name='more'></a></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Ketika berpuasa kita tidak membutuhkan makanan yang mengisi perut dan minuman yang membasahi tenggorokan kita. Bukankah Allah tidak membutuhkan makan dan minum?!</div><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Jangan heran! Bukan kita saja yang sering menyifati diri kita dengan sifat Allah, Allahpun juga terkadang suka menyifati diri-Nya dengan sifat hamba-Nya. Contohnya pada ayat berikut ini Allah lagi menyifati dirinya dengan makhluk yang lagi membutuhkan. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b><span lang="AR-EG" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 14pt;">مَنْ ذَا الَّذِي </span></b><b><span lang="AR-EG" style="color: red; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 14pt;">يُقْرِضُ اللَّه</span></b><b><span lang="AR-EG" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 14pt;">َ قَرْضًا حَسَنًا</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
<i>“Siapakah yang mau meminjamkan Allah (uang atau harta) dengan pinjaman yang baik?!” (Al-Baqarah: 245)</i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Juga pada hadits ini, Allah lagi menyifati dirinya dengan sifat kita.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b><span lang="AR-EG" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 14pt;">يَا ابْنَ آدَمَ </span></b><b><span lang="AR-EG" style="color: red; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 14pt;">مَرِضْت</span></b><b><span lang="AR-EG" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 14pt;">ُ فَلَمْ تَعُدْنِي</span></b><b><span dir="LTR" lang="AR-EG" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 14pt;"> </span></b><b><span dir="LTR" style="color: black; font-size: 14pt;">…</span></b><b><span dir="LTR" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 14pt;"> </span></b><b><span lang="AR-EG" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 14pt;">يَا ابْنَ آدَمَ اسْتَطْعَمْتُكَ فَلَمْ تُطْعِمْنِي</span></b><b><span dir="LTR" style="color: black; font-size: 14pt;">…</span></b><b><span dir="LTR" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 14pt;"> </span></b><b><span lang="AR-EG" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 14pt;">يَا ابْنَ آدَمَ اسْتَسْقَيْتُكَ فَلَمْ تَسْقِنِي</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
<i>“Wahai anak Adam, aku sakit tapi kamu tidak menjengukku... Wahai anak Adam, aku lapar tapi kamu tidak memberiku makan… Wahai Anak Adam, aku haus tapi kamu tidak memberiku minum”</i> <i>(Riwayat Muslim)<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn3" name="_ftnref3" style="mso-footnote-id: ftn3;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[3]</span></b></span></span></a></i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Di alquran Allah juga menyifati diri-Nya dengan penyabar <i>(ash-Shobur), </i>sementara sabar tidak terjadi kecuali jika ada kesusahan <i>(masyaqqah), </i>sementara Allah tidaklah mungkin tertimpa kesusahan.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Dari ayat dan hadits di atas, jangan dipahami secara zhohir bahwa Allah butuh uang, Allah sakit, Allah lapar dan Allah haus, tetapi Allah lagi <i>bertanazul</i> dengan para hamba, yaitu Allah lagi mendekati hambanya dengan menurunkan sifat-Nya kepada sifat hamba dan pada saat yang bersamaan Allah juga mendekatkan hamba-Nya kepada-Nya dengan menaikkan sifatnya kepada sifat-Nya.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn4" name="_ftnref4" style="mso-footnote-id: ftn4;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[4]</span></span></span></a></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i>Tanazul</i> ini saya umpamakan ketika kita menyapa anak-anak kita yang sedang bermain di atas pasir, kita ikut turun ke atas pasir, memperlakukan anak-anak kita bukan dengan sifat kita; sifat orang dewasa, tetapi dengan sifat anak-anak yang lagi bermain di atas pasir. Ini terjadi secara otomatis jika kita mencintai anak-anak kita. Begitu pulalah Allah ketika Allah mensifatkan diri-Nya dengan sifat hamba sebenarnya Allah lagi mendekati hamba-Nya <i>(taqarruban)</i>, merealisasikan cinta-Nya <i>(tahabbuban)</i> dan menyentuh hamba dengan merasakan kelembutan sifat-Nya <i>(talathufan).</i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i>Murid-muridku yang kucintai…</i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Di antara sifat Allah adalah puasa <i>(shoum)</i> karena puasa adalah<i> imsak</i>, yaitu <i>imtina’</i> (tidak makan dan minum). Ketika Allah menyuruh kita berpuasa, sebenarnya Allah menyuruh kita untuk bersifat dengan sifat Allah, untuk berakhlak dengan akhlak Allah. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Begitu pula puasa adalah <i>istighna’</i>; yaitu tidak membutuhkan segala sesuatu. <i>Istighna’</i> adalah sifat Allah, dimana Allah tidak membutuhkan segala sesuatu. Jadi ketika puasa, kita sebenarnya lagi melatih diri untuk bersifat dengan sifat Allah, walaupun pada hakekatnya kita membutuhkan segala sesuatu. Namun Allah ingin membiasakan kepada kita: “Berpuasalah kamu, bersifatlah dengan sifat-Ku walaupun hanya sekali-sekali<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn5" name="_ftnref5" style="mso-footnote-id: ftn5;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[5]</span></span></span></a> kamu bersifat dengan sifat-Ku, contohlah Aku hingga kamu mengenal dan mencintai Aku."</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Puasa adalah ibadah agung untuk <i>bertakhalluq<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn6" name="_ftnref6" style="mso-footnote-id: ftn6;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;"> [6]</span></b></span></span></a></i> dengan akhlak Allah, <i>tasyakkul <a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn7" name="_ftnref7" style="mso-footnote-id: ftn7;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[7]</span></b></span></span></a></i> dan <i>tanazul <a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn8" name="_ftnref8" style="mso-footnote-id: ftn8;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[8]</span></b></span></span></a></i> dengan sifat Allah Ta’ala secara majaziah karena sifat-sifat itu pada hakekatnya bukanlah sifat kita.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="background-color: lime;">Jadi hakekat puasa adalah sifat Allah, oleh karena itulah tak ada malaikat yang mampu mencatat pahalanya. Berbeda dengan sedekah, sholat, berbuat baik kepada orang tua, baca alquran dan semuanya ditentukan rinci pahalanya, ada yang sepuluh kali lipat, ada yang tujuh puluh kali lipat, ada yang tujuh ratus kali lipat dan seterusnya. Sementara puasa, Allah tidak memberi tahu.</span> Allah hanya mengatakan dalam hadits:</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b><span lang="AR-EG" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 14pt;">وَأَنَا </span></b><b><span lang="AR-EG" style="color: red; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 14pt;">أَجْزِي بِه</span></b><b><span lang="AR-EG" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 14pt;">ِ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا... (رواه البخاري)</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“…dan Aku yang akan membalasnya dan sementara kebaikan selain puasa itu pahalanya sepuluh kali lipat…”</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Hadits di atas adalah sebuah isyarat yang agung bahwa Allah ingin mengatakan pada kita; <i>Takhalluq </i>(bersifat) dengan sifat Allah tidak bisa ditimbang pahalanya, bahkan pada hari kiamatpun pahala puasa ini tidak bisa ditimbang dengan mizan sementara amal-amal yang lain semuanya dapat ditimbang. Siapakah yang dapat menimbang beratnya sifat Allah?! Tak mungkin, itu mustahil. Tak ada satu makhlukpun yang dapat mengukur seberapa besar beratnya timbangan sifat Allah. Mustahil!!!</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Oleh karena itulah Allah mensifati orang-orang yang bersifat dengan sifat-Nya sebagai <i>Rabbaniyun:</i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b><span lang="AR-EG" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 14pt;">وَلَكِنْ كُونُوا </span></b><b><span lang="AR-EG" style="color: red; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 14pt;">رَبَّانِيِّين</span></b><b><span lang="AR-EG" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 14pt;">َ...(آل عمران: 79)</span></b><b><span dir="LTR" lang="AR-EG" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 14pt;"> </span></b><b><span lang="AR-EG" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 14pt;"> </span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Akan tetapi jadilah kamu seorang hamba yang bersifat dengan sifat-sifat Rabbmu.”</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Selamat menjalankan ibadah puasa</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Diterjemahkan oleh:</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i>Al-faqir ila maghfirati Rabbih</i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Muhammad Haris F. Lubis</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Kairo, 7 Ramadhan 1432 H, pkl 12.12 pm.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><br />
<hr align="left" size="1" width="33%" /><div id="ftn1" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref1" name="_ftn1" style="mso-footnote-id: ftn1;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[1]</span></span></span></a> <i>Tawashuf</i> bukan <i>tasybih/tamtsil</i>, sebab yang <i>tawashuf dalam lingkup</i> sifat-sifat maknawi, sementara <i>tasybih/tamtsil</i> dalam lingkup sifat-sifat jusmani.</div></div><div id="ftn2" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref2" name="_ftn2" style="mso-footnote-id: ftn2;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[2]</span></span></span></a> Inilah yang dimaksudkan orang-orang sufi dengan<b><span dir="RTL" lang="AR-SA">تخلقوا بأخلاق الله </span></b><span dir="RTL" lang="AR-SA"> </span></div><div class="MsoFootnoteText"> “Berakhlaklah kamu dengan akhlak Allah”, maksudnya adalah bersifatlah kamu dengan sifat Allah seperti sayang, kasih, pemberi, pemaaf dan penolong. </div></div><div id="ftn3" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref3" name="_ftn3" style="mso-footnote-id: ftn3;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[3]</span></span></span></a> Lebih lengkapnya hadits tersebut adalah: </div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; unicode-bidi: embed;"><b><span lang="AR-EG" style="color: red; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 14pt;">يَا ابْنَ آدَمَ مَرِضْت</span></b><b><span lang="AR-EG" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 14pt;">ُ فَلَمْ تَعُدْنِي قَالَ يَا رَبِّ كَيْفَ أَعُودُكَ وَأَنْتَ رَبُّ الْعَالَمِينَ قَالَ أَمَا عَلِمْتَ أَنَّ عَبْدِي فُلَانًا مَرِضَ فَلَمْ تَعُدْهُ أَمَا عَلِمْتَ أَنَّكَ لَوْ عُدْتَهُ لَوَجَدْتَنِي عِنْدَهُ يَا ابْنَ آدَمَ اسْتَطْعَمْتُكَ فَلَمْ تُطْعِمْنِي قَالَ يَا رَبِّ وَكَيْفَ أُطْعِمُكَ وَأَنْتَ رَبُّ الْعَالَمِينَ قَالَ أَمَا عَلِمْتَ أَنَّهُ اسْتَطْعَمَكَ عَبْدِي فُلَانٌ فَلَمْ تُطْعِمْهُ أَمَا عَلِمْتَ أَنَّكَ لَوْ أَطْعَمْتَهُ لَوَجَدْتَ ذَلِكَ عِنْدِي يَا ابْنَ آدَمَ اسْتَسْقَيْتُكَ فَلَمْ تَسْقِنِي قَالَ يَا رَبِّ كَيْفَ أَسْقِيكَ وَأَنْتَ رَبُّ الْعَالَمِينَ قَالَ اسْتَسْقَاكَ عَبْدِي فُلَانٌ فَلَمْ تَسْقِهِ أَمَا إِنَّكَ لَوْ سَقَيْتَهُ وَجَدْتَ ذَلِكَ عِنْدِي</span></b></div><div class="MsoFootnoteText" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div></div><div id="ftn4" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref4" name="_ftn4" style="mso-footnote-id: ftn4;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[4]</span></span></span></a> Tanazul tidak sama dengan tasybih yang dilakukan oleh orang-orang mujassimah. Karena tanazul adalah dalam lingkup sifat-sifat maknawi seperti penyayang, pengasih, pemaaf dan penolong sementara tasybih adalah dalam lingkup jusmani seperti berwajah, bermata, bertangan dan berkaki. Maha suci Allah daripada penyerupaan terhadap makhluk.</div></div><div id="ftn5" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref5" name="_ftn5" style="mso-footnote-id: ftn5;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[5]</span></span></span></a> Setahun sekali (Ramadhan), seminggu dua kali (senin & kamis), sebulan tiga kali (13, 14, & 15 tiap-tiap bulan Hijriyah, dan puasa-puasa sunnah lainnya seperti puasa nishfu sya’ban, ‘asyura, puasa 6 hari di bulan syawal dan seterusnya.</div></div><div id="ftn6" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref6" name="_ftn6" style="mso-footnote-id: ftn6;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[6]</span></span></span></a> berakhlak</div></div><div id="ftn7" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref7" name="_ftn7" style="mso-footnote-id: ftn7;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[7]</span></span></span></a> menyerupai</div></div><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref8" name="_ftn8" style="mso-footnote-id: ftn8;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[8]</span></span></span></a> yaitu Allah lagi mendekati hambanya dengan menurunkan sifat-Nya kepada sifat hamba dan pada saat yang bersamaan Allah juga mendekatkan hamba-Nya kepada-Nya dengan menaikkan sifatnya kepada sifat-Nya<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiK3gBohJDPCAVlKT6CRFbVW5gGS52uSQabXMauGFQoqzGPEwOT1DkQyH4xLX7GcjdwaaxtbTSBUk3sJimTryZldmEgL31_xPxHfsztHAG5TnJQGFr9Sc5fXIzi5coYotWHUntNIMvvvU9O/s1600/04082011_004.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiK3gBohJDPCAVlKT6CRFbVW5gGS52uSQabXMauGFQoqzGPEwOT1DkQyH4xLX7GcjdwaaxtbTSBUk3sJimTryZldmEgL31_xPxHfsztHAG5TnJQGFr9Sc5fXIzi5coYotWHUntNIMvvvU9O/s400/04082011_004.jpg" width="400" /></a></div><br />
</div>Sufi Medanhttp://www.blogger.com/profile/12215886428911434150noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-5591594644026025906.post-55916122900234986922011-08-04T09:50:00.000+02:002011-08-07T13:11:14.450+02:00Resume Ceramah Ilmiah Syaikh Dr. Usamah Sayyid AzharS Dalam Sesi ke-4 Seminar "Hadis dan Ahli Hadis di al-Azhar”<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMEk5ZmiFftpQh-1w5oCvfR2bA5RqFk9euQIJxijtazlqyoUBzsGJdcbIGavrloH2CieAgxLk1VUH-t89JjpJhi602PO-ZnNEsD9PssDxB-tj91x1hcfW52RhAhtf9JIPHl5dSN_8PY4Eo/s1600/18042011_002.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMEk5ZmiFftpQh-1w5oCvfR2bA5RqFk9euQIJxijtazlqyoUBzsGJdcbIGavrloH2CieAgxLk1VUH-t89JjpJhi602PO-ZnNEsD9PssDxB-tj91x1hcfW52RhAhtf9JIPHl5dSN_8PY4Eo/s200/18042011_002.jpg" width="200" /></a></div>Oleh: <a href="http://www.facebook.com/uda.zami?sk=notes">Ust. al-Fadhil Zamzami Saleh al-Azhari</a> pada 18 Juni 2011 jam 7:27<br />
<br />
<i>Ini merupakan ringkasan dari ceramah ilmiah yang disampaikan oleh Syekh Usamah al-Sayyid al-Azhari dalam seminar berjudul “Hadis dan Ahli Hadis di al-Azhar” (</i><b><i><span dir="RTL" lang="AR-SA">الحديث والمحدثون في الأزهر الشريف</span></i></b><i>) yang diadakan di Auditorium Imam Muhammad ‘Abduh, al-Azhar pada 25 Mei 2011 lalu. Oleh karena isi kandungan ceramah beliau begitu menarik, maka saya coba buat resumenya dalam bentuk tulisan ini.</i><br />
<div style="text-align: justify;"><br />
</div><a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">Di sesi ke 4, Syekh Usamah Sayyid Al-Azhari berbicara mengenai topik “sumbangan dan khidmat ulama al-Azhar terhadap hadist”.Di awal topik,beliau menceritakan beberapa dakwaan dan cerita-cerita yg mengatakan bahwa Al-Azhar bukanlah madrasah Hadist dan bahwa Azhar tidak memiliki keilmuan dalam bidang hadits serta bahwa Azhar tidak memiliki kebiasaan ilmiah dalam bidang Hadits yang mampu menelorkan produk-produk ilmiah dalam bidang hadits serta para muhaddits.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Menurut dakwaan tersebut, dikatakan bahwa setelah al-Hafiz Murtadha al-Zabidi (w. 1205H) tiada lagi ulama yang memberi tumpuan terhadap hadis di al-Azhar, Mesir. Menurut Syekh Usamah,dakwaan tersebut muncul akibat kurang nya pengetahuan beberapa pendakwa tentang Sejarah Al-Azhar dan Para tokoh-tokohnya serta tidak adanya pengetahuan tentang produk-produk ilmiah berharga yang dihasilkan oleh Al-Azhar.Bisa jadi dakwaan itu muncul karena Al-Azhar sendiri bukanlah madrasah yang konsentrasi pada satu keilmuan saja.Padahal kalau kita lihat lewat sejarah Azhar serta usaha para tokohnya dalam bidang hadits,akan kita temui begitu banyak sumbangan Azhar dalam bidang hadits,baik dalam bentuk produk-produk keilmuan yang bermacam ragam seputar Hadits dan Ilmu-ilmunya maupun menelorkan para Muhaddits yang di hormati pada Zamannya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Syekh Usamah lalu menyebutkan sebagian diantara bukti-bukti Khidmat Ulama-ulama Azhar dalam bidang Hadits.Bukti-bukti tersebut beliau kelompok kan ke dalam 8 poin.8 poin ini setidaknya cukup untuk membuktikan bahwa tiada satupun institusi pendidikan islam yang memberikan khidmat kepada Hadits seperti yang telah dilakukan oleh Al-Azhar.8 poin tersebut adalah : <b> </b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>1.Men-Syarah (Memberi komentar) terhadap Kitab-Kitab Hadits Kubro dan Mu’tamad</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b> </b>Antara tokoh-tokoh al-Azhar dalam bidang ini:</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- Syeikhul Islam ‘Ali al-Sa‘idi al-‘Adawi, beliau mengajar Sahih al-Bukhari selama 10 tahun. Beliau mensyarahkannya secara detail dari segi sanad dan matan. Antara muridnya ialah Syeikh al-Amir al-Maliki al-Kabir.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- Syeikh Hasan al-‘Idwi al-Hamzawi, mengarang kitab Syarah Sahih al-Bukhari setebal 10 jilid. Kitab beliau ini pernah dicetak dengan huruf batu.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- Dr. Musa Syahin Lasyin mengarang kitab <i>Fath al-Mun’im fi Syarh Sahih Muslim</i> dalam tempo 20 tahun.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- Syekh. Muhammad Muhammad Abu Syahbah mengarang <i>Tawfiq al-Bari di Syarah Sahih al-Bukhari </i>yang dikarang dalam 15 jilid. Tapi kitab ini tidak dicetak hingga kini.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- Prof. Dr. Ahmad ‘Umar Hasyim menyusun kitab <i>Faidh al-Bari fi Syarh Sahih al-Bukhari</i>. Ia telah diterbitkan hingga kini sebanyak 10 jilid dan masih ada 2 jilid lagi yang belum dicetak.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- Dr. Muhammad Zakiyuddin Abu al-Qasim menyusun kitab <i>Jami</i>‘<i> al-Bayan fi Syarh Ma Ittafaq ’Alayhi al-Syaykhan</i>, telah dicetak dalam 15 jilid.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- Syeikh ‘Abdu Rabbuh Sulaiman menyusun kitab Syarah <i>Jami</i>‘<i> al-Usul</i> oleh Ibn al-Athir. Kitab ini diberi Kata Pengantar oleh Para Ulama al-Azhar, terutamanya Musnid al-‘Asr Syeikh Ahmad Rafi‘ al-Tahtawi.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- Syeikh Ahmad ‘Abd al-Rahman al-Banna al-Sa‘ati menghasilkan <i>Bulugh al-Amani bi Tartib Musnad Ahmad bin Hanbal al-Syaybani</i>, dan kemudian menyusun syarahnya <i>al-Fath al-Rabbani</i>. [Beliau turut menyusun dan mensyarah hadis-hadis Musnad Abi Dawud al-Tayalisi dan Musnad al-Syafi‘i].</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dan lain-lain.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Bisa dikatakan amat sulit untuk menghitung karya-karya Ulama Al-Azhar dalam bagian ini secara detail mengingat jumlahnya yang begitu banyak.Bahkan menurut Syekh Usamah nyaris tiada satupun institusi keilmuan islam yang menghasilkan produk-produk Ilmiah bidang Hadits, terutama dalam masalah Syarah dari Kitab-Kitab yang Kubro dan Mu’tamad ini yang melebihi Al-Azhar.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b> 2.Mematangkan ilmu seputar Manahijul Muhadditsin (Metodologi Ahli Hadits)</b></div><div style="text-align: justify;">Ilmu Manahijil Hadits adalah ilmu yang nyaris mati dalam beberapa kurun lampau.Namun Dihidupkan lagi oleh ulama-ulama al-Azhar. Istilah <i>Manahij al-muhadditsin </i>kira-kira sama dengan istilah <i>Syurut al-A’immah</i> (syarat-syarat para imam) pada masa dahulu. Antara ulama yang mengarang mengenai <i>Syurut al-A’immah</i> ialah Ibn Mandah, al-Hazimi dan al-Maqdisi. Ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Syeikh ‘Abd al-Fattah Abu Ghuddah dalam tahkiknya ke atas kitab <i>Syurut al-A’immah </i>oleh al-Hazimi dan al-Maqdisi.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Antara ulama al-Azhar yang menghasilkan karya mengenai <i>manahij al-muhadditsin </i>ini ialah:</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- Syeikh Muhammad Muhammad Abu Zahw mengarang kitab <i>al-haditswa al-Muhadditsun</i>.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- Dr. Ahmad Muharram al-Syeikh Naji menulis kitab berjudul <i>al-Daw’ al-Lami</i>‘<i> al-Mubin ‘an Manahij al-muhadditsin </i>setebal 2 jilid mengenai metodologi ahli hadis sehingga kurun ke-empat hijrah.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><i>Manahij al-muhadditsin </i>merupakan antara subjek penting yang diajarkan di al-Azhar kini dan amat sangat banyak karya yang telah dikarang mengenainya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>3.Mematangkan ilmu-ilmu istilah hadits</b></div><div style="text-align: justify;">Antara tokoh-tokoh al-Azhar dalam bidang ini:</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- Syeikh Muhammmad ‘Abd al-‘Azim al-Zurqani menyusun kitab <i>Manhaj al-haditsfi </i>‘<i>Ulum al-Hadith</i>.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- Syeikh Ahmad ‘Ali Ahmadin menyusun kitab <i>Daw’ al-Qamar ‘ala Nukhbah al-Fikar</i>.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- Syeikh ‘Abd al-Wahhab ‘Abd al-Latif menyusun kitab <i>al-Mukhtasar fi ‘Ilm Rijal al-Atsar</i> dan <i>al-Mu</i>‘<i>tasar fi ‘Ulum al-Atsar</i>.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- Syeikh Mustafa Amin al-Tazi mengarang kitab <i>Maqasid al-haditsfi al-Qadim wa al-Hadith</i>.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- Syeikh Muhammad Muhammad al-Samahi menyusun kitab <i>Manhaj al-haditsfi </i>‘<i>Ulum al-hadits</i>setebal 4 juz. Muridnya, Dr. Nuruddin ‘Itr memuji kitab ini yang mengandungi bahasan yang halus dan detail. Namun beliau sangat sedih karena kitab ini tidak disebarkan secara luas. Kitab ini lebih padat berbanding kitab <i>Taujih al-Nazar</i> oleh Syeikh Tahir al-Jaza’iri.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Syeikh ‘Ali Jum‘ah pernah bertanya kepada Syeikh ‘Abd al-Fattah Abu Ghuddah: Apakah kitab yang perlu dibaca oleh penuntut ilmu hadis? Jawab beliau: Nuzhah al-Nazar, al-Nukat oleh Ibn Hajar, Tadrib al-Rawi, Fath al-Mughits dan Taujih al-Nazar oleh Syeikh Tahir al-Jaza’iri karena ia mengandungi falsafah ilmu hadis.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><i>Syeikhul Muhaddithin</i> di zaman ini, Syeikh Dr. Ahmad Ma‘bid ‘Abd al-Karim mempelajari <i>Fath al-Mughits</i> secara lengkap dari Syeikh Muhammad al-Samahi. Menurutnya, Syeikh al-Samahi bisa jadi lebih besar ilmu dan lebih luas bahasannya dari al-Hafiz al-Sakhawi.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- Syeikh Muhammad Muhammad Abu Syahbah mengarang kitab <i>al-Wasit fi ‘Ulum Mustalah al-Hadith</i>. Kitab ini wajar digandengkan bersama kitab <i>Tadrib al-Rawi</i> dan <i>Fath al-Mughits</i>.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- Syeikh Muhammad Mahmud Ahmad Bakkar mengarang kitab <i>Bulugh al-Amal min Mustalah al-haditswa ‘Ulum al-Rijal</i>.Terdiri dari 2 jilid.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dan masih banyak lagi.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Jika dihitung saja sejak dari tahun 1930-an hingga kini, niscaya akan ditemukan lebih dari 500 produk ilmiah seputar bidang ini.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b> 4.Menghasilkan produk-produk ilmiah seputar ilmu Takhrijul Hadits</b></div><div style="text-align: justify;"><b> </b>Antara tokoh-tokoh al-Azhar dalam bidang ini:</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- Syeikh ‘Abd al-Mawjud ‘Abd al-Latif menyusun kitab <i>takhrij al-hadits</i>berjudul <i>Kasyf al-Litham</i>, setebal 2 jilid.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- Dr. ‘Abd al-Muhdi ‘Abd al-Qadir menulis kitab <i>Turuq Takhrij al-hadits</i>.Beliau mengatakan bahwa kitab tersebut adalah kitab pertama yang dikarang dalam spesifikasi Turuq Takhrij Hadits . Meskipun sebelumnya pernah al-Hafiz Ahmad Shiddiq al-Ghumari mengarang kitab berjudul <i>Husul al-Tafrij bi Usul al-Takhrij</i>, namun sayang kitab ini tidak diterbitkan begitu lama (baru diterbitkan beberapa tahun yang lalu). Maka, boleh dikatakan beliau Dr. ‘Abd al-Muhdi adalah orang pertama dari kalangan ulama al-Azhar yang menyusunnya secara lengkap.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- Syeikh DR. Ridha Zakariyya mengarang kitab takhrij al-hadits yang sangat dipuji oleh Syeikh Ahmad Ma‘bid ‘Abd al-Karim.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><i>Takhrij al-hadits </i>merupakan antara subjek penting yang diajarkan di al-Azhar kini dan amat banyak karya yang telah dikarang mengenainya.<b> </b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>5.Mengadakan Majelis pembacaan dan penyampaian hadis, serta mengekalkan tradisi sanad dan ijazah. </b></div><div style="text-align: justify;">Majelis-Majelis pengajian hadis di al-Azhar pada masa lalu hingga saat ini merupakan majelis yang sangat banyak pelaksanaannya serta banyak dihadiri oleh para penuntut ilmu. Antara tokoh-tokohnya:</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- Al-‘Allamah Syeikh Yusuf al-Dijwi mengadakan majelis pembacaan Sahih al-Bukhari yang dihadiri oleh banyak penuntut ilmu, sebagaimana yang diceritakan oleh Syeikh Abu al-Hasan Zaid al-Faruqi dalam kitab <i>Maqamat Khayr</i>, dalam bahasa Urdu. Bahkan ada yang mengatakan bahwa majelis ini dihadiri oleh sekurang-kurangnya 500 orang sehingga lebih dari 1000 orang pendengar.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- Syeikh Hasunah al-Nawawi, yang menjabat Syaikh al-Azhar dan Mufti Mesir pada waktu yang bersamaan , sebagaimana halnya Syeikh Muhammad al-Mahdi al-‘Abbasi (karena kebanyakan Syekh Al-Azhar dan Mufti mesir dijabat oleh orang yang berbeda). Beliau diperintahkan oleh Sultan ‘Abd al-Hamid al-‘Utsmani untuk membuat perkumpulan ulama yang ditugaskan untuk meneliti dan menerbitkan kitab Sahih al-Bukhari. Beliau lalu mengumpulkan 31 orang Ulama Al-Azhar.Lalu Perkumpulan ini mengumpulkan begitu banyak manuskrip sahih bukhori lalu melakukan pembahasan yang mendalam serta analisa terhadap manuskrip tersebut hingga perkumpulan tersebut berhasil menghasilkan sebuah cetakan yang mu’tamad tahun 1812 M yang kemudian dikenal dengan Cetakan Sultaniyyah, dan dianggap Naskah Sahih al-Bukhari yang paling sahih dan mu’tamad karena Cetakan ini berpegang kepada Naskah Syarafuddin al-Yunini. Meskipun Syeikh ‘Abd al-Hayy al-Kattani mengatakan Naskah Ibn Sa‘adah lebih utama berbanding Naskah al-Yunini.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- Syeikhul Islam Salim al-Bisyri telah mengajar kitab hadis selama 30 tahun. Beliau sangat memberikan perhatian terhadap Sahih al-Bukhari. Muridnya, Syeikh Muhammad al-Makkawi juga sangat sungguh-sungguh dalam memberikan perhatian kepada Sahih al-Bukhari hingga ia mampu membetulkan Cetakan Sultaniyyah dalam bentuk jadwal yang detail. Jadwal ini kemudian diterbitkan oleh Syeikh ‘Ali Jum‘ah sebagai lampiran kitabnya tentang Sahih al-Bukhari.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- Syeikh Ahmad Mahjub al-Rifa‘i al-Fayyumi mempelajari Sahih al-Bukhari dari Syeikh Mustafa al-Muballat yang mempelajarinya dari Syeikh Muhammad ‘Ali al-Syanawani (Wafat 1246 H), penyusun <i>al-Durar al-Saniyyah fi Ma </i>‘<i>Ala</i><i> min al-Asanid al-Syanawaniyyah</i>. Muridnya, Syeikh Taha bin Yusuf al-Sya‘bini mempelajari Sahih al-Bukhari dari beliau. Syeikh Ahmad Mahjub juga ikut mempelajari Sahih Muslim dari Syeikh Muhammad ‘Ilisy al-Maliki (Pen-syarah <i>Mukhtasor Kholil </i>) . Kemudian beliau mengajarkannya dan antara muridnya ialah Syeikh Muhammad al-‘Adawi al-Maliki. Beliau juga bersungguh-sungguh dengan Sunan al-Tirmizi dan menghabiskan waktunya dengan meneliti dan membanding Naskah-Naskah al-Tirmizi. Naskah Sunan al-Tirmizi miliknya merupakan Naskah yang amat sahih dan detail, hingga Syeikh Ahmad Syakir menjadikannya sebagai sandaran dalam tahkiknya terhadap Sunan al-Tirmizi.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- Syeikh Abu Hurairah Dawud al-Qal‘i mempelajari dan kemudian mengajar kitab Sahih al-Bukhari. Antara muridnya, Syeikh Al-Azhar Hasan al-Quwaisni yang turut mengajar kitab Sahih al-Bukhari. Antara murid al-Quwaisni ialah Syeikh Mustafa al-‘Arusi yang turut mengadakan majelis pengajian Sahih al-Bukhari dan pembacaan kitab <i>Awa’il Syeikh </i>‘<i>Abdullah bin Salim al-Basri</i>. Antara murid al-‘Arusi pula ialah Syeikh ‘Abd al-Ghani al-‘Inani. Dikatakan, majelis beliau dihadiri oleh 200 atau lebih ulama al-Azhar.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- Syeikh Ahmad Bikir al-Husaini (Pen-syarah kitab <i>Al-Umm</i> ) pernah mengadakan pengajian hadis di rumahnya dan dihadiri oleh Syeikh Muhammad ‘Abd al-Hayy al-Kattani dan tokoh-tokoh ulama lain.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Demikianlah keadaan sejak dari zaman Syeikh Murtadha al-Zabidi hingga ke zaman Syeikh Mufti ‘Ali Jum‘ah, yang mempelajari Sahih al-Bukhari dari Syeikh ‘Abdullah al-Siddiq al-Ghumari . Selain Sahih al-Bukhari, Syeikh ‘Ali Jum‘ah juga mengajar kitab-kitab hadist Kubro yang lain. Maka jelaslah bahwa al-Azhar senantiasa sibuk dengan majelis pengajian hadis dan penyampaian ijazah sanad.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>6.Memberi perhatian seputar hadis terutama bidang Jarh wa Ta’dil , </b><i><b>tashih</b></i><b> dan </b><i><b>tadh</b></i><b>‘</b><i><b>if</b></i><b>. </b></div><div style="text-align: justify;"><b> </b>Antara tokoh-tokoh al-Azhar dalam bidang ini:</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- Syeikh Murtadha al-Zabidi menghasilkan sebuah kitab yang menakjubkan berjudul <i>Ithaf al-Sadah al-Muttaqin</i>, di mana beliau mensyarah dan mentakhrij hadis-hadis <i>Ihya’ ‘Ulumiddin</i>, setebal 13 jilid. Bahkan tatkala Imam Tajuddin al-Subki dalam Thobaqot kubro nya membuat sebuah Pasal tentang Hadits-hadits dalam kitab Ihya’ yang tidak beliau temui sanadnya,maka Imam Murtadha Al-Zabidi mengatakan bahwa beliau menemukan sanad-sanadnya serta asal-asalnya lalu beliau melakukan takhrij atas hadits-hadits tersebut.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- Syeikh Ahmad Syakir seorang alim al-Azhar yang mahir tentang hadis, <i>‘ilal al-hadits</i>, <i>al-jarh wa al-ta’dil</i> dan lain-lain yang tiada bandingnya di zamannya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- Al-Hafiz Syeikh ‘Abdullah al-Siddiq al-Ghumari pernah duduk selama 40 tahun di Mesir. Beliau telah menghasilkan kira-kira 300 karya yang kebanyakannya berkaitan dengan hadis.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Antara tokoh-tokoh lain dalam bahagian ini ialah Syeikh Ahmad ‘Abd al-Rahman al-Banna as-Sa’ati, Syeikh Husain ‘Abd al-Majid Hasyim, Syeikh Ahmad Ma‘bid, <i>syeikhul muhadditsin</i> di zaman ini, dan lain-lain.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b> 7.Menyusun kitab-kitab hadis besar berbentuk </b><i><b>al-Jawami’</b></i><b>. </b></div><div style="text-align: justify;"><b> </b>Antara tokoh-tokoh al-Azhar dalam bidang ini:</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- Syeikh Mansur ‘Ali Nasif, beliau menyusun kitab <i>al-Taj al-Jami’ lil Usul</i>.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- Syeikh Husain ‘Abd al-Majid Hasyim menyusun Ensiklopedia Hadist setebal 14 jilid. Namun, ia tidak diterbitkan hingga kini.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- Syeikh Habibullah al-Syinqiti mengarang kitab <i>Zad al-Muslim fima ittafaqa ‘alaih bukhori wa muslim</i>. Begitu banyak Ulama-ulama al-Azhar mempelajari Sahih Muslim dari beliau.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b> 8.Tahkik dan Takhrij manuskrip hadis ke dunia penerbitan.</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Antara tokoh-tokoh al-Azhar dalam bidang ini:</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- Syeikh ‘Abd al-Wahhab ‘Abd al-Latif, seorang alim yang giat mentahkik kitab-kitab ilmu. Antaranya ialah mentahkik kitab <i>Tadrib al-Rawi</i> yang diterbitkan dengan penuh teliti.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">- Syeikh Sayyid Ahmad Saqr pula mentahkik 3 jilid dari kitab <i>Fath al-Bari</i>, <i>Dala’il al-Nubuwwah</i> oleh al-Bayhaqi, <i>Adab al-Syafi‘i</i> oleh al-Bayhaqi, <i>al-Ilma‘fi taqyidis Sama’</i> oleh Qadhi ‘Iyadh dan lain-lain. Beliau memang seorang alim yang pakar tentang ilmu tahkik manuskrip.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>Kesimpulan</b></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div style="text-align: justify;">Sesungguhnya Al-Azhar Asy-Syarif adalah Madrasah Hadits Terbesar di Dunia yang tidak ditemukan bandingannya dalam memperhatikan dan membahas Hadits dari begitu banyak segi bahasan sebagaimana yang telah dilakukan oleh Al-Azhar dan Ulama-ulama Al-Azhar.Seandainya semua usaha tersebut di buku kan , sungguh akan memerlukan penulisan yang sangat panjang.Maka sebenarnya dakwaan bahwa pengkajian hadits sudah terhenti di Azhar ataupun dakwaan bahwa kebiasaan dan budaya hadist di Al-Azhar sudah hilang ,sesungguhnya adalah dakwaan yang tidak berdasar yang di dakwa oleh orang yang tidak mengetahui.Semoga Allah melindungi Al-Azhar dari fitnahan dan dakwaan keburukan dan semoga Allah senantiasa mengjadikan Al-Azhar,bukan saja sebagai institusi yang konsen dalam satu bidang keilmuan saja,namun juga seluruh keilmuan yang ada.Amin<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVBYg18O9dPyKBHggaGCkIn6nU6Efn43iNQB1LxKRlWGmcS4mp1SOQH87ug3_X7TIXSRHFffBwi7ZL8oHhwUbuHo9EO7j_LojTl2Hy91HRMmV5UM8ODHgIB37vA7q5hF04zQ1RSL2MJk3D/s1600/262002_1791769440171_1417696182_31476055_4380578_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVBYg18O9dPyKBHggaGCkIn6nU6Efn43iNQB1LxKRlWGmcS4mp1SOQH87ug3_X7TIXSRHFffBwi7ZL8oHhwUbuHo9EO7j_LojTl2Hy91HRMmV5UM8ODHgIB37vA7q5hF04zQ1RSL2MJk3D/s400/262002_1791769440171_1417696182_31476055_4380578_n.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Syaikh Dr. Usamah Sayyid Azhar dalam Seminar Hadits & Muhadditsun fil Azhar</td></tr>
</tbody></table></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div> <span style="text-transform: uppercase;"></span>Sufi Medanhttp://www.blogger.com/profile/12215886428911434150noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5591594644026025906.post-5474748962978240362011-07-30T08:37:00.004+02:002011-07-30T14:55:27.377+02:00Tasawufkan Ramadhanmu<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_6FRH0R2lXYFnjWBTvkQfZ7ZX3kJXxoeTevuG3YSQoHOwlAL4GmHudg2hrBGWVgOtRujyvNLnxkkdAFKKo5mDDpVx4v_21S_RK05TOB1mjCdnSfpGEF_hYKovwR0zlto11GkPY2ZlMG18/s1600/19014.jpg.gif" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="163" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_6FRH0R2lXYFnjWBTvkQfZ7ZX3kJXxoeTevuG3YSQoHOwlAL4GmHudg2hrBGWVgOtRujyvNLnxkkdAFKKo5mDDpVx4v_21S_RK05TOB1mjCdnSfpGEF_hYKovwR0zlto11GkPY2ZlMG18/s200/19014.jpg.gif" width="200" /></a></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Sepertinya memang sudah fitrah kian, manusia akan melebihkan amalnya ketika ahwal ruhaninya meningkat. Meningkatnya ahwal ruhani ini disebabkan oleh banyak hal, bisa jadi karena berada di tempat-tempat atau waktu-waktu yang <i>fadhilah</i> (utama) seperti ketika berada di depan makam Rasulullah <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> atau makam para auliya’, ketika berada dalam malam lailatul qadar, atau bisa jadi karena lagi tertimpa musibah, bisa jadi karena baru saja mendapat nikmat dan juga bisa jadi ketika lagi mengharap. Masih banyak sebab-sebab lain yang dapat meningkatkan ahwal ruhani seorang hamba kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.<br />
<br />
<a name='more'></a>Amal ibadah orang tidaklah sama, baik jika dibandingkan pada dirinya sendiri di tiap-tiap waktu & tempat atau jika dibandingkan dengan orang kain. Inilah yang menyebabkan diciptakannya surga yang bertingkat-tingkat, sekali lagi karena memang amal orang tidaklah sama. Sebagaimana juga Allah menciptakan neraka bertingkat-tingkat karena memang kejahatan orang tidaklah sama. Jadi orang yang menolak atau melarang orang lain untuk melebihkan amal-amal ibadahnya adalah orang yang melawan fitrah dan terkeluar daripada kodrat. <br />
<br />
Makanya Rasulullah tidak pernah melarang para sahabat untuk melebihkan amal ibadah, bahkan menganjurkan. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
Di dalam sebuah hadits tentang berwudhu, Rasulullah<i> shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> bersabda:</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span dir="LTR" style="font-size: 18pt;"> </span><span dir="RTL"></span><b><span style="color: black; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 18pt;"><span dir="RTL"></span> <span lang="AR-EG"></span></span></b><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 16pt;"> </span><span dir="RTL"></span><b><span dir="RTL" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 16pt;"><span dir="RTL"></span> <span lang="AR-EG">فَمَنْ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ فَلْيُطِلْ </span></span><span dir="RTL" lang="AR-EG" style="color: red; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 16pt;">غُرَّتَه</span><span dir="RTL" lang="AR-EG" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 16pt;">ُ وَتَحْجِيلَهُ </span></b><b><span lang="AR-EG" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 18pt;"></span></b><span lang="AR-EG" style="font-family: "Simplified Arabic"; font-size: 18pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“…maka siapa yang sanggup di antara kamu, hendaklah dia melebihkan (basuhan) pada wajah serta tangan & kakinya.” (H.R. Muslim)</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Dari hadits di atas, para fuqaha’ mensunnahkan <i>mubalaghoh</i> (berlebihan) dalam berwudhu.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn1" name="_ftnref1" style="mso-footnote-id: ftn1;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[1]</span></span></span></a> dengan melebihkan ukuran basuhan<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn2" name="_ftnref2" style="mso-footnote-id: ftn2;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[2]</span></span></span></a> pada anggota-anggota wudhu’ hingga melebih batas-batas yang diwajibkan. Setelah mendengar hadits itu, para sahabat banyak yang suka melebihkan ukuran basuhannya ketika membasuh muka hingga sampai ke leher, pada tangan hingga sampai ketiak, dan pada kaki hingga ke paha. Sebab Nabi mengatakan nanti di akhirat umat Nabi Muhammad akan bercahaya bekas air wudhunya, jadi semakin bertambah luas daerah wudhu’nya akan semakin besarlah cahaya pada anggota wudhu’nya.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Dari hadits di atas pula, dapat kita simpulkan berlebihan dalam suatu ibadah adalah boleh, selama tidak bertentangan atau menyalahi rukun & syarat yang sudah ditetapkan syariat, seperti memperbanyak jumlah harta yang dizakatkan melewati <i>nishob</i>, memperbanyak jumlah dzikir dan shalawat, memperbanyak sholat dan baca alquran, memperpanjang bacaan sholat 3 atau 4 juz dalam satu raka’at (itu kalau dilakukan sendirian, kalau berjamaah jangan panjang-panjang, sunnahnya baca yang pendek-pendek saja, kasihan anak-anak dan orang tua).</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Apatah lagi di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini, sangat sangat dianjurkan untuk berlebihan dalam ibadah. Alangkah ruginya kita jika di bulan yang luar biasa, amal ibadah kita biasa-biasa saja. Tidak hanya berlebihan dalam artian secara <i>zhohir</i> ( jumlah, waktu, rukun dan syarat) tetapi juga dalam artian secara <i>bathin</i> (makna & hakekat). </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Saudara-saudaraku yang budiman. Berikut yang harus diperhatikan selama bulan Ramadhan. Uraian di bawah ini saya sarikan dari wejangan-wejangan <i>Al-Imam Hujjatul Islam Ash-Shufi</i> Imam Ghazali Ath-Thusi <i>radhiyallahu ‘anhu</i> dalam kitabnya<i> Ihya’ Ulumuddin</i>:</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">1. Pertama: Semua amal ibadah itu disaksikan oleh makhluk, kita sholat dilihat makhluk, kita sedekah dilihat makhluk, kita baca alquran dilihat makhluk, adapun ibadah puasa ini tidak ada yang melihat kecuali Allah, karena puasa sebenarnya adalah ibadah batin yang hakekatnya adalah semata-mata sabar.<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn3" name="_ftnref3" style="mso-footnote-id: ftn3;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[3]</span></span></span></a> Intinya pengendalian diri kata Kiyai Haji Zainuddin MZ <i>Allahuyarham</i>.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">2. Kedua: Ada sebuah pelajaran penting yang harus kita ambil dalam puasa Ramadhan ini; yaitu lapar. Saya sempat curiga mengapa ilmu Tasawuf begitu intensif “mengkader” (red: <i>tarbiyah</i>) para muridnya dengan lapar ini. Ternyata di dalam lapar memang terkandung sebuah hikmah yang luar biasa. Lapar dapat melumpuhkan syaitan. Bukan syaitan sebenarnya yang dilumpuhkan, tetapi hawa nafsu. Hanya saja nafsu ini yang menjadi kendaraan syaitan. Jika nafsu lumpuh, syaitanpun lumpuh. Coba deh puasa sehari, dua hari, tiga hari atau lima hari <i>gak</i> buka-buka, dijamin anda lemas dan <i>gak </i>bisa <i>ngapa-ngapain</i>. Marah tak selera, maksiat tak selera, mau <i>ngomongpun</i> tak selera. Nah itulah hikmahnya puasa lima hari tak buka-buka, melumpuhkan segala nafsu, apapun jenisnya.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Nabi <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam </i>bersabda:</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b><span dir="RTL" lang="AR-EG" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">إن الشيطان لييجري من ابن آدم مجر الدم فضيقوا مجاريه بالجوع</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i>“Sesungguhnya syaitan itu benar-benar mengalir dalam tubuh bani adam di tempat peredaran darahnya, maka persempitlah ruang geraknya dengan lapar.” (Muttafaq ‘alaih)</i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Herannya puasa ini memberikan kekuatan yang luar biasa pada hal-hal kebaikan. Masih ingat bukan, bagaimana tentara Rasulullah memerangi kafir Quraisy di perang Badar dalam keadaan berpuasa, bagaimana tentara kaum muslimin melawan kuatnya tentara Byzantium Roma dan Kisra Parsi, juga dalam keadaan berpuasa, dan bahkan Kemerdekaan Indonesia juga diproklamasikan ketika rakyat Indonesia sedang kelaparan berpuasa?! Dan sebaliknya kejayaan Umawiyah dan Abbasyiah runtuh ketika ketika perut-perut para penguasanya selalu kenyang dan terpuruknya Indonesia juga karena perut-perut para pejabat Indonesia yang selalu kenyang. Aneh bukan?! Seharusnya semakin lapar semakin tak bertenaga & semakin kenyang semakin bertenaga. Inilah yang disebut dengan kekuatan ruhani. Kekuatan yang terlepas dari hubungan fisik namun bersumber dari hubungan ruhani antara hamba kepada Allah.</div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span dir="LTR" style="font-size: 18pt;"> </span><b><span lang="AR-EG" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 16pt;">بَلَى إِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا وَيَأْتُوكُمْ مِنْ فَوْرِهِمْ هَذَا يُمْدِدْكُمْ رَبُّكُمْ بِخَمْسَةِ آلافٍ مِنَ الْمَلائِكَةِ </span></b><b><span lang="AR-EG" style="color: red; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 16pt;">مُسَوِّمِين</span></b><b><span lang="AR-EG" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 16pt;">َ</span></b><b><span dir="LTR" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 16pt;"></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i>“Ya, jika kamu bersabar & bertakwa dan tentara-tentara kafir itu menyerang kamu sekarang juga, Allah yang akan menggenggam kamu dengan lima ribu tentara malaikat yang memakai tanda.” (Ali-Imran: 125):</i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b><span lang="AR-EG" style="color: red; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 16pt;">إِنْ تَنْصُرُوا</span></b><b><span lang="AR-EG" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 16pt;"> اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ</span></b><b><span dir="LTR" style="color: black; font-family: "Traditional Arabic"; font-size: 16pt;"></span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i>“Jika kamu menolong Allah, Allah menolong kamu dan mengkokohkan kaki-kakimu” (QS. Muhammad: 7)</i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Untuk berperang saja, puasa ini begitu memberikan kekuatan kepada orang-orang yang berperang, apalagi untuk sholat, mengaji dan pengajian. Makanya di bulan Ramadhan kita begitu kuat dan bersemangat beribadah. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">3. Ketiga: puasa yang sah secara fikih itu belum tentu diterima Allah <i>(qobul)</i>, karena ibadah yang sah secara fikih, itu artinya adalah ibadah yang terpenuhinya semua rukun dan syarat<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn4" name="_ftnref4" style="mso-footnote-id: ftn4;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[4]</span></span></span></a>. Adapun ibadah yang qobul adalah ibadah yang hanya diterima Allah tanpa kerusakan dan cacat. Bisa jadi kecacatannya karena tidak ikhlas dan bisa jadi karena dusta, ghibah dan fitnah.. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b><span dir="RTL" lang="AR-EG" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">خمس يفطرن الصائم الكذب و الغيبة و النميمة و اليمين الكاذبة و النظر بشهوة (أخرجه الأزدي في الضعفاء)</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>“Lima yang membatalkan<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn5" name="_ftnref5" style="mso-footnote-id: ftn5;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[5]</span></span></span></a> puasa: ghibah, dusta, fitnah, sumpah palsu, melihat dengan syahwat<i>.” (Hadits Riwayat Asadi dalam Dhu’afa’)</i></div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><i><span dir="LTR"><br />
</span></i><i><span dir="LTR" style="font-size: 16pt;"></span></i></div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b><span dir="RTL" lang="AR-EG" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">كم من صائم ليس له من صومه إلا الجوع و العطش</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i>“Berapa banyak orang yang berpuasa tetapi dia tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga” (H.R Nasa’i dan Ibnu Majah). </i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Tidak adanya mendapatkan apa-apa adalah pertanda bahwa ibadah tidak diterima. Jika Allah menerima tentu Allah akan membalas sebagaimana janji-janji-Nya.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i>Dalam sebuah riwayat yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani dari hadits Ibnu Umar<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn6" name="_ftnref6" style="mso-footnote-id: ftn6;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[6]</span></b></span></span></a> bahwasanya di masa Rasulullah ada dua orang wanita lagi berpuasa kemudian keduanya merasakan lapar dan haus yang sangat dahsyat hingga hampir mati, kemudian keduanya mendatangi Rasulullah minta izin untuk berbuka, kemudian Rasulullah memberikan keduanya mangkuk dan menyuruh untuk memuntahkan sesuatu ke dalam mangkuk tersebut. Maka keduanya muntah dengan muntah yang sangat banyak hingga memenuhi mangkuk, separuhnya adalah darah segar dan separuhnya adalah daging segar. Semua orang terkejut dan Rasulullah bersabda: “Dua orang ini berpuasa dari apa yang dihalalkan Allah dan berbuka dari apa yang diharamkan Allah. Dua-duanya duduk-duduk dan meng-ghibah orang lain, dan yang mereka makan ini adalah daging orang-orang yang mereka ghibahi.” (Riwayat Thabrani) </i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>4. Mendengarkan orang yang lagi berghibah, itu hukumnya sama saja dengan orang yang lagi berghibah, karena kaedah mengatakan: semua yang haram dikatakan itu haram didengarkan<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn7" name="_ftnref7" style="mso-footnote-id: ftn7;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[7]</span></span></span></a> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Rasulullah <i>shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> bersabda:</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b><span dir="RTL" lang="AR-EG" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">المغتاب و المستمع شريكان في الإثم</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i>“Orang ghibah dengan yang mendengarkan dosanya sama” (HR. Thabrani)</i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Mengapa dosanya sama, karena keduanya sama-sama menikmati nikmatnya keburukan orang lain. Walaupun tidak ikut berbicara, tetapi si pendengar ikut “mengiyakan”.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">5. Ketika berbuka, maka makanlah sedikit saja sebagai pembuka. Disunnahkan berbuka dengan yang manis-manis, terutama kurma. Artinya boleh berbuka dengan yang selain kurma walaupun tidak ada di masa Rasulullah, seperti kolak pisang misalkan. Dimakruhkan berbuka dengan porsi yang terlalu banyak dan berjenis-jenis. Ya… makanan yang halal memang baik untuk tubuh, tetapi yang merusaknya bukan karena jenis halalnya, tetapi karena banyaknya<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn8" name="_ftnref8" style="mso-footnote-id: ftn8;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[8]</span></span></span></a> Makanya rumah-rumah sakit di Indonesia selalu kebanjiran orang <i>opname</i> selepas Ramadhan, biasanya karena sakit gula, kolestrol dan penyakit-penyakit karena terlalu banyak makan lainnya.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i>Imam Ghazali mengatakan: “Tidak ada ruang yang lebih dibenci Allah daripada perut yang begitu dipenuhi dengan makanan yang halal. Bagaimana dia mau menguasai musuh-musuh Allah (syaitan) dan mematahkan syahwatnya jika pada waktu berbuka dia melahap semua makanan yang dipuasakannya seharian, bahkan melebihi jumlah dan jenis dari makanannya yang sehari itu, bahkan di bulan Ramadhan dia menyimpan dan memakan semua jenis makanan yang selama ini tidak pernah dimakannya di bulan-bulan biasa di luar Ramadhan. Jika sudah demikian, maka nafsu justru akan semakin berlipat ganda sebab ketika perut terpaksa menahan makanannya di siang hari dan nafsu makanpun berkobar-kobar di sore hari, kemudian diempanin sampai kuenyang di waktu berbuka, maka sang nafsupun begitu menikmati permainan yang lezat ini, berlipat gandalah tenaganya dan ia akan beranak melahirkan syahwat-syahwat baru yang padahal selama ini tak pernah ada pada diri orang tersebut.”<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn9" name="_ftnref9" style="mso-footnote-id: ftn9;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[9]</span></b></span></span></a></i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Dari wejangan Imam Ghazali ini, hemat penulis, mungkin ini yang menyebabkan semakin banyak Ramadhan-ramadhan yang telah saya lewati, semakin banyak saya lihat nafsu-nafsu syahwat model baru yang terus bermunculan. Miris memang, Ramadhankah yang gagal membentuk pribadi-pribadi bertakwa atau diri kitakah yang gagal?! </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">6. Imam Ghazali juga menasehati agar jangan memperbanyak tidur di siang Ramadhan. Kalau banyak tidur buat apa puasa?! Sebab tujuan puasa adalah merasakan dahsyatnya lapar dan dahaga yang akan melahirkan kekuatan-kekuatan ruhani yang tumbuh dalam qolbu yang merupakan buah daripada sabarnya kepada Allah. Dengan kekuatan inilah nanti dia akan mampu melaksanakan tahajjud malam di bulan Ramadhan dan ibadah-ibadah lainnya. Jika sedari awal kita selalu meninggalkan tahajjud malam maka kemungkinan besar sampai akhir Ramadhan kita akan terbiasa meninggalkan tahajjud malam. Imam Ghazali bilang: “Mungkin saja syaitan lagi tidak mengitari hati seseorang di malam-malam Ramadhan hingga dia mampu melihat <i>malakut sama’</i> (alam malaikat). Alangkah sayangnya jika malam ini dilewatkan akibat tidur siang kita yang terlalu. Dan lailatul Qadar itu sendiri sebenarnya adalah sebuah ungkapan untuk suatu malam dimana seseorang tersingkap malakut Allah, inilah yang dimaksud dengan firman Allah:</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b><span dir="RTL" lang="AR-EG" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">إنا أنزلناه في ليلة القدر(القدر: 1)</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i>“Sesungguhnya kami menurunkan alquran pada malam lailatul qadr”</i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">7. Yang terakhir, setelah berbuka puasa, hendaklah hati kita berada di antara <i>khouf</i> dan <i>roja’</i>. <i>Khouf </i>adalah takut puasa kita tidak diterima dan <i>roja’</i> adalah begitu mengharap Allah menerima puasa kita. Karena tidak ada satupun kita yang tahu apakah diterima puasa kita hingga kita tergolong orang-orang yang <i>muqarrabin</i> (didekati Allah) atau malah ditolak hingga kita tergolong orang-orang yang <i>mamqutin</i> (dijauhi Allah). <span dir="RTL" lang="AR-EG"></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNIAIArPlMB1HIw1QsIqRN1vhpt6k51cAxgg8RzpEmHi91shu5jcu_znRY4PWGXXntkBLB9ooKupUT3KpVowhRAaymoBjkQE1bo8VV13qt1SsPTvrmw3R_u6d8t34Nl5S20deBbdb0eatn/s1600/1536.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="265" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNIAIArPlMB1HIw1QsIqRN1vhpt6k51cAxgg8RzpEmHi91shu5jcu_znRY4PWGXXntkBLB9ooKupUT3KpVowhRAaymoBjkQE1bo8VV13qt1SsPTvrmw3R_u6d8t34Nl5S20deBbdb0eatn/s400/1536.jpg" width="400" /></a></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Mungkin ini sedikit oleh-oleh dari <i>al-faqir</i> buat Saudara-saudaraku. Wejangan-wejangan Imam Ghazali di atas dirasa sangat perlu saya sarikan agar Ramadhan tahun ini tidak lagi terulang bahwa kita mengabaikan Ramadhan begitu saja tanpa melebihkan amal ibadah dan dengan pemahaman dan penghayatan yang lebih pula. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i>Al-faqir</i> memohon do’a dari Saudara-saudaraku moga <i>risalah</i> yang sederhana ini Allah mengampuni segala dosa al-faqir dan dapat menambah timbangan kebaikan di hari kiamat kelak. Mohon maaf lahir & batin atas segala kesalahan.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i>Akhirul Kalam</i>, selamat menunaikan ibadadah puasa Ramadhan 1432 Hijriyah. Moga Allah memberikan pertolongan dan kekuatan pada kita untuk mengisi Ramadhan dengan berbagai amal ibadah. <i>Amîn</i>. <i>Billahi taufiq. Wassalamu’alaikum</i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Sumber: <i>Ihya’ Ulumuddin</i> Imam Ghazali <i>rahimahullah</i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i>Al-faqir ila maghfirati Robbih</i> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Muhammad Haris F. Lubis</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Kairo, 25 Juli 2011/24 Sya’ban 1432 H</div><div style="mso-element: footnote-list;"><br />
<hr align="left" size="1" width="33%" /><div id="ftn1" style="text-align: justify;"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref1" name="_ftn1" style="mso-footnote-id: ftn1;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><i><span class="MsoFootnoteReference"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[1]</span></b></span></i></span></a><i> Fathul Mun’im Syarah Shohih Muslim</i> Hal. 93 Dr. Musa Syahin Lasyin Muqorror Fak. Syari’ah Tkt. 2 Univ. Al Azhar Kairo </div></div><div></div><div id="ftn2" style="text-align: justify;"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref2" name="_ftn2" style="mso-footnote-id: ftn2;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[2]</span></span></span></a> Basuh yang saya maksudkan di sini adalah al-ghaslu bukan al-mashu karena syarat rukun pada wajah, tangan dan kaki adalah dengan menyiramkan air (al-ghaslu) bukan dengan menyapukan air (al-mashu) yang hanya digunakan untuk kepala. Tetapi berhubung penggunaan kata basuh dalam bahasa Indonesia biasanya mencakup menyiram dan membasuh maka saya gunakan kata basuh.</div></div><div style="text-align: justify;"></div><div id="ftn3" style="text-align: justify;"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref3" name="_ftn3" style="mso-footnote-id: ftn3;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><i><span class="MsoFootnoteReference"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[3]</span></b></span></i></span></a><i> Ihya’ Ulumuddin</i> hal.352 jil. 1 Cet. Taufiqiyah Kairo</div></div><div style="text-align: justify;"></div><div id="ftn4" style="text-align: justify;"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref4" name="_ftn4" style="mso-footnote-id: ftn4;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[4]</span></span></span></a> Tidak makan & minum, tidak berjima’, tidak mengeluarkan mani secara sengaja dan seterusnya, jika hal ini dilakukan maka puasanya batal alias tidak sah..</div></div><div style="text-align: justify;"></div><div id="ftn5" style="text-align: justify;"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref5" name="_ftn5" style="mso-footnote-id: ftn5;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[5]</span></span></span></a> Uslub mubalaghoh, begitu kerasnya larangan untuk melakukan lima hal di atas sampai-sampai dikatakan membatalkan puasa, jangan diartikan secara zhohir, maksudnya adalah hanya menghilangkan pahala puasa, sebab para fuqaha’ telah ijma’ bahwa kelima hal di atas tidak membatalkan puasa.</div></div><div style="text-align: justify;"></div><div id="ftn6" style="text-align: justify;"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref6" name="_ftn6" style="mso-footnote-id: ftn6;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[6]</span></span></span></a> Al-Mughni ‘An Hamlil Asfar dalam catatan kaki Ihya’ hal 357, al-Hafizh al-Iraqi</div></div><div style="text-align: justify;"></div><div id="ftn7" style="text-align: justify;"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref7" name="_ftn7" style="mso-footnote-id: ftn7;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[7]</span></span></span></a> Imam Ghazali Ihya’ Ulumuddin hal. 357</div></div><div style="text-align: justify;"></div><div id="ftn8" style="text-align: justify;"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref8" name="_ftn8" style="mso-footnote-id: ftn8;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[8]</span></span></span></a> Ibid</div></div><div style="text-align: justify;"></div><div id="ftn9" style="mso-element: footnote;"><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref9" name="_ftn9" style="mso-footnote-id: ftn9;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[9]</span></span></span></a> Ibid 358</div></div></div>Sufi Medanhttp://www.blogger.com/profile/12215886428911434150noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-5591594644026025906.post-10087555780689353032011-07-28T21:36:00.003+02:002011-07-28T21:55:40.691+02:00Maksud Kata Asing (Ghorib) Pada Hadits "Bada'al Islam Ghoriban..."<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLXGYUr8vfbtM0ruQ0wqKebRvhb5yfMaF1reH_oGnwGj-gbdh-9_tqEkqyXSIi27KA8NT0Ye4lLnG6ZJzw3-Z8ezFrO78gnJ-Y7YaTF7HrdP4hK5yWUY_QgeW2ABLIITBi3Ar6upuMoWBK/s1600/mahmood2-s.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLXGYUr8vfbtM0ruQ0wqKebRvhb5yfMaF1reH_oGnwGj-gbdh-9_tqEkqyXSIi27KA8NT0Ye4lLnG6ZJzw3-Z8ezFrO78gnJ-Y7YaTF7HrdP4hK5yWUY_QgeW2ABLIITBi3Ar6upuMoWBK/s200/mahmood2-s.jpg" width="138" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><br />
</td><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><br />
</td></tr>
</tbody></table><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Oleh: <a href="http://www.facebook.com/ZonJonggol">Ustadz al-Fadhil Zon Jonggol <i>Hafizhahullah</i> </a></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda “<i>sepeninggalku kelak, akan muncul suatu kaum yang pandai membaca Al Qur`an tidak melewati kerongkongan mereka. mereka keluar dari agama, seperti anak panah yang meluncur dari busurnya dan mereka tidak pernah lagi kembali ke dalam agama itu. Mereka itu adalah sejahat-jahat makhluk dan akhlak mereka juga sangat buruk.</i>" <a href="http://www.indoquran.com/index.php?surano=13&ayatno=151&action=display&option=com_muslim"> (HR Muslim)</a></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Rasulullah dalam hadits tersebut menyampaikan tentang kaum yang lain yakni kaum <a href="http://khawarij./"></a><a href="http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/07/28/keluar-beberapa-kaum/">khawarij.</a></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Namun pada zaman kini kareteristik kaum khawarij ditengarai dapat kita temui pula pada kaum yang lain.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"></div><a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Mereka menolak mengikuti pendapat mayoritas ulama yang sholeh. Mereka keluar dari keumuman pendapat ulama. Hal ini telah kami sampaikan dalam tulisan sebelumnya pada:</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><a href="http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/07/28/keluar-dari-keumuman/%20%20">http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/07/28/keluar-dari-keumuman/ </a></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">dan</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><a href="http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/07/28/kesalahpahaman-itiqod/">http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/07/28/kesalahpahaman-itiqod/</a></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Mereka membantah berpegang dengan pemahaman secara harfiah pada "<i>Badaal islamu ghoriban wasaya'udu ghoriba kama bada'a fatuuba lil ghoroba</i>", Islam datang dalam keadaan asing dan akan akan kembali asing maka beruntunglah orang-orang yang asing itu.. (Hr Ahmad)</div><br />
<div style="background-color: lime;">Kalau asing ditengah-tengah orang kafir atau orang yang sesat, tentulah hal yang benar namun asing ditengah-tengah mayoritas ulama yang sholeh maka itulah yang dimaksud keluar seperti anak panah yang meluncur dari busurnya</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Mereka membantah berpegang dengan pemahaman secara harfiah pada perkataan Ibnu Mas’ud radhiallahu anhu (yang artinya): ”<i>Al-Jama’ah adalah sesuatu yang menetapi al-haq walaupun engkau seorang diri</i>”</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Seorang diri ditengah-tengah orang kafir atau orang yang sesat, tentulah hal yang mudah dalam menetapkan al haq namun seorang diri ditengah-tengah ullama-ulama yang sholeh dan lebih berkompetensi menetapkan al haq maka itulah yang dimaksud keluar seperti anak panah yang meluncur dari busurnya atau keluar dari jamaah atau keluar dari <i>As-Sawad Al-A’zhom</i> (mayoritas umat Islam).</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Mereka membantah dengan berkata bahwa Allah Azza wa Jalla melarang kita mengikuti orang kebanyakan. Mereka memahami secara harfiah firman Allah Azza wa Jalla yang artinya:</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“<i>Dan jika kamu <span style="background-color: yellow;">menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini</span>, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)” </i> (QS Al An’aam [6]:116)</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Mereka tidak dapat membedakan antara <span style="background-color: lime;">“</span><i style="background-color: lime;">menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi</i><span style="background-color: lime;">”</span> dalam firman Allah ta’ala tersebut dengan <span style="background-color: lime;">“menuruti </span><i style="background-color: lime;">pendapat kebanyakan ulama yang sholeh (jumhur ulama)</i><span style="background-color: lime;">”</span>.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Inilah apa yang dikatakan oleh Imam sayyidina Ali kw , “<i>kalimatu haqin urida bihil batil</i>” (perkataan yang benar dengan tujuan yang salah).</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Apa yang disampaikan oleh mereka adalah benar merupakan firman Allah ta’ala dalam (QS Al An’aam [6]:116) namun Allah ta’ala tidak bermaksud melarang hambaNya menuruti pendapat kebanyakan ulama (jumhur ulama).</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Makna firman Allah ta’ala dalam (QS Al An’aam [6]:116) adalah larangan “<i>menuruti kebanyakan orang-orang yang dimuka bumi</i>” yakni orang-orang musyrik. Hal ini dapat kita pahami dengan memperhatikan ayat-ayat sebelumnya pada surat tersebut. Secara tidak sadar mereka telah memfitnah Allah Azza wa Jalla , menggunakan firman Allah ta’ala untuk tujuan/maksud yang berbeda.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Baginda Rasulullah Shollallaah ‘alaih wa sallam sudah memberikan pedoman bagi kita agar mengikuti <i><b>as-sawaad al-a’zhom</b></i> (jama’ah kaum muslimin yang terbanyak), karena kesepakatan mereka (as-sawaad al-a’zhom) mendekati ijma’, sehingga kemungkinan keliru sangatlah kecil.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> “<i>Sesungguhnya umatku tidak akan bersepakat pada kesesatan. Oleh karena itu, apabila kalian melihat terjadi perselisihan maka ikutilah kelompok mayoritas (as-sawad al a’zham).</i>”</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">(HR. Ibnu Majah, Abdullah bin Hamid, at Tabrani, al Lalika’i, Abu Nu’aim. Menurut Al Hafidz As Suyuthi dalam Jamius Shoghir, ini adalah hadits Shohih)</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">al-Imam as-Suyuthi rahimahullaah menafsirkan kata <i>As-sawadul A’zhom</i> sebagai sekelompok (jamaah) manusia yang terbanyak, yang bersatu dalam satu titian manhaj yang lurus. (Lihat: <i>Syarah Sunan Ibnu Majah</i>: 1/283). Menurut al-Hafidz al-Muhaddits Imam Suyuthi, As-Sawad Al-A’zhom merupakan mayoritas umat Islam.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Atsqolani menukil perkataan Imam Ath-Thabari mengenai makna kata “jamaah” dalam hadits Bukhari yang berbunyi, “Hendaknya kalian bersama jamaah”, beliau berkata, “Jamaah adalah As-Sawad Al-A’zhom.” (Lihat Fathul Bari juz 13 hal. 37)</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Ibnu Hajar al-Atsqolani pun memaknai “Jama’ah” sebagai As-Sawad Al-A’zhom (mayoritas umat Islam).</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Demikianlah nasehat Rasulullah Shollallaah ‘alaih wa sallam kepada kita, agar kita mengikuti mayoritas umat Islam dan jangan menyendiri/menyempal, karena ancamannya neraka. Rasulullah Shollallaah ‘alaih wa sallam telah menjamin bahwa mayoritas umat Islam tidak mungkin berada dalam kesesatan, sebagai umat Islam sudah pasti kita wajib iman/percaya dan tidak ada keragu-raguan setitikpun pada beliau.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Semoga kita semua tergolong dalam kelompok <i>As-Sawad Al-A’zhom</i> (mayoritas umat Islam) yaitu kaum ahlussunnah wal jama’ah yang selalu berpedoman kepada Al-Qur’an, al-Hadits, al-Ijma’ wa al-Qiyas, yang kemudian pengamalan syari’atnya/fiqhnya berdasarkan salah satu dari 4 madzhab (Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali), aqidahnya berdasarkan faham Asy’ariyah-Maturidiyah, dan ihsannya mengikuti ulama-ulama sufi seperti Syaikh Abdul Qadir Jailani , Syaikh Ibnu Athoillah dll</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Wassalam</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Zon di Jonggol, Kab Bogor 16830</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div>Sufi Medanhttp://www.blogger.com/profile/12215886428911434150noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-5591594644026025906.post-45310332486860131632011-07-25T12:10:00.001+02:002011-07-28T14:15:00.466+02:00Prospektik Tasawuf di Indonesia<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibU_R5E5nl9WdlH0dB4nP_Ztp6nFpd8785CTAZlBQbwoFaKt0Dz8os27H3Fv4MaeFnrtpT0_XY-Tud9vQCGaSBs8AX2cMAxHPqt08DIikGp3287pPCVWXwaR0Zyfcl25ikimsvkpOC8b4r/s1600/184634_126693720737897_100001918095433_177924_375785_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="132" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibU_R5E5nl9WdlH0dB4nP_Ztp6nFpd8785CTAZlBQbwoFaKt0Dz8os27H3Fv4MaeFnrtpT0_XY-Tud9vQCGaSBs8AX2cMAxHPqt08DIikGp3287pPCVWXwaR0Zyfcl25ikimsvkpOC8b4r/s200/184634_126693720737897_100001918095433_177924_375785_n.jpg" width="200" /></a></div>Oleh: <a href="http://www.facebook.com/pottele005">Syaikhuna Al-Fadhil Sayidi Rohimuddin Nawawi Al-Bantani</a> <br />
<div style="text-align: left;"></div><div style="text-align: left;"><br />
<b>K I N I</b></div><div align="center" style="text-align: center;"><br style="mso-special-character: line-break;" /></div><div style="text-align: justify;">Melihat perkembangan Islam di Asia Tenggara; Indonesia, Malaysia dan lainnya sepuluh tahun belakangan, salah satu pertanda paling mencolok adalah perhatian pada tasawuf di samping segi sosial-politik Islam yang seringkali kontroversial. Kalau kita memperhatikan laporan media-massa, kita akan mendapatkan betapa sering muncul laporan mengenai perkembangan tasawuf itu, seolah-olah ada kecenderungan baru cara keberagaman masyarakat yang beralih ke cara Sufistik.<br />
<br />
<a name='more'></a>Demikian yang sedang merebak adalah sufi perkotaan. Fenomena baru itu terjadi karena makin banyak santri-santri kota yang kian gemar mempelajari agama Islam. Secara historis, aktivitas tersebut merupakan pemodernan dari gerakan tasawuf sebelumnya. Dengan kata lain, orang ingin mempelajari tasawuf secara sungguh-sungguh dan tak lagi menganggap sesuatu yang kerap dipandang sebagai kekunoan, itu sebagai kajian di luar Islam.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Sesederhana apa pun, aktivitas ketasawufan di perkotaan bisa dianggap sebagai kebangkitan tasawuf. Itu karena masyarakat jenuh pada ibadah-ibadah yang hanya mengejar legalisme dan formalisme. Ketakinginan hidup dalam kehampaan spiritual, kehilangan visi keilahian, dan kerusakan moralitas juga turut mendorong kebangkitan tasawuf di perkotaan. Namun, <span class="style3">segala sesuatu ada sejarahnya. Tasawuf sebenarnya muncul sebagai solusi krisis. Pertamakali tasawuf muncul di dunia islam, ketika dunia Islam dilanda oleh materialisme, pada generasi tabi'in diperiode Umayah. Ketika materialisme melanda kaum muslimin di masa tabi'in, maka munculah Hasan al Basri yang menawarkan paradigma lain, lahir berikutnya al Gazali dan lain sebagainya.</span><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: lime;">Jadi setiap kali ada krisis, akan muncul sufisme. </span>Di Indonesia juga begitu, ketika krisis melanda Indonesia 1997, maka fenomena tasawuf menjadi luar biasa, buku tasawuf dan majalah semacam Cahaya Sufi ini laku keras yang dibarengi dengan kemunculan Arifin Ilham, AA Gym, Ary Ginanjar, Amin Syukur dan masih banyak nama lain pengusung tasawuf. Semua itu berangkat dari kebutuhan psikologis secara massal.<br />
</div><div style="text-align: justify;">Akan tetapi perlu ditegaskan bahwa mereka yang meminati tasawuf sekarang ini masih baru dalam kerangka defensif saja. Mereka galau menjalani realitas kehidupan, kemudian mereka menemukan tasawuf dan merasa cocok dengan tasawuf karena tasawuf dirasa memberi solusi yang mereka cari selama ini.<br />
</div><div style="text-align: justify;">Jangankan kita umat Islam, psikolog-psikolog Barat sekarang ini banyak yang masuk ke wilayah kecerdasan spiritual, yang sebenarnya merupakan wilayah tasawuf. Tapi karena pengaruh budaya sekuler, kecerdasan spiritual yang mereka miliki hanya melayang-layang saja dan tidak akan pernah menukik menyelesaikan masalah.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>DAHULU</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
Sebenarnya pertama Islam masuk ke wilayah Melayu (Indonesia-Malysia) sudah bernuansa sufistik. atau dengan kata lain: Islam tasawuflah yang mula-mula berkembang dan mewarnai Islam di Indonesia-Malaysia pada tahap-tahap awal. Hampir mayoritas sejarawan dan peneliti mengakui bahwa penyebaran Islam yang berkembang secara spektakuler di negara-negara Asia Tenggara berkat peranan dan kontribusi tokoh-tokoh tasawuf. Hal itu disebabkan oleh sifat-sifat dan sikap kaum sufi yang lebih kompromis dan penuh kasih sayang. Tasawuf memang memiliki kecenderungan yang tumbuh dan berorientasi kosmopolitan, tak mempersoalkan perbedaan etnis, ras, bahasa, dan letak geografis. </div><div style="text-align: justify;"><br />
Itulah sebabnya “misionarisasi” yang dilakukan kaum sufi berkembang tanpa peran. Keberhasilan itu terutama ditentukan oleh pergaulan dengan kelompok-kelompok masyarakat dari rakyat kecil dan keteladanan yang melambangkan puncak kesalehan dan ketekunan dengan memberikan pelayanan-pelayanan sosial, sumbangan, dan bantuan dalam semangat kebersamaan dan rasa persaudaraan murni. <br />
</div><div style="text-align: justify;"><span class="style3">Kaum sufi itu ibarat pakar psikologi yang menjelajahi segenap penjuru negeri demi menyebarkan kepercayaan Islam.</span> Dari kemampuan memahami spirit Islam sehingga dapat berbicara sesuai dengan kapasitas (keyakinan dan budaya) audiensnya itulah, kaum sufi kemudian melakukan modifikasi adat istiadat dan tradisi setempat sedemikian rupa agar tidak bertentangan dengan dasar-dasar Islam. <br />
</div><div style="text-align: justify;">Dengan kearifan dan cara pengajaran yang baik tersebut, mereka berhasil membumikan kalam Tuhan sebagaimana yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW. Misalnya, mengalihkan kebiasaan "begadang" penduduk yang diisi dengan upacara ri-tual tertentu, saat itu menjadi sebuah <i>halaqah</i> zikir. Dengan kearifan serupa, para dai membolehkan musik tradisional gamelan yang merupakan seni kebanggaan kebudayaan klasik Indonesia dan paling digemari orang Jawa untuk mengiringi lagu-lagu pujian kepada Nabi Muhammad SAW.<br />
</div><div style="text-align: justify;">Maka tak salah bila HAR Gibb menyebut keberhasilan metode dakwah pembauran yang adaptif dan bukan konfrontatif itu sebagai keberhasilan paling spektakuler di kawasan AsiaTenggara.<br />
<br style="mso-special-character: line-break;" /></div><div style="text-align: justify;">Adapun kemunculan tasawuf yang dimotori oleh gerakan-gerakan tarekat yang ditandai dengan kemenyendirian para pengikut di beberapa pedesaan. Secara historis, itu berkaitan dengan politik isolasi yang dilakukan penjajah. Tindakan tersebut mendorong para pengikut tarekat menarik diri dari kehidupan perkotaan, menyingkir ke gunung-gunung, dan akhirnya mendirikan padepokan-padepokan atau pesantren-pesantren di tempat-tempat sunyi. Mereka melepaskan diri dari kehidupan politik, sosial, dan budaya perkotaan.<br />
</div><div style="text-align: justify;">Kini, setelah kehidupan kian modern, rupa-rupanya terjadi perubahan yang mencolok. Sebagaimana pesantren-pesantren yang menyerbu perkotaan, tarekat tasawuf pun makin memosisikan diri sebagai bagian kehidupan perkotaan. Namun ada perbedaan paradigma antara tasawuf pedesaan dan perkotaan, bahwa tasawuf di pedesaan lebih menekankan kepada <i>amaliyah</i>, sedangkan tasawuf di perkotaan lebih mengarah kepada penghayatan nilai-nilai agama. Ia lebih tampil sebagai aktivitas yang berkaitan dengan penghilangan penyakit-penyakit hati dan refleksinya bermuara kepada moralitas</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><b>MASA DEPAN</b><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">Perlu diketahui bahwa tasawuf adalah bagian terpenting dalam Islam, umpama ruh bagi jasad atau jantung bagi anggota tubuh lain. Maka jika tasawuf dipisahkan dari sisi amal atau keyakinan yang sahih, jelas akan menjadi sebuah kemusyrikan, kekafiran dan bid,ah sesat.</div><div style="text-align: justify;"><br />
Kemudian, misi yang dibawa Rasulullah Saw seara garis besar ada tiga unsur: </div><ul type="disc"><li class="MsoNormal" style="mso-list: l0 level1 lfo1; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list .5in; text-align: justify;">Ta'lim, pengajaran ilmu pengetahuan.</li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l0 level1 lfo1; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list .5in; text-align: justify;">Tadzkirah atau mauidzah, pemberi peringatan dalam bentuk ceramah keagamaan.</li>
<li class="MsoNormal" style="mso-list: l0 level1 lfo1; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list .5in; text-align: justify;">Tazkiyah atau tarbiyah, bimbingan dan keteladanan (Qudwah). </li>
</ul><div style="text-align: justify;">Ketiga misi ini telah menjadi ciri utama dai dan ulama Islam terdahulu yang tidak terpisahkan, setiap mereka adalah seorang guru, penceramah dan pembimbing. Meskipun secara prioritas mereka memilih menekuni salah satu bidang tertentu, namun kapabilitas mereka dalam ketiga unsur ini tidak diragukan.<br />
</div><div style="text-align: justify;">Seorang yang pandai ilmu pengetahuan (alim) boleh jadi tidak pandai ceramah dan tarbiyah, namun seorang penceramah (mudzakir) harus alim meskipun bukan seorang murobi. Adapun seorang murobi wajib alim di samping juga harus seorang mudzakir. Jadi tasawuf dalam posisi ini adalah sebagai tazkiyah, yang pelakunya harus memenuhi dua syarat di atas, sebagai orang alim dalam ilmu keislaman dan mudzakir yang pandai membangun komunkasi dakwah kepada seluruh masyarakat.<br />
</div><div style="text-align: justify;">Namun realitanya, para dai dan ulama sekarang belum memenuhi syarat untuk menciptakan masyarakat yang membangun, baru sampai ke taraf membangun masyarakat. Para murobi yang tampil mengusung tasawuf bukanlah dari mereka yang telah mencapai puncak kecerdasan intelekual, emosional juga spiritual atau kesusksesan ilmu pengetahuan, penguasaan retorika dan suri teladan. Akan tetapi mereka masih mentah dalam bidangnya, mereka meminati tasawuf masih dalam kerangka defensif. Karena mereka memasuki tasawuf dimulai dari kegalauan dalam menjalani realitas kehidupan, kemudian menemukan dan merasa cocok dengan tasawuf yang dirasa memberi solusi yang mereka cari selama ini, bukan dari proses tarbiyah intensif di tangan seorang murobi yang mempunyai otoritas dari pendahulunya sehingga mata rantai itu sampai kepada Rasulullah SAW.<br />
</div><div style="text-align: justify;"><div style="background-color: lime;"><span class="style3">Jadi bangsa ini memerlukan tasawuf bukan sebagai ajaran (pemikiran) dan wejangan belaka, akan tetapi lebih memerlukan kepada sosok pribadi sebagai suri teladan akhlak dan qudwah dalam nilai-nilai spiritual islam</span>.</div> </div><div style="text-align: justify;">Bangsa ini butuh pemimpin besar. seorang yang mampu berfikir, merasa, dan cita rasanya itu melampaui sekat-sekat ruang dimana ia berada, waktu dimana ia hidup. Karenanya si orang besar harus berfikir 50 tahun kedepan atau 100 tahun kedepan. Kalau dia berbuat dia menyadari bahwa yang diperbuat itu juga akan ditonton dan direspon oleh 200.000.000 orang. <br />
<br style="mso-special-character: line-break;" /></div><div style="text-align: justify;">Seorang besar yang setelah menguasai ilmu pengetahuan dan retorika, ia juga punya ghiroh (semangat) tasawuf yang akan secara alami merontokkan penyakit nasional seperti korupsi, maksiat dan lain sebagainya. <br />
</div><div style="text-align: justify;">Karena korupsi dan segala bentuk maksiat di Indonesia sudah menjadi konsep dan budaya. Semua orang korupsi dan tidak merasa bersalah; ah yang lain juga begitu!. Nah ini harus diatasi dengan contoh pemimpin yang diikuti dengan peraturan, tetapi untuk masyarakat kita keteledanan yang tinggi itu lebih efektif ketimbang demokratisasi. Seperti pilkada, tidak melahirkan banyak manfaat, karena orang masih bisa dibayar, <span class="style3">tetapi keteladanan pemimpin itu sangat efektif. Dan itu yang dicari anak-anak muda sekarang.</span><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kiranya untuk konteks kekinian, hanya pemimpin yang bertasawuf saja yang dapat memberikan keteladanan pada generasi mendatang. Sehingga pendekatan sufistik di era sekarang ini tidak lagi pada mencari jalan keselamatan dan keuntungan materi, lebih dari itu sebuah pendekatan sufistik yang dapat menciptakan masyarakat yang mampu membangun masa depan.<br />
<br />
<br />
Sumber: <a href="http://www.nawawikhan.com/analisa/prospektik_tasawuf_di_indonesia.html">Ustadz Rohim's Site</a> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div>Sufi Medanhttp://www.blogger.com/profile/12215886428911434150noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5591594644026025906.post-8868361718316648472011-07-21T12:05:00.000+02:002011-07-25T12:16:10.386+02:00Ijma' Ulama Umat Tidak Mengkafirkan Ashhab Mazhab Yang Delapan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg17K1G6pzeSEK8hZBNHimqPYO9kcKYItb0iWEEV3ajngAp2xrJsCnxhDRraTnspirDTqFXRLFuqywjROciH9vHD4suYHqgBqi4xdmnYyq-h-ktuMAXLKNd-MnwXWpWpeQlWK3ule9iyGlA/s1600/images.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="133" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg17K1G6pzeSEK8hZBNHimqPYO9kcKYItb0iWEEV3ajngAp2xrJsCnxhDRraTnspirDTqFXRLFuqywjROciH9vHD4suYHqgBqi4xdmnYyq-h-ktuMAXLKNd-MnwXWpWpeQlWK3ule9iyGlA/s200/images.jpeg" width="200" /></a></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i>Alhamdulillâhi Rabbil ‘âlamîn. Wa sholâtu was salâmu ‘alâ Sayidinâ Muhammad Khôtimin Nabiyyîn wa ‘alâ âlihi wa shohbihi ajma’în.</i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Keputusan nomor. 152 (1/17) Terkait Kesatuan Umat Islam Antar Mazhab Aqidah, Fiqih dan Tarbiyah.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Majelis Dewan Fiqih Islam Internasional Organisasi Konferensi Islam (OKI) dalam sidang tahunannya yang dilaksanakan pada tanggal 28 Jumadil Awal-2 Jumadil Akhir 1427 Hijriyah bertepatan 24-28 Juni 2006 merumuskan: </div><a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Setelah mempelajari penelitian yang diajukan kepada Badan Peneliti khususnya terkait kesatuan umat Islam antar mazhab, fiqih dan tarbiyah, dan memperhatikan dengan seksama persidangan-persidangan dan meninjau keputusan-keputusan Islam Internasional yang diselenggarakan pada tahun 1425 H/2005 M, didorong motif akademis serta penerapan prinsip-prinsip Piagam Omman yang diadopsi dari forum-forum para ulama dan pemikir yang diselenggarakan di <i>Mekkah Mukarromah</i> sebagai pengantar persiapan Konferensi KTT Islam Luar Biasa Ketiga, maka dengan ini memutuskan pasal-pasal sebagai berikut: (Yang saya ambil adalah butir-butir pada pasal kedua saja)</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">1. <b style="background-color: lime;">Siapa saja yang mengikuti salah satu mazhab yang empat daripada mazhab ahlus sunnah wal jama’ah (Hanafi, Maliki, Syafi’i & Hambali), serta mazhab Ja’fari, mazhab Zaidi, mazhab ‘Ibadhi dan mazhab Zhohiri; maka dia adalah muslim, tidak boleh mengkafirkannya, haram darahnya, kehormatannya, dan hartanya. Ini bersesuaian dengan fatwa Syaikh Al-Azhar; Tidak boleh mengkafirkan orang-orang yang beraqidah Asy’ari, orang-orang yang menjalankan tasawuf hakiki, dan tidak boleh mengkafirkan orang-orang yang berpemikiran salafi shohih.</b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Sebagaimana pula tidak boleh mengkafirkan golongan manapun daripada kaum muslimin yang beriman kepada Allah <i>Ta’ala</i> dan Rasulnya Muhammad <i>Shallallahu ‘alaihi wa sallam</i>, beriman kepada rukun-rukun iman yang enam dan rukun islam yang lima dan tidak mengingkari hal-hal yang telah maklum di dalam agama secara<i> dhoruri.</i> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">2. Yang disepakati antar mazhab itu (ijma’) lebih banyak daripada yang diikhtilafkan. <i>Ashhab</i> mazhab yang delapan di atas telah bersepakat untuk berdiri di atas prinsip-prinsip Islam yang mendasar, seperti semuanya mereka sepakat untuk beriman kepada Allah; bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan, bahwasanya Alquran adalah kalam Allah yang diturunkan dari Allah, terjaga dan terlindungi dari perubahan, bahwasanya Sayidina Muhammad <i>Shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> adalah nabi dan rasul untuk seluruh umat manusia. Dan semua mereka bersepakat; bahwasanya rukun islam itu lima; mengucapkan dua kalimat syahadat, mendirikan sholat, menunaikan zakat, mengerjakan puasa Ramadhan, haji ke Baitullah, bahwasanya rukun iman itu enam; beriman kepada Allah, malaikat, kitab, para rasul, hari akhir, serta takdir baik dan buruk. Dan bahwasanya <i>ikhtilaf</i> para ulama mazhab adalah <i>ikhtilaf</i> dalam hal <i>furu’</i> yang menjadi rahmat yang besar.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
3. Yang resmi di dalam mazhab-mazhab Islam adalah komitmen terhadap manhaj (metode) mazhab tertentu dalam memberikan fatwa. Tidak boleh bagi seseorangpun mengeluarkan fatwa tanpa keahlian ilmiah. Tidak boleh berfatwa tanpa terikat mazhab tertentu. Tidak boleh hanya mendakwakan ijtihad dan memunculkan pendapat baru yang tertolak serta pendapat yang mengeluarkan kaum muslimin dari kaedah-kaedah dan aturan-aturan syariatnya yang telah baku dan mengakar.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">4. Inti dari Piagam Oman yang dikeluarkan pada malam ke-27 Ramadhan yang berkah pada tahun 1425 Hijriyah dan diproklamasikan di Mesjid Hasyimiyin; adalah komitmen <i>(iltizam)</i> dengan mazhab dan manhajnya. Pengakuan untuk bermazhab dan bersepakat untuk dialog dan bertatap muka antar-mazhab; itu sudah mengandung nilai objektivitas dan moderat, toleransi dan kasih sayang serta membuka cakrawala dengan kelompok lain.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">5. Kami mennyerukan untuk mengenyampingkan khilafiyah antara kaum muslimin dan mengajak untuk menyatukan kalimat, sikap dan menekankan untuk saling menghargai, mengajak untuk memperkuat solidaritas antar bangsa dan negara-negara muslim, mempererat ukhuwah islamiyah berlandaskan saling mencintai karena Allah, dan menyeru untuk tidak menciptakan ruang yang dapat menimbulkan fitnah dan campur tangan pihak asing dalam urusan kaum muslimin.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Allah <i>Subhanahu wa Ta’ala</i> berfirman:</div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="color: navy; font-family: Tahoma; font-size: 10pt;">إِ</span><span lang="AR-SA" style="color: navy; font-family: Tahoma; font-size: 14pt;">نَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="AR-SA" style="color: navy; font-family: Tahoma; font-size: 14pt;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span> </span><span lang="AR-SA" style="color: navy; font-family: Tahoma; font-size: 14pt;">وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُون</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i>“Sesungguhnya kaum mukminin itu bersaudara maka damaikanlah di antara dua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah agar kamu disayangi.” (Al-Hujurat: 10)</i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">6. Para peserta Muktamar dalam Muktamar Islam Internasional yang berkumpul di Omman ibu kota Kerajaan Yordania Al-Hasyimi, berdekatan dengan Mesjid Aqsho yang penuh berkah dan bumi Palestina yang terjajah menyerukan <i>kedharuratan</i> untuk melindungi Mesjid Al-Aqsha, kiblat yang pertama dan tanah haram yang ketiga bagi umat Islam dari segala bahaya dan serangan dengan mengakhiri penjajahan dan membebaskan Tanah Quds serta melindungi situs-situs suci di Irak dan tempat-tempat lain.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">7. Menyerukan betapa pentingnya memperdalam nilai-nilai kebebasan dan menghargai pendapat yang berada dalam keharibaan dunia Islam. <i>Walhamdulillâhi wahdah</i>. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Diterjemahkan oleh: </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Al-faqir Muhammad Haris F. Lubis</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Kairo, Kamis 21 Juli 2011 pkl.11.40 PM</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Sumber: <a href="http://www.fiqhacademy.org.sa/qrarat/17-1.htm">http://www.fiqhacademy.org.sa/qrarat/17-1.htm</a></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> <span style="text-transform: uppercase;"></span></div>Sufi Medanhttp://www.blogger.com/profile/12215886428911434150noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-5591594644026025906.post-5878916330217233882011-05-21T14:20:00.001+02:002011-05-21T14:30:42.761+02:00Muhammad Bin Abdul Wahab; Pengantar Singkat Studi Kritis Ideologi Pemikirannya<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: left;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjg9bayPUBGaFRhF0uaiDULNA5oX9Tm6RoABlqtdFLJF2aDi3bjauaI-Lywx5Slenu5Sp2GXGUAZ6UmwePswWm0P4utcJVKtUMLrEwwKQsPBPLOJlX7nr0KXN0SFe5pAfZ6SCKof6H5uBic/s1600/38231_1435844428732_1611601059_1023029_752710_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjg9bayPUBGaFRhF0uaiDULNA5oX9Tm6RoABlqtdFLJF2aDi3bjauaI-Lywx5Slenu5Sp2GXGUAZ6UmwePswWm0P4utcJVKtUMLrEwwKQsPBPLOJlX7nr0KXN0SFe5pAfZ6SCKof6H5uBic/s200/38231_1435844428732_1611601059_1023029_752710_n.jpg" width="200" /></a></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">(Warning: Sebelum membaca artikel ini siapkan kopi dan pastel di meja anda karena butuh waktu setengah jam untuk menghabiskan artikel ini. Yang gak tahan baca lama2 sebaiknya mundur dari sekarang biar gak pingsan di tengah jalan. Dan yang suka emosian sediakan kipas angin biar gak kepanasan. Dan kalau mau buat bantahannya buat bantahan yang berbobot, jangan suka buat bantahan yang tak mengena & tak berhubungan sebagaimana buku2 bantahan yang sudah ada.) Bismillah…selamat menikmati.</span></div><br />
Oleh: <a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906">Al Ustadz Al Fadhil Muhammad Hidayatullah Lc.</a> </div></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><div style="text-align: left;"></div><div></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
*Penulis adalah sarjana alumnus Universitas Al Azhar Kairo Fak. Lughah Arabiyah. Saat ini sedang menyelesaikan pendidikannya di program pascasarjana Jur. Syari'ah Darul Ifta' Kairo. </div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"><br />
<a name='more'></a><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b>Prolog</b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Sekitar tiga abad silam, kaum muslimin di Jazirah Arab pada khususnya, dan di seluruh belahan dunia islam pada umumnya, digemparkan dengan munculnya sosok seorang teolog yang bernama Syekh Muhammad bin Abdul Wahab. Pandangan-pandangan barunya telah berhasil mengusik tatanan ideologi kaum muslimin yang mapan pada saat itu. Dalam dakwahnya, ia mengangkat jargon purifikasi akidah dari segala hal yang ia pandang telah menyimpang dari aturan-aturan agama. Kaum muslimin di masanya, ia pandang tak jauh berbeda dengan kaum musyrikin di era Nabi saw.. Dengan pandangan yang sedemikian ekstrim ini, ia tidak segan menggerakkan masanya untuk mengangkat senjata demi memerangi kaum muslimin yang tidak seideologi dengannya.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Sikap ekstrim tersebut menuai banyak kecaman dari para ulama saat itu. Bahkan fakta adanya banyak peperangan yang terjadi antara Ibnu Abdil Wahab (IAW) dan kaum muslimin saat itu semakin menegaskan betapa sengitnya bentrok ideologi saat itu, sehingga perang kata-kata pun tidak cukup dan harus diselesaikan dengan kontak fisik.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Gerakan dakwah yang dipelopori oleh IAW dalam dunia islam dikenal dengan sebutan “Wahabi”<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn1" name="_ftnref1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[1]</span></span></span></a>. Semenjak pertama kali muncul, dakwah ini selalu saja menjadi momok bagi sebagian besar kaum muslimin. Pandangan-pandangan keagamaannya yang kaku dan kurang bisa berkompromi dengan perbedaan menjadikannya <i>“Common enemy”</i> bagi berbagai madzhab yang berkembang dalam Islam. Namun, gerakan dakwah ini masih sangat eksis hingga saat ini, lantaran disokong oleh penguasa kerajaan Saudi.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Membicarakan sosok IAW akan selalu menuai pro dan kontra. Hal itu sangatlah wajar mengingat setiap tokoh pasti akan dibela habis-habisan oleh para pengikut fanatiknya. Sementara di kutub yang berlawanan, dipastikan akan ada wacana tandingan yang tidak kalah pedasnya dalam mengkritisi seluruh pemikirannya. Dalam tulisan singkat ini, penulis mencoba untuk lebih fokus pada kajian kritis terhadap pemikiran-pemikiran IAW yang teruraikan secara gamblang di berbagai buku dan risalahnya. Penulis hanya akan menyinggung seperlunya saja mengenai hal-hal yang berkaitan dengan sejarah. Karena sejarah yang seharusnya hitam kelam akan tersulap menjadi putih dan jernih di tangan sejarawan wahabi. Pun demikian pula, sejarah jerih payah purifikasi akidah yang mungkin perlu diapresiasi akan hilang tak berbekas di tangan sejarawan lawan teologi wahabi. Karena tema ini begitu pelik dan banyak sub pembahasan di dalam, maka penulis tidak akan banyak bertele-tele dalam membahas setiap permasalahan, dan lebih mengedepankan informasi rujukan, dengan harapan para pembaca yang budiman bisa menelitinya lebih luas dan dalam dari yang penulis lakukan.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b>A. Beografi Singkat Ibnu Abdil Wahab</b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Muhammad bin Abdul Wahab bin Sulaiman bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Rasyid bin Barid bin Muhammad bin Barid bin Musyarraf at Tamimi lahir pada tahun 1115 H/ 1703 M di daerah Uyainah yang merupakan bagian dari Najd, terletak 70 km di utara Riyadl. Semenjak kecil ia belajar agama kepada para ulama yang berada di Makkah dan Madinah serta ke beberapa daerah seperti Ihsa` dan Basrah<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn2" name="_ftnref2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[2]</span></span></span></a>.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Menurut sejarawan wahabi Ibnu Ghannam, kondisi mayoritas kaum muslimin di awal abad ke-12, sebelum dakwah IAW telah bergelimang dengan kesyirikan dan kembali ke era jahiliyah. Hal itu disebabkan karena kebodohan mereka dan semaraknya para juru dakwah yang mengajak kepada kesesatan dan kesyirikan. Demikian juga –dalam pandangan Ibnu Ghannam- mereka berpaling dari tauhid dan menyembah kaum shalihin, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia, serta menyembah kuburan-kuburan mereka. Bahkan kesesatan kaum muslimin tersebut sebenarnya telah terjadi berabad-abad yang silam<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn3" name="_ftnref3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[3]</span></span></span></a>.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Pandangan Ibnu Ghannam di atas tentunya sangat berlebihan. Karena pernyataan tersebut bertentangan dengan fakta yang ada. Kondisi kaum muslimin saat itu tidak berbeda dengan kondisi kaum muslimin di zaman kita sekarang ini. Ziarah kuburan kaum shalihin dan bertabarruk dengan mereka adalah aktivitas ritual kaum muslimin semenjak zaman Nabi hingga saat ini. Hanya saja, ritual semacam ini tidak cocok dengan ide dasar ideologi wahabi sehingga harus dikatakan sebagai penyembahan terhadap kuburan. Tentunya saja, bagi orang yang paham agama, ziarah dan bertabarruk dengan kuburan maknanya sangat jauh sekali dengan penyembahan terhadap kuburan. Berangkat dari pemahaman yang salah inilah IAW dan para pengikutnya sampai sekarang memvonis aktivitas tersebut sebagai bentuk kesyirikan.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Menurut cacatan Ibnu Ghannam, Ibnu Abdil Wahab adalah sosok yang sangat luar biasa. Ia telah hafal Al Quran sebelum berumur sepuluh tahun. Orang tuanya pun sangat kagum dengan putranya tersebut lantaran kecerdasan dan pemahamannya meskipun ia masih kecil. Bahkan orang tuanya banyak belajar hukum islam kepada anaknya tersebut<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn4" name="_ftnref4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[4]</span></span></span></a>. Namun hal ini bertentangan dengan penuturan Syekh Muhammad bin Abdullah an-Najdi al-Hambali, seorang mufti madzhab hambali di Mekkah (W 1295 H), beliau menuturkan dalam kitabnya yang berjudul <i>“As Suhub Al Waabilah ‘Ala Dlaraaihil Hanaabilah”</i> bahwa Ibnu Abdil Wahab baru berani memulai dakwahnya secara terang-terangan pasca orang tuanya wafat. Bahkan orang tuanya sangat marah kepadanya karena ia tidak mau belajar ilmu fikih sebagaimana para pendahulunya<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn5" name="_ftnref5" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[5]</span></span></span></a>. Lebih jauh lagi, Syekh Ahmad Zaini Dahlan, mufti madzhab Syafi’I di Mekkah di era akhir kekhilafahan ustmaniyyah mendedahkan dalam tarikhnya, beliau berkata “Awalnya Ibnu Abdil Wahab adalah seorang penuntut ilmu di Madinah Munawwarah. Ayah dan saudaranya Sulaiman bin Abdul Wahab adalah orang shaleh dan termasuk ulama. Ayah, saudara dan guru-gurunya mempunyai firasat buruk bahwa ia (IAW) akan tersesat. Hal itu setelah mereka melihat perkataan, perbuatan dan kecenderungannya di berbagai permasalahan agama” (al Futuhaat al Islamiyyah: 2/66)<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn6" name="_ftnref6" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[6]</span></span></span></a>.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Ibnu Abdil Wahab adalah sosok yang independen dan tidak mau berkiblat pemahaman kepada siapa pun, bahkan kepada gurunya. Kalau pun ada yang mempengaruhi gaya berpikirannya bisa jadi itu adalah Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qayyim. Karena pandangan IAW dalam masalah tauhid dekat dengan kedua tokoh abad ke-7 tersebut. Akan tetapi saudaranya yang bernama Sulaiman bin Abdil Wahab nampaknya tidak setuju dengan hal ini. Oleh karenanya dalam menulis bantahan terhadap saudara kandungnya tersebut dalam kitab yang berjudul <i>“Ash Shawaiq Al Ilahiyyah Fi Roddi ‘Ala Wahabiyyah”</i> Syekh Sulaiman memakai argumentasi-argumentasi Ibnu Taimiyah untuk mematahkan argumentasi saudaranya tersebut, khususnya dalam masalah takfir.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Independensi berpikir ini bisa kita pahami dari beberapa statemen Ibnu Abdil Wahab itu sendiri. Diantaranya ia berkata:</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhrh3NrtWCgsprXuvRqfQ5soxzjJZ7dhzlKc0ddKhcCYUWZO2Ffe-HSX7vp3gnIcX8s9UIHZxmJBdO_4N0BlEUW3Ong4fu6aIn3GcozStpicD-SgZag7mk1cJrKOTWjo-efX9IJ0S3OWfuD/s1600/images.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="175" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhrh3NrtWCgsprXuvRqfQ5soxzjJZ7dhzlKc0ddKhcCYUWZO2Ffe-HSX7vp3gnIcX8s9UIHZxmJBdO_4N0BlEUW3Ong4fu6aIn3GcozStpicD-SgZag7mk1cJrKOTWjo-efX9IJ0S3OWfuD/s200/images.jpg" width="200" /></a></div>“Alhamdulillah aku tidak mengajak kepada madzhab sufi, ahli fikih, ahli kalam atau seorang imam dari imam-imam yang aku agungkan seperti Ibnu Qayyim, Dzhabi, Ibnu Katsir dan lainnya. Akan tetapi aku mengajak kepada Allah yang tiada sekutu bagi-Nya dan kepada sunnah Rasulullah saw.”<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn7" name="_ftnref7" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[7]</span></span></span></a>.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Demikian juga, ia pernah berkata:</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Aku telah mencari ilmu dan orang-orang yang mengenalku menyangka bahwa aku telah memiliki ilmu. Padahal saat itu aku tidak mengetahui makna “Laa Ilaaha Illallah” dan tidak mengetahui agama Islam, sebelum anugerah (pemahaman) yang telah dikaruniakan Allah kepadaku ini. Demikian juga guru-guruku, tidak ada seorang pun dari mereka mengetahui hal itu (makna laa ilaaha illallah dan Islam). Barang siapa dari kalangan ulama sekarang mengira bahwa ia telah mengetahui makna laa ilaaha illallah, atau mengetahui makna Islam sebelum saat ini, atau mengira guru-gurunya atau seseorang mengetahui hal itu maka sungguh ia telah berdusta dan mengaku-ngaku, serta mengelabuhi manusia dan memuji dirinya dengan sesuatu yang tidak ada pada dirinya”. (ad Durar as Saniyyah: 10/51)<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn8" name="_ftnref8" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[8]</span></span></span></a>. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Konon menurut sebagian para ulama, Ibnu Abdil Wahab ini begitu gemar membaca sejarah orang-orang yang pernah mengaku nabi, seperti Musailamah Al Kaddzab, Al Aswad Al Unsi, dan Tulaihah Al Asdi. Oleh sebab itu, sebagian orang mengatakan bahwa sebenarnya ia mempunyai maksud untuk mengikuti jejak orang-orang yang pernah mengaku menjadi nabi tersebut<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn9" name="_ftnref9" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[9]</span></span></span></a>. Dari spirit inilah, maka tidak heran jika statemen-statemen agama yang ia lontarkan dianggap keluar dari konsensus ulama saat itu. Tidak pelak, bantahan dan sikap penolakan atas ajaran yang ditawarkan oleh Muhammad bin Abdul Wahab inipun mengalir deras dari para ulama Makkah dan Madinah, sampai akhirnya dia terusir ke daerah Najd pada tahun 1142 H,dan di daerah inilah dia berusaha mengatur siasat dakwah yang dia yakini<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn10" name="_ftnref10" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[10]</span></span></span></a>. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Dalam literatur-literatur islam klasik, bantahan yang paling terkenal justru datang dari saudara kandungnya sendiri yang bernama Syekh Sulaiman bin Abdul Wahab. Dalam rangka menasehati saudaranya itu, Syekh Sulaiman menulis sebuah risalah yang sangat kesohor yang bertajuk “<i>As Shawâiq Al Ilâhiyah Fi Raddi ‘Ala Wahâbiyah”</i>. Tidak hanya saudaranya yang mempunyai kekhawatiran akan pemahaman ekstrimnya. Akan tetapi Syekh Muhammad Sulaiman Al Kurdi, salah satu gurunya juga ikut menasehatinya. Dalam sebuah sumber, Syekh Sulaiman Al Kurdi pernah berpesan kepada muridnya itu:</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Wahai Ibn Abdil Wahab, keselamatan adalah teruntuk orang yang mengikuti jalan yang benar. Sungguh aku ingin menasehatimu agar segera menghentikan lisanmu dari mencela kaum muslimin. Jika kamu mendengar ada orang yang berkeyakinan bahwa ada kekuatan selain kekuatan Allah, maka kafirkanlah dia saja, dan jangan kafirkan sawadul a’dzam (mayoritas) kaum muslimin. Kamu adalah orang yang menyimpang dari golongan mayoritas kaum muslimin. Maka sesungguhnya memvonis kafir orang yang menyimpang dari golongan mayoritas itu lebih pantas, karena dia telah keluar dari jalan kaum muslimin”<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn11" name="_ftnref11" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[11]</span></span></span></a>.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN">Karena cara berpikirnya yang dipandang ekstrim tersebut, IAW mengalami kesulitan untuk menyebarkan dakwahnya. Setelah terusir dari Najd, ia pergi menuju Irak. Di Irak pun ia tidak diterima hingga harus mengungsi ke Mesir. Namun keadaannya di Mesir tidak berbeda dengan di dua tempat sebelumnya. Akhirnya ia pun diusir dan memutuskan pergi ke Syam. Setelah di Syam mengalami pengusiran serupa maka ia kembali lagi ke Uyainah tempat kelahirannya. Akan tetapi pimpinan Uyainah saat itu Ustman bin Mu’ammar senantiasa mengawasi segala gerak-geriknya dengan sangat ketat sehingga terpaksa ia harus meninggalkan Uyainah menuju Dar’iyyah. Di Dar’iyyah inilah ia bak menemukan telaga di padang pasir. Di sini ia bertemu dengan Muhammad bin Sa’ud yang saat itu menjadi pemimpin di daerah tersebut. Pertemuan tersebut dirasa sangat tepat, karena keduanya saling membutuhkan; Ibnu Sa’ud membutuhkan agamawan untuk menguatkan basis dukungan politiknya, sementara Ibnu Abdil Wahab membutuhkan penguasa untuk menjamin proses penyebaran ideologinya<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn12" name="_ftnref12" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[12]</span></span></span></a>. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0U_7cNtkiDh0cowh0agGWhXiSuznqgHy4BAoQti8rMTZtUjXxOzCy_UB075A4UE220xz9cjKN-aTmSIuJYIsIPqEEJtK7Y0VbWv7NUmLDFw9tSVKMqYK75WAEkOBzDIDa-mLv0CdJ_soj/s1600/saud.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0U_7cNtkiDh0cowh0agGWhXiSuznqgHy4BAoQti8rMTZtUjXxOzCy_UB075A4UE220xz9cjKN-aTmSIuJYIsIPqEEJtK7Y0VbWv7NUmLDFw9tSVKMqYK75WAEkOBzDIDa-mLv0CdJ_soj/s320/saud.jpg" width="222" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Abdul Aziz Ibnu Saud & Saudara2nya</td></tr>
</tbody></table>Dakwah aliran Wahabi mulai mengalami perubahan yang lumayan signifikan ketika memanfaatkan kekuatan politik tersebut. Dengan adanya kesepakatan saling menguntungkan, maka sang pimpinan Dar’iyyah, Ibnu Sa’ud memerintahkan seluruh penduduk Dar’iyyah untuk mendukung dakwah yang disebarkan oleh Ibnu Abdil Wahab tersebut<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn13" name="_ftnref13" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[13]</span></span></span></a>. Oleh sebab itu kesepakatan bahwa pemegang kekuasaan politik harus dari keturunan Ibnu Su’ud dan kekuasaan paham agama harus dari keturunan Ibnu Abdil Wahab masih sangat kentara dan terlestarikan sampai di zaman kita sekarang ini. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Menurut sebagian ulama, peperangan yang terjadi antara aliran wahabi dengan pemimpin daerah Makkah Syarif Mas’ud serta pemimpin Mesir Muhammad Ali Basya dan anaknya Ibrahim Basya tidak murni perang akibat perebutan wilayah. Akan tetapi hal itu lebih kepada sebuah peperangan ideologi agama<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn14" name="_ftnref14" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[14]</span></span></span></a>.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b>B. Spirit <i>“Takfir”</i> Ibnu Abdil Wahab; Statemen <i>“Takfiri”</i> Dalam Kitab dan Risalahnya.</b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Nampaknya Ibnu Abdil Wahab terlalu berlebihan dalam mewujudkan keinginannya untuk melakukan purifikasi tauhid dalam setiap ritme dakwahnya. Hal ini menyebabkan adanya pengkafiran terhadap kaum muslimin secara besar-besaran yang dengan sengaja maupun tidak telah ia lakukan dalam beberapa kitab dan risalahnya. <span lang="IN">Sikap <i>takfiri</i> (suka mengkafirkan) merupakan sikap paling mashur yang disematkan para ulama kepada IAW. Oleh karenanya, sebagian ulama menyamakan kelompok wahabi dengan kelompok Khawarij yang terkenal suka mengkafirkan di era sahabat. Vonis takfir merupakan legalisasi awal bagi para pengikutnya untuk membantai kaum muslimin yang tidak sepaham dalam banyak peperangan yang terjadi antara kelompok wahabi dengan kaum muslimin. Takfir dan perang ibarat dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan dan menjadi pilihan IAW dalam menyebarkan ideologinya. Hal ini sangat kentara jika kita membaca pesan-pesannya dalam beberapa tulisannya, seperti Al Qawaaid Al Arba’ah, Kasyfu Asy Syubhat, Kitab Tauhid dan lain-lain. Dalam kitab-kitabnya tersebut, setiap kali ia selesai mensejajarkan identitas kaum muslimin (non-wahabi) dengan kaum musyrikin di zaman Nabi, ia senantiasa menutupnya dengan informasi bahwa Nabi saw. memerangi kaum musyrikin tersebut. Hal ini untuk mendoktrin para pengikutnya agar tidak gentar untuk memerangi kaum muslimin yang tidak seideologi. Karena dalam pandangannya, hakekat perang tersebut adalah jihad di jalan Allah demi menegakkan agama-Nya<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn15" name="_ftnref15" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[15]</span></span></span></a>. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN">Sikap ekstrim tersebut mendapat kecaman dari berbagai kalangan ulama, baik yang menentang maupun yang mendukung dakwahnya secara umum. Diantara ulama yang memuji dakwah IAW, namun mengkritik manhaj takfirinya adalah Asy Syaukani. Meskipun Syaukani memuji dakwahnya secara umum, namun ia pun menyayangkan sikap takfiri yang menjangkiti manhaj dan para pengikutnya, ia berkata, “Akan tetapi mereka berpendapat bahwa orang yang tidak tunduk kepada pemimpin Najd dan mematuhi segala perintahnya maka orang tersebut telah keluar dari agama Islam” (al Badr ath Thaali’: 2/ 5). Demikian pula Manshur al Hazimi, meskipun ia memuji dakwahnya secara umum, namun ia mengkritisinya dalam dua hal; (1) Pengkafiran terhadap kaum muslimin hanya karena adanya perbedaan, (2) memerangi kaum muslimin tanpa dibarengi <i>hujjah</i> dan <i>burhan </i>(Abjadul Ulum: 3/ 194). Syekh Shiddiq Hasan Khan juga menyatakan bahwa para ahli hadits berlepas diri dari pemahaman wahabiyyah. Karena yang mereka tahu hanyalah pertumpahan darah<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn16" name="_ftnref16" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[16]</span></span></span></a>.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN">Sedangkan dari kalangan ulama yang berseberangan pemikiran dengannya, sebut saja Syekh Ibnu Afaliq al Hambali yang pernah mengomentari sosok IAW dengan berkata, “Dia (IAW) telah bersumpah dengan sumpah yang keji bahwa orang-orang yahudi dan kaum musyrikin lebih baik dari pada umat ini”<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn17" name="_ftnref17" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[17]</span></span></span></a>. Syekh Saulaiman bin Suhaim al Hambali juga pernah berkomentar, “Barang siapa yang tidak sepakat dengan segala apa yang ia (IAW) katakan dan bersaksi bahwa perkataannya itu benar, maka pasti akan divonis kafir. Dan barang siapa yang sepakat dan membenarkan segala perkataannya maka ia akan berkata kepada orang tersebut, “Kamu orang yang bertauhid”. Meskipun orang tersebut jelas-jelas fasiq”<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn18" name="_ftnref18" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[18]</span></span></span></a>. Syekh Ustman bin Manshur al Hambali as Salafy an Najdi yang merupakan salah satu hakim pada pemerintahan para amir Daulah Su’udiyyah II, ia pernah berkata, “Allah telah memberi ujian kepada penduduk Najd, bahkan kepada penduduk Jazirah Arab, dengan adanya orang yang keluar kepada mereka dan melakukan pengkafiran atas umat Islam, baik yang khusus (ulama) maupun orang awam, dan memerangi mereka secara umum, kecuali orang yang sepakat dengan perkataannya”. Beliau juga berkata, “Akan tetapi lelaki ini (IAW) telah menjadikan ketaatan kepadanya sebagai rukun keenam dalam rukun Islam”<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn19" name="_ftnref19" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[19]</span></span></span></a>. Bahkan saudaranya sendiri, Syekh Sulaiman bin Abdul Wahab pernah berkata, “Wahai Muhammad ibn Abdil Wahab, berapa rukun Islam?”. Ia menjawab, “Lima”. Syekh Sulaiman berkata, “Kamu menjadikannya enam. Yang keenam: orang yang tidak mengikutimu maka tidak dihukumi sebagai muslim. Ini menurutmu adalah rukun Islam yang keenam”<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn20" name="_ftnref20" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[20]</span></span></span></a>.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN">Ungkapan beberapa ulama di atas mengenai sosok Ibnu Abdil Wahab bukanlah isapan jempol belaka. Statemen-statemen takfiri dengan mudah dapat dijumpai di dalam kitab atau risalah-risalah yang ia tulis. Agar hal ini tidak dianggap sebagai tuduhan belaka, maka penulis akan menukilkan secara langsung statemen-statemen takfiri tersebut dari kitab-kitab IAW atau dari beberapa kitab yang menukilnya. Penulis hanya akan sedikit memberi komentar terhadap statemen-statemen tersebut, karena sebenarnya statemen takfiri tersebut tanpa dikomentari pun sudah sangat gamblang maksud dan tujuannya sehingga mudah dicerna oleh seorang akademisi yang <i>melek</i> ilmu syariat.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b><span lang="IN">Kasyfu Asy Syubhaat dan Doktrin Takfir</span></b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN">Kitab <i>“Kasyfu asy Syubhaat”</i> adalah salah satu kitab Ibnu Abdil Wahab yang sangat gamblang menjelaskan kerangka berpikirnya. Meskipun kitab ini sangat kecil, namun berisi detail mengenai doktrin ideologi IAW kepada para pengikutnya. Secara global buku ini didiktekan kepada para pengikutnya agar mereka memahami sifat-sifat kaum musyrikin dan sifat-sifat kaum muslimin menurut versinya sendiri. Dalam buku ini ia berusaha mensejajarkan kaum muslimin yang mengamalkan tabarruk, tawasul dan sejenisnya dengan kaum musyrikin di era Nabi saw.. Pensejajaran ini merupakan langkah awal untuk menghalalkan darah dan harta kaum muslimin, sebagaimana halalnya darah dan harta kaum musyrikin yang menentang dakwah Nabi saw.. Oleh karena itu, IAW tidak segan-segan memakai jalur kekerasan atau perang untuk menyebarkan dakwahnya ini di kalangan kaum muslimin.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN">Dalam permulaan kitab “Kasyfu Syubhaat” ini Ibnu Abdil Wahab berkata:</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN">“Ketahuilah <i>–semoga Allah merahmatimu-</i> bahwa tauhid adalah mengesakan Allah dalam beribadah. Itu adalah agama para rasul yang telah diutus oleh Allah kepada para hamba-Nya. Rasul pertama adalah Nuh a.s. yang telah Allah utus kepada kaumnya tatkala kaumnya <i>ghuluww</i> (berlebihan) pada kaum shalihin; Waddan, Suwa’an, Yaghuts, Ya’uq dan Nasr”<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn21" name="_ftnref21" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[21]</span></span></span></a>.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN">Pernyataan pembuka ini begitu sangat manis dan halus untuk dijadikan langkah awal takfir kaum muslimin yang berbeda ideologi, sebagaimana dalam statemen-statemen setelahnya. Sebagaimana telah disinggung sebelumnya bahwa aktivitas seperti tabaruk, tawasul dan sejenisnya dalam pandangan IAW merupakan bentuk <i>“ghuluww”</i> kepada kaum shalihin. Bahkan ia menganggapnya sebagai bentuk ibadah kepada mereka. Oleh karenanya hal itu ia vonis sebagai sebuah kesyirikan. Terkait dengan statemen IAW di atas, ia berusaha memberikan sebuah doktrin perdana kepada para pengikutnya bahwa Nabi Nuh a.s. mendakwahkan tauhid kepada suatu kaum yang berbuat <i>“ghuluww”</i> kepada kaum shalihin. Dari doktrin perdana ini ia berharap tercipta sebuah gambaran yang sama di benak setiap pengikutnya bahwa keberadaanya di tengah kaum muslimin (yang tidak seideologi) saat itu sama persis dengan keberadaan Nuh a.s. di tengah kaum musyrikin di masanya. Jika harapan itu terwujud maka dengan sangat mudah sekali para pengikutnya dapat digerakkan untuk memerangi kaum muslimin yang tidak sepaham dengannya, karena kaum muslimin saat itu akan secara otomatis tervonis musyrik dan halal untuk diperangi. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN">Kondisi kaum Nabi Nuh a.s. saat itu tentunya sangat berbeda 180% dengan kaum muslimin yang hidup di jaman IAW. Karena kaum Nabi Nuh a.s. saat itu tidak hanya sekedar <i>ghuluww </i>terhadap kaum shalihin. Akan tetapi mereka secara terang-terangan telah menyatakan menyembah berhala-berhala kaum shalihin yang mereka pahat sendiri. Pernyataannya IAW di atas secara tidak langsung merupakan takfir terhadap kaum muslimin yang berseberangan dengan pola pikirnya.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN">Tidak berhenti sampai di situ, IAW mencoba untuk mendeskripsikan sifat-sifat kaum musyrikin di era Nabi saw. dan secara paksa menyamakannya dengan sifat-sifat kaum muslimin di eranya, ia berkata:</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwxtHcR3NqSCH0z8F5F9CgpgU8Eo1l0C1te06nsPywsikbfb59xMqOdt3yEaWmfWzj9YCDllyCB-leNBr_dltDs21Xnh4j6ancBCkr0ccazOr-hvm0bBGKz4aLhfvNaQ8mZhdPsrz6Ncq2/s1600/wa.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="284" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwxtHcR3NqSCH0z8F5F9CgpgU8Eo1l0C1te06nsPywsikbfb59xMqOdt3yEaWmfWzj9YCDllyCB-leNBr_dltDs21Xnh4j6ancBCkr0ccazOr-hvm0bBGKz4aLhfvNaQ8mZhdPsrz6Ncq2/s400/wa.jpg" width="400" /></a></div><br />
<span lang="IN">“Dan rasul yang terakhir adalah Muhammad saw., dialah yang menghancurkan gambar-gambar kaum shalihin itu. Allah mengutusnya kepada suatu kaum yang beribadah, menunaikan haji, bersedekah dan banyak berdzikir kepada Allah. Akan tetapi mereka (kaum kafir Quraisy) menjadikan sebagian makhluk sebagai perantara antara mereka dengan Allah”<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn22" name="_ftnref22" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[22]</span></span></span></a>.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN">Dari statement di atas kita dapat memahami bahwa IAW ingin menggiring pemahaman para pengikutnya agar berkesimpulan bahwa kaum muslimin tak ubahnya seperti kaum musyrikin. Dan jika Nabi Muhammad saw. memerangi kaum musyrikin dengan sifat-sifat yang telah disebutkan maka kita pun harus memerangi kaum muslimin yang telah musyrik karena memiliki kesesuaian sifat dengan kaum musyrikin di zaman Nabi. Padahal secara tinjauan historis klaim sifat-sifat tersebut tidak dapat dibenarkan. Kita tidak menemukan catatan sejarah yang menyatakan bahwa kaum musyrikin beribadah, banyak berdzikir dan menunaikan haji sebagaimana cara kaum muslimin di era IAW menunaikannya. Yang kita temukan justru kaum musyrikin tersebut menyembah berhala, tidak mengimani hari kiamat dan hari kebangkitan, serta mengingkari risalah para nabi secara keseluruhan. Bagaimana bisa disejajarkan antara kaum muslimin yang mengimani <i>nubuwwah</i> (kenabian) dengan kaum musyrikin yang tidak mengimaninya sama sekali?!. Adakah sifat-sifat pengingkaran tersebut dalam diri kaum muslimin yang menyelisihi ajaran IAW?. Tentu jawabannya tidak ada. Permasalahan khilafiyyah semisal tabarruk, istighatsah dan tawassul menjerumuskan IAW ke jurang yang sama dengan apa yang ia tuduhkan kepada lawan ideologinya; <i>ghuluww</i>. Ia sangat berlebihan dalam mensikapi permasalahan ini. Padahal seluruh permasalahan yang ia ingkari terhadap kaum muslimin saat itu telah menjadi amalan mayoritas umat ini dan memiliki landasan argumentasi yang kuat, baik secara historis maupun empiris.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN">Setelah mencoba mensejajarkan sifat kaum muslimin dengan sifat kaum musyrikin, IAW menutupnya dengan pernyataan demikian:</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN">“Jika telah terbukti bahwa mereka (kaum musyrikin) mengakui semua ini, namun tidak menjadikan mereka masuk dalam tauhid yang didakwahkan oleh Rasulullah saw., maka kamu telah mengetahui bahwa tauhid yang mereka ingkari adalah tauhid ibadah (uluhiyyah) yang disebut oleh kaum musyrikin di zaman kita dengan sebutan i’tiqad”<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn23" name="_ftnref23" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[23]</span></span></span></a>.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN">Pernyataan di atas begitu sangat gamblang bahwa IAW telah memvonis kaum muslimin yang berseberangan dengannya sebagai kaum musyrikin. Karena kata <i>i’tiqad</i> sering dipakai oleh para ulama dalam mengarang kitab tauhid, seperti kitab <i>I’tiqaad wal Hidaayah ila Sabiil ar Rasyaad</i> karya Imam Baihaqi, <i>al Iqtishaad fil I’tiqaad</i> karya Imam al Ghazali dan masih banyak lagi.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN">Lebih gamblang lagi, IAW mengatakan:</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN">“Wahai orang musyrik! Aku tidak mengetahui makna Al Quran dan Hadits Nabi saw. yang kamu gunakan untuk berdalil kepadaku”<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn24" name="_ftnref24" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[24]</span></span></span></a>.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="IN">Dari pernyataan di atas kita patut mempertanyakan: adakah kaum musyrikin yang melawan IAW dengan berdalil dari Al Quran dan Sunnah?. Pernyataan di atas semakin mempertegas bahwa yang ia maksud dengan orang-orang musyrik itu adalah kaum muslimin yang tidak mau mengamini dakwah yang ia tawarkan. Tentunya sudah jamak diketahui bahwa benturan ideologi yang terjadi antara IAW dan lawan-lawannya sebenarnya benturan pemahaman ideologi antara sesama kaum muslimin. Bukan benturan antara IAW dengan kaum non-muslim. Hanya saja IAW terlalu berlebihan dalam memvonis syirik kaum muslimin yang berseberangan dengannya.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Statemen-statemen di atas hanyalah sedikit dari sekian banyak statemen pengkafiran yang bertaburan rata dari awal sampai akhir risalah kecil itu. Dalam penelitiannya, Syekh Hasan bin Farhan, menemukan banyak sekali sebuah statemen pengkafiran dalam beberapa risalah IAW yang terkumpul dalam sebuah kitab yang berjudul <i>“Ad Durar As Sunniyyah”</i>. Diantara statemen-statemen tersebut ada yang langsung disematkan kepada orang tertentu, ada juga yang dipukulkan secara merata. Di dalam kitab tersebut terdapat pengkafiran IAW terhadap para ulama Najd dan para hakimnya, bahwa mereka tidak mengetahui ajaran Islam, dia berkata:</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Sungguh aku telah menuntut ilmu sampai orang-orang yang mengenalku berkeyakinan bahwa aku telah menjadi alim. Padahal saat itu aku belum mengetahui makna “Laa Ilaaha Illallah”, juga tidak tahu tentang agama Islam, sebelum anugerah yang diberikan oleh Allah ini. Begitu juga para guruku, tidak ada seorangpun yang mengetahui hal itu (makna Laa Ilaaha Illallah). Maka barang siapa yang mengira bahwa ada ulama yang mengetahui makna “Laa Ilaaha Illallah” atau mengetahui makna islam sebelum saat ini, atau mengira bahwa salah satu diantara para guruku mengetahuinya, maka sungguh dia telah berdusta dan mengada-ada, serta menipu manusia dan memuji dirinya dengan hal yang tidak pantas baginya”. (Ad Durar As Sunniyah: 10/ 51)<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn25" name="_ftnref25" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[25]</span></span></span></a>.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Vonis kafir juga disematkan secara personal, Syekh Sulaiman bin Suhaim Al Hambali adalah salah satu korban vonis sadis itu. Dalam risalahnya IAW berkata:</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Kami sebutkan kepadamu bahwasannya kamu dan bapakmu secara terang-terangan telah terjerumus ke dalam kekafiran, kesyirikan, dan kemunafikan…kamu dan bapakmu senantiasa bersungguh-sungguh memusuhi agama ini, baik malam maupun siang!!..kamu adalah seorang penentang yang sesat dari ilmu yang terpilih, kafir terhadap islam!!...dan ini buktinya kitab-kitab kalian isinya penuh dengan kekufuran kalian!!”. (Ad Durar As Sunniyah: 10/ 31)<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn26" name="_ftnref26" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[26]</span></span></span></a>.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Dalam beberapa halaman setelahnya, IAW berkata:</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Adapun Ibnu Abdil Lathif, Ibnu ‘Afaliq dan Ibnu Mutthaliq, mereka itu adalah para penghina tauhid!... dan Ibnu Fairuz adalah orang yang paling dekat dengan islam dari kalangan mereka”. (Ad Durar As Sunniyah: 10/ 78)<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn27" name="_ftnref27" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[27]</span></span></span></a>.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Dari ketiga statemen yang dinukil oleh Syekh Hasan bin Farhan di atas semakin menambah dan memperkuat sebuah asumsi bahwa sebenarnya IAW memang benar-benar ingin merombak agama ini dari akarnya. Bahkan kalau kita cermati dari setiap alur tulisannya, ia berusaha menggiring pemahaman kaum baduwi yang menjadi obyek dakwahnya untuk berkeyakinan penuh bahwa perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh kaum muslimin kala itu tidak lebih dari perbuatan kaum musyrikin di zaman Nabi Saw. Jika pemahaman ini sudah dapat diterima, maka konsekwuensi yang harus dilakukan adalah memerangi mereka dengan senjata karena darah dan harta mereka hukumnya sudah halal, sebagaimana Nabi saw. memerangi kaum musyrikin.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Ajakan untuk memerangi kaum muslimin itu begitu jelas dalam statemen-statemen IAW setiap kali selesai mendeskripsikan persamaan antara kaum muslimin dan kaum musyrikin di era Nabi saw.. Diantaranya adalah perkataannya:</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Dan kamu mengetahui bahwa Rasulullah saw. telah memerangi mereka karena kesyirikan ini”<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn28" name="_ftnref28" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[28]</span></span></span></a>.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Dalam catatannya, Syekh Hasan bin Farhan juga tidak meninggalkan sifat keobyektifitasannya. Beliau juga menukil statemen-statemen IAW yang menepis sikap <i>“takfiri”</i> yang disematkan pada dirinya. Bahkan ia menuduh balik bahwa itu hanyalah propaganda lawan ideologinya. IAW mengingkari bahwa telah memberhangus kitab-kitab empat madzhab (Ad Durar As Sunniyah: 1/ 34, 10/ 13), padahal di tempat yang lain ia mengatakan bahwa kitab-kitab tersebut adalah <i>“’ainus syirk” </i>(wujud kesyirikan) (Ad Durar: 2/ 59), juga mengingkari bahwa ia telah mengkafirkan orang-orang yang bertawassul dengan orang-orang shaleh (Ad Durar: 10/ 13). Juga mengingkari telah mengkafirkan Imam Al Busyiri sebab perkataannya dalam <i>“nida’”</i> (memanggil) Nabi Saw dengan sebutan <i>“Yaa akramal khalq”</i> (Ad Durar: 9/ 34), padahal ia mengkafirkan orang yang menyakini hal itu meskipun tidak menyebutkan nama Imam Al Busyiri. Juga mengingkari pengkafiran terhadap Ibnu Farid (Ad Durar: 9/ 34), Ibnu Arabi (Ad Durar: 9/ 34) padahal di tempat yang lain ia mengatakan bahwa Ibnu Arabi adalah lebih kafir dari pada Fir’aun. Bahkan dia juga mengkafirkan orang yang tidak mengkafirkan Ibnu Arabi dan kelompoknya (Ad Durar: 10/ 2, 25/ 45). Dia juga mengingkari bahwa telah mengkafirkan orang yang bersumpah <i>(al half)</i> dengan selain Allah (Ad Durar: 9/ 34, 10/ 13). Juga mengingkari bahwa telah membakar kitab <i>“Dalaailul Khairat”</i> (9/ 80, 34), padahal tatkala mereka (orang-orang wahabi) memasuki kota Makkah mereka membakar kitab tersebut (1/ 228)<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn29" name="_ftnref29" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[29]</span></span></span></a>. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Dalam menyikapi sikap <i>“tanaqudh”</i> (kontradiktif) ini, Syekh Hasan bin Farhan memberikan sebuah kesimpulan bahwa:</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span><span dir="LTR">Dalam kitab-kitab dan kumpulan risalahnya, sering ditemukan statemen kontradiktif. IAW sering mengingkari sesuatu yang ada di kitab dan risalahnya sendiri, serta berbalik menuduh orang lain telah berdusta atas dirinya.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span><span dir="LTR">Karena segala yang dituduhkan oleh lawan-lawan ideologinya itu ada di dalam kitab dan risalahnya sendiri. Hal ini menunjukkan betapa kuat dan telitinya lawan-lawan IAW dalam mengkritisi manhaj dakwahnya.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span><span dir="LTR">Adanya kontradiksi statemen itu bisa jadi terjadi karena IAW lupa statemen-statemen sebelumnya, atau hal itu lahir karena alasan politis semata.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span><span dir="LTR">Boleh jadi orang-orang wahabi kotemporer yang mencetak kitab-kitab dan risalah-risalah IAW telah berdusta atas namanya. Tapi hal ini sangat kecil kemungkinannya, karena dalam kitab dan risalah yang terdapat pengingkaran akan <i>“takfir”</i> justru ditemukan sikap <i>“takfir”</i> itu sendiri meskipun secara tersirat.</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b>Sikap <i>“Takfiri”</i> Para Pengikut dan Perpecahan Intern</b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Warisan sikap suka memvonis kafir kelompok dan orang yang bersebrangan pendapat tetap terabadikan sampai sekarang. Hanya saja menurut Syekh Hasan bin Farhan tensi umbar <i>“takfir”</i> terkesan kondisional, tergantung kondisi politik yang berkembang<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn30" name="_ftnref30" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[30]</span></span></span></a>. Bahkan dalam perkembangannya pun sikap umbar <i>“takfir”</i> ini tidak diterapkan oleh semua kelompok atau orang yang mengikuti manhaj dakwah Ibnu Abdil Wahab. Mungkin hal ini disebabkan adanya sikap kontradiktif yang terkandung dalam kitab dan risalah IAW. Hal ini tentunya akan berpengaruh sekali pada generasi aliran wahabi setelahnya. Pasca era IAW, orang-orang yang masih gemar menebar vonis “<i>takfir</i>” ini seperti Sulaiman bin Abdullah bin Muhmmad, Hamd bin Abdul Aziz, Abdul Lathif bin Abdur Rahman, Abdullah bin Abdur Rahman Al Babiti, Ibnu Sahman, Abdullah bin Abdil Lathif dan lainnya<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn31" name="_ftnref31" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[31]</span></span></span></a>.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Karena di dalam intern aliran wahabi masih ada pro dan kontra tentang parameter penerapan sikap <i>“takfir”</i>, maka perpecahan tidak dapat dihindari lagi. Dalam keterangannya, Syekh Hasan bin Farhan menyatakan bahwa aliran wahabi pasca meletusnya perang teluk ke II, terbagi menjadi 4 golongan. Masing-masing dari keempat golongan itu saling memvonis sesat kepada yang lain<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn32" name="_ftnref32" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[32]</span></span></span></a>. Akan tetapi sangat disayangkan sekali beliau tidak menegaskan dengan gamblang keempat kelompok tersebut. Perpecahan itu juga diamini oleh DR. Yusuf Al Qaradhawi yang dituangkan di sela-sela bukunya yang berjudul <i>“As Shahwah Al Islamiyah Minal Murahaqah Ilar Rusyd”</i>. Dalam buku ini DR. Yusuf Al Qaradhawi membagi afiliasi aliran wahabi menjadi tiga bagian<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn33" name="_ftnref33" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[33]</span></span></span></a>.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b>1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></b><span dir="LTR"><b>Sururiyyun (siyasiyyun)</b></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify;">Sempalan aliran wahabi ini dinisbatkan kepada seorang dai dari Syiria yang bernama Surur Zainul Abidin. Pada awalnya dia masuk dalam barisan pergerakan Ikhwanul Muslimin, kemudian menyempal dan membuat gerakan sendiri. Kelompok ini mempunyai ambisi politik yang sangat kuat, sebagaimana ambisi mereka dalam dakwah tauhid. Kelompok ini menentang keras ikut campur Amerika dalam perang teluk ke II, serta menentang kebijakan politik Kerajaan Saudi Arabiah yang terkesan lamban. Oleh sebab itu, para tokoh gerakan ini acap kali keluar-masuk penjara sebab arogansi politik itu. Dalam wilayah Saudi Arabiah tokoh-tokoh seperti Salman Audah, Safar Hawali, Aid Al Qarni dan lainnya yang termasuk sealur dengan sempalan aliran wahabi ini mengalami pencekalan dari pemerintah dan ulama setempat.</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpIhqFUgYOck4YzMNsel-9cEslJuJikAtto9Os9I7McC7RUnPYGrZ6MqZH0KIJzmKxwQknhbN4d8q7rDQTY1QosnigAJZJ520xN8JcQSA4gFfrjvGvCTONxDWkTyvE52S3B_yoU5G3Aqcw/s1600/picture-al-albani.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpIhqFUgYOck4YzMNsel-9cEslJuJikAtto9Os9I7McC7RUnPYGrZ6MqZH0KIJzmKxwQknhbN4d8q7rDQTY1QosnigAJZJ520xN8JcQSA4gFfrjvGvCTONxDWkTyvE52S3B_yoU5G3Aqcw/s200/picture-al-albani.jpg" width="135" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Syaikh Nashiruddin Albani <i>rahimahullah</i></td></tr>
</tbody></table><b>2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></b><span dir="LTR"><b>Al Baniyyun</b></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify;">Kelompok ini dinisbatkan kepada Syekh Muhammad Nasiruddin Al Albani. Garapan yang menjadi titik tekan kelompok ini adalah <i>“harbu tamadzhub”</i> (memerangi tradisi bermadzhab) atau taklid dengan satu madzhab tertentu meskipun orang awam. Akan tetapi, uniknya, para pengikut kelompok ini justru bertaklid kepada Syekh Al Bani, dan hal itu seakan-akan menjadi madzhab yang ke lima dalam pandangan mereka.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b>3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></b><span dir="LTR"><b>Jamiyyun (Madkhaliyun)</b></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify;">Kelompok ini dinisbatkan kepada Syekh Aman Al Jami. Tokoh yang sangat berpengaruh dan kesohor dalam kalangan generasi sempalan aliran wahabi yang ini justru murid beliau yang bernama Rabi’ bin Hadi Al Madkhali. Oleh sebab itu banyak kalangan yang menyebutkan Madkhaliyun sebagai pengganti dari Jamiyyun. Generasi sempalan inilah yang dengan terang-terangan melestarikan budaya takfir<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn34" name="_ftnref34" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[34]</span></span></span></a> yang menjadi ciri khas aliran wahabi semenjak kemunculannya. Seakan menghina para ulama baik ulama klasik maupun kontemporer adalah tugas suci utama dan pertama mereka. Hampir tidak ada ulama umat ini yang selamat dari lisan mereka. Taruhlah contohnya seperti Imam Nawawi pensyarah terbaik kitab shahih Muslim dan Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqani<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn35" name="_ftnref35" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[35]</span></span></span></a> pensyarah terbaik kitab shahih Bukhari. Keduanya telah tervonis sesat karena dalam masalah akidah keduanya berafiliasi kepada Asy’ariah. Kalangan ulama kontemporer seperti Hasan Al Banna, Sayyid Qutub, Muhammad Al Ghazali, Yusuf Al Qardhawi, Muhammad Imarah, Fahmi Huwaidi, Ali At Thanthawi dan lainnya tidak terlepas dari vonis sesat mereka<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn36" name="_ftnref36" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[36]</span></span></span></a>.</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Hasil kajian Syekh Hasan bin Farhan dan DR. Yusuf Al Qaradhawi di atas juga dikuatkan dengan data yang berhasil dikumpulkan oleh Syekh Abdul Ghani Ar Rifa’i. Dalam bukunya, beliau menuliskan akan adanya sikap <i>“takfir”</i> yang dilakukan oleh para pengikut aliran wahabi. Sebagaimana yang dilakukan oleh Syekh Al Qonuji dalam bukunya <i>“Ad- Diin al Khalish”</i> (1/ 140), dia menyatakan bahwa taklid kepada madzhab-madzhab yang ada merupakan bentuk dari kesyirikan. Dia juga memvonis syirik Siti Hawa di kitab yang sama (hal: 160). Demikian juga dengan Syekh Ali bin Muhammad bin Sinan seorang pengajar di Masjid Nabawi dan Islamic University of Madenah dalam kitabnya <i>“al Majmu’ al Mufid min Aqidatit Tauhid”</i> (hal: 55), dimana dia menyeruhkan kepada kaum muslimin untuk memerangi tarekat-tarekat sufi sebelum akhirnya memerangi Yahudi dan Majusi. Pengkafiran dilakukan juga oleh mereka terhadap mayoritas ulama dunia sebagaimana yang tertera dalam kitab <i>“Fathul Majid”</i> (hal: 190), juga terhadap penduduk Mesir karena mereka dianggap telah menyembah Ahmad Al Badawi, penduduk Iraq dan sekitarnya seperti Oman dikarenakan mereka dianggap telah menyembah Abdul Qadir Al Jailani, penduduk Syam (Syiria) karena mereka telah dianggap menyembah Ibnu Arabi, juga penduduk Najd dan Hijaz serta Yaman sebelum datangnya dakwah wahabi<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn37" name="_ftnref37" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[37]</span></span></span></a>.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Demikian juga komentar Bin Baz dalam menanggapi tawassul seorang sahabat Nabi yang bernama Bilal bin Al Harist Al Muzani. Dalam komentarnya, Bin Baz mengatakan bahwa yang dilakukan sahabat tersebut adalah termasuk hal yang menjurus kepada kesyirikan<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn38" name="_ftnref38" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[38]</span></span></span></a>. Tidak mau ketinggalan Syekh Ibnu Utsaimin dalam kitabnya <i>“Liqaul Babil Maftuh”</i> telah mengeluarkan Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqalani dan Imam Nawawi dari barisan ahlussunnah wal jama’ah. Dan masih banyak lagi spirit-spirit takfir yang diperagakan oleh para punggawa aliran wahabi dari zaman ke zaman.</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Bukan hanya di dunia arab, ternyata fenomena takfir dewasa ini juga laris bak kacang goreng di pasaran wacana tanah air kita. Baru-baru ini telah terjadi perang takfiri antar sesama generasi wahabi sendiri. Hal ini bermula dari sebuah buku yang dikarang oleh Imam Samudra yang merupakan salah satu pelaku bom Bali yang berjudul “Aku Melawan Teroris”. Buku ini dapat bantahan sangat keras dari salah seorang generasi wahabi tanah air yang beraliran keras yang bernama Luqman bin Muhammad Ba’abduh<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn39" name="_ftnref39" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[39]</span></span></span></a> dalam bukunya “Mereka Adalah Teroris; Sebuah Tinjauan Syari’at”. Ternyata, tulisan yang mulanya ingin ditujukan kepada Imam Samudra melebar kemana-mana, sehingga banyak kalangan dari kalangan wahabi sendiri yang kebakaran jenggot, karena tersinggung. Oleh sebab itu, tergeraklah seorang Abduh Zulfidar Akaha –yang sebenarnya juga termasuk generasi aliran wahabi- untuk mengangkat penanya guna membantah buku Luqman tersebut dalam sebuah buku yang berjudul “Siapa Teroris? Siapa Khawarij?”. Dalam nukilannya di tengah mengkritisi tulisan Luqman, Abduh Zulfidar mengutip sebuah pernyataan Luqman yang bernada <i>takfiri</i>, yang berbunyi:</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">“Perlu pembaca sekalian mengetahui, bahwa penduduk Iraq itu ada dua model:</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span><span dir="LTR"><b>Rafidhah Ja’fariyyah</b></span>, yang umat telah sepakat mereka itu kafir. Kebanyakan kaum muslimin di Iraq itu fasik, khamr di kalangan mereka tak ubahnya seperti air saja. Mereka itu bukan orang-orang shalih.</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span><span dir="LTR">Sedangkan model lainnya adalah <b>Kaum Ba’tsiyyah, </b>yang siang dan malam selalu menyatakan:</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; margin-right: 0.9pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA">آمنت بالبعث ربا لا شريك له</span></div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; margin-right: 0.9pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA"> وبالعروبة دينا ما له ثانى</span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify;"><i>“Aku beriman kepada (kebenaran) Partai Ba’ts sebagai Rabb yang tiada sekutunya. Dan (aku beriman kepada) Nasionalisme arab sebagai agamaku yang tidak ada tandingannya”</i>.</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify;">Mereka tidak memiliki agama!<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn40" name="_ftnref40" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[40]</span></span></span></a>.</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgF3Kt-mS8K7UbsfquItWgiHeZt3DJKkPE1diGtQh5buCM01TW66Y0ppYWWcpm2tDhLjPDlIHdR7S3TSfoeaIB_DEWnIQwTVqZGvvYIXsnIkm7faI1pbtCAeJQQm2ttFvDHeKEdwjQZdwRI/s1600/buku1.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgF3Kt-mS8K7UbsfquItWgiHeZt3DJKkPE1diGtQh5buCM01TW66Y0ppYWWcpm2tDhLjPDlIHdR7S3TSfoeaIB_DEWnIQwTVqZGvvYIXsnIkm7faI1pbtCAeJQQm2ttFvDHeKEdwjQZdwRI/s200/buku1.jpg" width="149" /></a></div>Karena Luqman telah membatasi model penduduk Iraq itu hanya dua saja, dan ternyata yang pertama divonis kafir sedangkan yang kedua divonis tidak beragama. Jadi, kesimpulan yang dapat kita tangkap adalah bahwa penduduk Iraq itu tidak ada satupun yang muslim. Dan ini tentunya hanya sebuah lelucon atau dagelan yang selalu dijajakan tanpa adanya penelitian yang cermat. Lebih dari itu, pernyataan semacam itu secara jelas merupakan bentuk pangkafiran terhadap seluruh penduduk Iraq<i>- Na’udzubillah-</i>. Saling serang antar sesama generasi wahabi inipun banyak sekali bertebaran di berbagai forum diskusi di dunia maya.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Nampaknya Luqman Ba’abduh tidak rela bukunya dibantah, oleh sebab itu dia mengeluarkan bantahan balik dengan judul buku “Menebar Dusta Membela Teroris Khawarij”. Berita terkini mengatakan bahwa Luqman Ba’abduh tidak berani datang saat ditantang debat terbuka oleh Abduh Zulfidar Akaha. Akankah saling hujat antar generasi wahabi terus berlanjut? Kita simak saja berita-berita menarik tersebut dalam layar kaca internet dan buku-buku yang akan terbit.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b>C. Segi Tiga Tauhid; Rububiyyah, Uluhiyyah, Asma` Sifat</b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Pengkafiran yang acap kali dilontarkan oleh Syekh Ibnu Abdil Wahab tidak terlepas dari klasifikasi tauhid yang ia terapkan. Klasifikasi tauhid menjadi tiga; rububiyyah, uluhiyyah dan asma` sifat, sebenarnya bukan merupakan ijtihad IAW. Akan tetapi ia hanya sekedar mengikuti apa yang telah digagas oleh Ibnu Taimiyah jauh hari sebelumnya. Bahkan ia bukanlah orang pertama yang mengikuti gagasan pembagian tauhid tersebut. Sebelumnya sudah ada Ibnu Qayyim yang bisa dikatakan adalah foto copy Ibnu Taimiyah karena hampir tidak ditemukan pendapatnya yang bertentangan dengan gurunya tersebut. Demikian juga, Ibnu Abil ‘Izz dalam syarah akidah tahawiyahnya<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn41" name="_ftnref41" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[41]</span></span></span></a>.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Dengan pembagian tauhid menjadi tiga ini, Ibnu Taimiyah sebagai bapak dari pembagian ini -yang selanjutkan diikuti oleh IAW- menyatakan bahwa kaum musyrikin Quraisy sebenarnya mengakui tauhid rububiyah, yaitu mengakui bahwa Allah adalah Sang Pencipta. Hal ia buktikan dengan beberapa ayat, seperti firman Allah swt. yang artinya, <i>“</i><i>Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang pendusta dan sangat kafir (ingkar)”. </i>(<b>az Zumar: 3</b>). Juga firman-Nya, <i>“</i><i>Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?", niscaya mereka menjawab: "Allah".”</i> (<b>az Zumar: 38</b>). Juga firman-Nya, <i>“</i><i>Dan Sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?" tentu mereka akan menjawab: "Allah". Katakanlah : "Segala puji bagi Allah"; tetapi kebanyakan mereka tidak Mengetahui”. </i>(<b>Luqman: 25</b>).</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Satu hal penting yang ingin ditegaskan oleh Ibnu Taimiyah berdasarkan ketiga ayat di atas, yaitu bahwa kaum musyrikin telah meyakini bahwa Allah sebagai Tuhan (Pencipta). Dengan demikian, dalam tataran ini kaum muslimin dan musyrikin tidak ada bedanya. Oleh sebab itu, kaum muslimin membutuhkan dua kriteria tauhid yang lain agar benar-benar bisa dikatakan telah masuk Islam. Kedua tauhid itu adalah tauhid uluhiyyah dan tauhid asma` sifat. Pendapat inilah yang pada gilirannya melahirkan sikap takfir terhadap kaum muslimin yang dipandang telah berbuat kesyirikan karena aktivitas tabaruk dan sejenisnya. Padahal kalau kita teliti lebih jauh, sebenarnya jawaban kaum musyrikin Quraisy dalam ketiga ayat tersebut merupakan sebuah keterpaksaan karena tidak bisa menjawab yang lain saat Nabi saw. mendebat mereka. Sudah jamak diketahui bahwa Nabi saw. diperintah oleh Allah swt. untuk mendebat kaum musyrikin dalam rangka menyebarkan agama tauhid ini, sebagaimana firman Allah swt. yang artinya, <i>“</i><i>Dan bantahlah mereka dengan cara yang baik”.</i> (<b>an Nahl: 125</b>).</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Jawaban kaum Quraisy bahwa mereka tidak menyembah berhal-berhala melainkan hanya menjadikannya untuk mendekatkan diri kepada Allah adalah sebuah kedustaan<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn42" name="_ftnref42" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[42]</span></span></span></a>. Jika mereka telah benar-benar mengimani bahwa Allah adalah Tuhan atau Sang Pencipta niscaya Allah tidak akan menyuruh mereka untuk berpikir mengenai alam semesta agar mereka beriman akan eksistensi Allah. Itu sebagaimana perintah Allah swt. dalam firman-Nya, <i>“</i><i>Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan. Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?. Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?. Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?. Maka berilah peringatan, Karena Sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka”. </i>(<b>al Ghaasyiyah: 17-22</b>).</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Bahkan sebenarnya Allah swt. pun telah menyatakan bahwa pernyataan mereka itu adalah kedustaan, sebagaimana di akhir ayat 3 surat az Zumar di atas yang menyatakan bahwa mereka adalah pendusta dan sangat ingkar (kafir). Kaum musyrikin sudah biasa berdusta untuk menutupi sifat buruk mereka. Hal ini telah dinyatakan oleh Allah swt. dalam firman-Nya, <i>“</i><i><span style="font-size: 14pt;">M</span></i><i>ereka menyenangkan hatimu dengan mulut mereka, sedang hati mereka menolak”. </i>(<b>at Taubah: 8</b>). Bahkan kita banyak menemui ayat-ayat yang menunjukkan bahwa kaum musyrikin tersebut sama sekali tidak mempercayai bahwa Allah adalah Tuhan. Diantara ayat-ayat tersebut adalah firman Allah swt., <i>“</i><i>Mereka mengambil sembahan-sembahan selain Allah, agar mereka mendapat pertolongan”. </i>(<b>Yaasiin: 74</b>), <i>“</i><i>Dan mereka berkata: "Kehidupan Ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa", dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja”. </i>(<b>al Jaatsiyah: 24</b>). Dengan banyaknya ayat yang menjelaskan bahwa kaum musyrikin telah mengingkari adanya Allah, maka sangatlah tidak patut ada orang yang mengatakan bahwa kaum musyrikin tersebut sebenarnya beriman akan eksistensi Allah swt..<span style="font-size: 10pt;"></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Terkhusus masalah asma` sifat, sebenarnya Syekh Ibnu Abdil Wahab tidak begitu banyak berbicara masalah ini. Karena sejatinya masalah ini begitu sangat pelik dan membutuhkan energi super dan napas panjang untuk membicarakannya. Menjelaskan ke orang awam masalah ini tidak semudah menjelaskan masalah tauhid rububiyah dan uluhiyah dalam istilah IAW. Namun menurut Syekh Abdul Aziz hal itu disebabkan karena penduduk Najd tidak mengalami penyimpangan dalam tauhid asma` sifat ini<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn43" name="_ftnref43" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[43]</span></span></span></a>. Oleh sebab itu tidak ditemukan pernyataan IAW sangat terperinci dalam hal ini sebagaimana dalam masalah yang disebut tauhid rububiyyah dan uluhiyyah sebelumnya. Akan tetapi demi melengkapi pembahasan ini, penulis mencoba untuk memahami masalah ini dari para pengikutnya.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_Qt8XJvSgqS0vCZPQR4TyFvvVf8ZzzJ6P38P0EfTPhIvGRgx-T14Xf68E0SVZf0ogPgkzbmf3Ck_DwXq57V0JCemjJiDzvqYlv9lDHZbvVSwukz5z_ZUenK6D2s53ff-Rhf3zHyzHQReP/s1600/Sheikh-Bin-Baz.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="174" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_Qt8XJvSgqS0vCZPQR4TyFvvVf8ZzzJ6P38P0EfTPhIvGRgx-T14Xf68E0SVZf0ogPgkzbmf3Ck_DwXq57V0JCemjJiDzvqYlv9lDHZbvVSwukz5z_ZUenK6D2s53ff-Rhf3zHyzHQReP/s200/Sheikh-Bin-Baz.jpg" width="200" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Syaikh Abdul Aziz bin Baz <i>rahimahullah</i></td></tr>
</tbody></table>Meskipun permasalahan ini nyaris kurang nyaring suaranya di era Ibnu Abdil Wahab. Akan tetapi, pasca munculnya trio imam wahabi; Abdul Aziz bin Baz, Muhammad bin Shaleh Al Utsaimin dan Muhammad Nashiruddin Al Albani diskusi panas masalah asma` sifat lumayan cukup terangkat ke permukaan. Bahkan dakwah dibidang ini nampaknya sudah menjadi menu utama para pengikut wahabi. Banyak sekali buku mengenai hal ini dikarang oleh generasi wahabi desawa ini, baik itu oleh para ulamanya maupun oleh para pemudanya. Umumnya tulisan-tulisan mereka tersebut tidak memiliki perbedaan signifikan antara satu dan lainnya. Bisa kita katakan sebanyak apapun kitab yang dicetak dengan judul yang berbeda, intinya tetap sama saja. Hal itu dikarenakan muara subtansi tulisan-tulisan itu tidak keluar dari apa yang digagas oleh Ibnu Taimiyah dalam kitab-kitabnya semisal <i>Al Aqidah Al Wasithiyyah</i>, <i>Ar Risalah Ad Tadmuriyyah</i>, <i>Al Aqidah Al Hamawiyyah</i>, dan <i>Dar’ut Ta’arudl </i>(plus kumpulan fatwa dan risalahnya).</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Dalam pembahasan singkat beberapa paragraf di bawah ini penulis berusaha meringkas seraya mengkritisi pemahaman IAW pada khususnya, dan seluruh pengikut wahabi pada umumnya, terkait masalah asma` sifat atau lebih dikenal dengan sifat khabariyyah ini. Dalam pembahasan masalah ini, sering sekali kita dengar dari kalangan salafi (wahabi) mengenai dikotomi salaf dan khalaf. Salaf dalam pandangan mereka bersikap “isbat”<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn44" name="_ftnref44" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[44]</span></span></span></a> sebagaimana yang mereka imani, sedangkan khalaf bersikap “takwil” atau “tafwidl”. Secara garis besar, setidaknya ada 4 poin kredo mereka dalam berinteraksi dengan ayat dan hadis sifat:</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><ol start="1" style="margin-top: 0cm;" type="1"><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Menggolongkan ayat dan hadis sifat tersebut ke dalam golongan ayat dan hadis <i>muhkamât</i>.</li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Boleh mentafsirkan ayat dan hadis sifat.</li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Memahami ayat dan hadis sifat itu sesuai dhahirnya.</li>
<li class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Tidak mentafwidl dan mentakwilkannya.</li>
</ol><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Dari keempat kredo dasar tersebut, kita akan mencoba untuk mengkritisinya dengan cara merujuk keabsahannya dari berbagai kitab dan disiplin ilmu keislaman. Dalam beberapa literatur, mereka selalu mengklaim bahwa kredo dasar mereka inilah merupakan kredo dasar salaf dan ahlussunnah. Benarkah klaim semacam itu dapat teruji secara ilmiah?. Jawabannya akan penulis jelentrehkan perpoin.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b>Kredo Pertama</b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Dalam kredo pertamanya, aliran wahabi menggolongkan ayat dan hadis sifat ke dalam golongan ayat dan hadis <i>muhkamat</i>. Keputusan ini nampaknya berlawanan dengan apa yang dipaparkan oleh para ahli ulumul Quran, seperti Zarkasyi dalam Al Burhan<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn45" name="_ftnref45" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[45]</span></span></span></a>, Suyuthi dalam Al Itqan<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn46" name="_ftnref46" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[46]</span></span></span></a>, Zurqani dalam Manahilul ‘Irfan<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn47" name="_ftnref47" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[47]</span></span></span></a>. Begitu juga bersebrangan dengan para ulama hadis seperti Imam Al Khattabi dalam Ma’alim Sunan, Imam Al Baihaqi dalam Asma’ Wa Sifat<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn48" name="_ftnref48" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[48]</span></span></span></a> dan Imam Ibnu Hajar dalam Fathul Bari<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn49" name="_ftnref49" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[49]</span></span></span></a>. Demikian juga dengan pakar usul fikih semisal As Syathibi dalam muwafaqatnya<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn50" name="_ftnref50" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[50]</span></span></span></a>, pakar sejarah Ibnu Khaldun dalam Muqaddimahnya<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn51" name="_ftnref51" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[51]</span></span></span></a> dan masih banyak lagi.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b>Kredo Kedua</b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Dalam masalah bolehnya mentafsiri ayat dan hadis sifat tersebut. Ternyata aliran wahabi juga bersebrangan dengan riwayat-riwayat dari generasi salaf. Kredo Aimmah Salaf justru tidak memperbolehkan untuk mentafsiri ayat dan hadis sifat tersebut. Mereka mencukupkan diri untuk mengimani tanpa mencari maknanya. Hal ini sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam At Turmudzi dari Sufyan At Tsauri, Malik bin Anas, Ibnu Mubarak, Ibnu ‘Uyainah, Waki’ dan lainnya<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn52" name="_ftnref52" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[52]</span></span></span></a>. Imam Ad Dzahabi juga meriwayatkan hal yang sama dari Imam Malik<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn53" name="_ftnref53" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[53]</span></span></span></a>. Hal serupa juga diamini oleh Imam Al Baihaqi<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn54" name="_ftnref54" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[54]</span></span></span></a>. Pendapat ini dipertajam oleh Imam Al Qurthubi dalam tafsirnya dengan menyatakan bahwa mayoritas aimmah salaf termasuk di dalamnya Imam Malik, tidak mentafsirkannya. Bahkan beliau memvonis orang yang mentafsirkannya sesuai makna dhahir bahasa arab, mereka adalah golongan musyabbihah<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn55" name="_ftnref55" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[55]</span></span></span></a>. Ketegasan yang diambil oleh Imam Al Qurthubi ini juga sama persis dengan yang didedahkan oleh Imam Zarkasyi<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn56" name="_ftnref56" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[56]</span></span></span></a>.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b>Kredo Ketiga</b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Memahami ayat dan hadis sifat secara dhahir ada dua kemungkinan dan pengertian. Pertama, jika yang dimaksud adalah membiarkankan ayat dan hadis sifat itu sesuai zhahirnya (ijra’ ‘ala dzawahiriha) dengan dibarengi sikap diam (sukut) tanpa tafsir, maka itulah sikap mayoritas para aimmah salaf yang sering disebut <i>tafwidl</i>. Kedua, jika yang dimaksud adalah membiarkan ayat dan hadis sifat itu sesuai zhahirnya dengan dibarengi penafsiran secara tekstual bahasa arab, maka itulah yang divonis oleh Imam Al Qurthubi dan Imam Zarkasyi sebagai sikap golongan musyabbihah. Dan ternyata sikap aliran wahabi dalam masalah ini secara jelas mengimani pengertian yang kedua dan secara otomatis sudah tervonis sebagai sikap golongan kaum musyabbihah, kalau kita mengacu pada pendapat Imam Al Qurthubi dan Imam Zarkasyi. Bahkan Imam Syatibi dalam Al I’tishamnya ketika menjelaskan mengenai macam-macam sebab masuknya bid’ah dalam syari’at Islam, beliau memvonis ahli bid’ah terhadap orang-orang yang berpaham zhahiri dalam ayat dan hadis sifat ini<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn57" name="_ftnref57" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[57]</span></span></span></a>.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b>Kredo Keempat</b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Dalam kredo dasar yang keempat ini mereka menolak untuk mentakwil dan mentafwidl dalam menyikapi ayat dan hadis sifat tersebut. Mereka memandang kedua sikap itu adalah bentuk dari sebuah kekufuran, kedustaan dan penyimpangan. Dalam salah satu fatwanya Ibnu Taimiyah yang merupakan sumber ide dan pikiran aliran wahabi mengeluarkan vonis bahwa kedua sikap tersebut merupakan kekufuran dan kedustaan<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn58" name="_ftnref58" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[58]</span></span></span></a>. Tidak kalah ekstrimnya, dalam kitabnya yang lain <i>“Dar`u Ta’arudlil ‘Aqli Wan Naql”</i> Ibnu Taimiyah juga memvonis sikap tafwidl adalah sejelek-jelek perkataan para ahli bid’ah dan atheism (<i>ilhâd</i>)<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn59" name="_ftnref59" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[59]</span></span></span></a>. Sikap ektrim ini diterima dengan tanpa kritik oleh semua pengikut aliran wahabi baik yang klasik maupun yang kontemporer. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Dalam berbagai tulisan, baik yang berwujud kitab/buku, ataupun yang bergentayangan di situs-situs internet, mereka sering mengklaim bahwa pemahaman mereka inilah yang sesuai dengan generasi salaf. Padahal justru mereka inilah yang menghidupkan lagi paham-paham kaum mujassimah dan musyabbihah yang sejak generasi salaf telah divonis sesat. Mereka sering melabelkan beberapa cap kepada ahlussunnah yang memakai metode takwil dengan jahmiyyah<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn60" name="_ftnref60" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[60]</span></span></span></a> dan mu’atthilah, karena telah mentakwil atau mentafwidlkan makna asma’ wa sifat. Dalam beberapa paragraf berikut akan kita bahas bahwa paham takwil dan tafwidl merupakan dua paham ahlussunnah yang selalu dipakai oleh generasi salaf maupun khalaf. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Imam Nawawi<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn61" name="_ftnref61" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[61]</span></span></span></a>.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b>a)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></b><span dir="LTR"><b>Takwil</b></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Takwil dalam permasalahan ayat dan hadis sifat merupakan hal yang boleh dilakukan selagi tidak keluar dari pemahaman dan aturan gramatikal bahasa arab itu sendiri. Karena kalau kita teliti ulang teks-teks para ulama ahlussunnah baik salaf maupun khalaf ternyata banyak sekali yang masih memegang sikap ini. Bahkan Ibnu Abbas yang mendapat keutamaan doa Baginda Sayyidina Rasulillah Saw agar diberikan pemahaman atas Al Quran<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn62" name="_ftnref62" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[62]</span></span></span></a>, juga ternyata memakai metode takwil dalam beberapa kasus. Hal ini sebagaimana takwilan beliau terhadap kata <i>“sâq”</i> ditakwilkan dengan kata <i>“syiddah”</i><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn63" name="_ftnref63" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[63]</span></span></span></a>. Imam Nawawi ketika menjelaskan tentang hadis <i>“nuzul”</i> (turun)nya Allah di sepertiga malam terakhir menukil bahwasannya Imam Malik <i>–rahimahullah-</i> mentakwilkannya bahwa yang turun adalah rahmat, perkara dan malaikat-Nya<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn64" name="_ftnref64" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[64]</span></span></span></a>. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Demikian juga, Al Hafidz Ibnu Katsir dalam kitabnya <i>“Al Bidayah Wa An Nihayah”</i> menukil takwil Imam Ahmad bin Hambal mengenai permasalahan <i>maji’</i> (datang)nya Allah swt. yang tertera dalam surat Al Fajr: 22 ditakwilkan dengan <i>tsawab</i> (pahala)<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn65" name="_ftnref65" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[65]</span></span></span></a>. Tatkala mengomentari sebuah ayat dalam surat Al Qashash yang berbunyi <i>“kullu syain hâlik illa wajhahu” </i>Imam Bukhari mentakwilkan kata <i>“wajhahu”</i> dalam ayat tersebut dengan <i>“mulkahu”<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn66" name="_ftnref66" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><b><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[66]</span></b></span></span></a>.</i>Dalam kitab “al Asma’ wa ash Shifat”<i> </i>Imam Al Bahaqi juga menukil pentakwilan Imam Bukhari terhadap kata <i>“dhahak”</i> dengan <i>“rahmah”<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn67" name="_ftnref67" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><b><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[67]</span></b></span></span></a></i>.<i> </i>Dan masih banyak lagi para pembesar ulama umat ini yang memakai metode takwil dalam beberapa tempat yang berkaitan dengan asma’ wa sifat. Bahkan dalam masalah hadis Jariyah yang menyatakan bahwa Allah itu berada di langit<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn68" name="_ftnref68" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[68]</span></span></span></a>, Imam Nawawi menukil perkataan Qadli ‘Iyadl yang menegaskan bahwa kaum muslimin telah berijma’ (bersepakat) dalam mentakwilkan hadis tersebut<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn69" name="_ftnref69" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[69]</span></span></span></a>. Imam At Tirmidzi dalam kitab sunannya juga memakai metode takwil ini ketika mengomentari hadis yang berbunyi <i>“lau adla ahadukum bihablin lahabatha ‘alallah” </i>(hadis nomor: 3298), beliau mentakwilkannya dengan <i>“ilmullah”<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn70" name="_ftnref70" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><b><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[70]</span></b></span></span></a>.</i> Pentakwilan Imam Tirmidzi ini divonis oleh Ibnu Taimiyah sebagai sebuah pentakwilan yang sangat fatal kesalahannya (dhahirul fasad) karena sejenis dengan takwil sekte Jahmiyyah<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn71" name="_ftnref71" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[71]</span></span></span></a>. Vonis serupa diikuti oleh murid yang setia mengikutinya Ibnu Qoyyim Al Jauziyyah, dalam kitabnya <i>“As Shawaiq Al Mursalah”</i><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn72" name="_ftnref72" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[72]</span></span></span></a>.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Sebenarnya masih banyak para ulama baik klasik (salaf) ataupun kontemporer (khalaf) yang masih melakukan metode takwil ini dalam beberapa tempat, seperti Imam Nadlar bin Syumail, Hisyam bin ‘Ubaid, Sufyan At Tsauri, Sufyan bin ‘Uyainah, Ibnu Jarir At Thabari, Ibnu Hibban, Abu Hasan Al Asy’ari, Imam Baihaqi, Ibnul Jauzi, Imam Nawawi, Al Hafidz Ibnu Hajar dan seabrek ulama tafsir, hadis dan fikih lainnya.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><b>b)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></b><span dir="LTR"><b>Tafwidl</b></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Metode pensikapan kedua yang sangat getol diperangi oleh aliran wahabi adalah tafwidl. Ciri metode ini adalah tidak mentafsirkan ayat atau hadis sifat tersebut secara <i>harfiyyah</i> (tekstual). Akan tetapi mengimani dan membenarkan teks-teks itu seraya menyerahkan maknanya kepada Allah swt.. Sebenarnya banyak sekali para ulama yang juga berpegang teguh dengan metode ini dibeberapa tempat. Dalam syarah shahih muslim, Imam Nawawi mengatakan bahwa mayoritas ulama generasi salaf menggunakan metode ini dalam berinteraksi dengan ayat dan hadis sifat<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn73" name="_ftnref73" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[73]</span></span></span></a>. Dengan adanya pernyataan Imam Nawawi ini rasanya agak mengherankan jika Ibnu Taimiyah dan para pengikutnya (aliran wahabi), memvonisnya kafir dan mulhid (atheis). </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Ibnu Qudamah dalam “Lum’atul I’tiqad” menukil dua riwayat imam umat ini; Imam Syafi’I dan Imam Ahmad, mengenai permasalahan teks-teks ayat dan hadis sifat. Setelah penukilan perkataan kedua imam tersebut, Ibnu Qudamah memberikan kesimpulan bahwa ayat dan hadis sifat tersebut harus diimani dan diterima, tidak ditakwil, serta diriwayatkan lafadlnya saja tanpa harus menentukan maknanya seraya menyerahkan maknanya kepada Dzat yang berfirman<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn74" name="_ftnref74" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[74]</span></span></span></a>. Pengertian serupa juga dijelaskan oleh Imam Al Baihaqi ketika menjelaskan akidah ahli hadis dalam kitab I’tiqadnya<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn75" name="_ftnref75" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[75]</span></span></span></a>, Imam Al Ghazali dalam Qowaidul ‘Aqaid<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn76" name="_ftnref76" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[76]</span></span></span></a> dan Iljamul Awwam ‘an ilmi kalam<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn77" name="_ftnref77" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[77]</span></span></span></a>, Imam Fakhruddin Ar Razi dalam Asasus Taqdis<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn78" name="_ftnref78" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[78]</span></span></span></a>, Ma’alim fi Usuliddin<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn79" name="_ftnref79" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[79]</span></span></span></a>, dan kitab Arba’innya<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn80" name="_ftnref80" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[80]</span></span></span></a>. Tidak mau ketinggalan Imam Dzahabi yang merupakan salah satu murid Ibnu Taimiyah yang berbeda dari pemahaman gurunya juga mengeluarkan statemen tafwidl ini dalam kitab Siyar A’lam Nubala<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn81" name="_ftnref81" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[81]</span></span></span></a>. Imam Suyuthi dalam Al Itqan mengeluarkan statemen yang tidak berbeda dengan apa yang dikatakan oleh para ulama ahlussunnah pendahulunya bahwa madzhab tafwidl ini merupakan madzhab mayoritas ahlussunnah dari generasi salaf dan ahlu hadis<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn82" name="_ftnref82" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[82]</span></span></span></a>. Dan seabrek ulama ahlussunnah lainnya.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b>D. Wahabi dan Konsep Bid’ah</b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOTIismsIdJdrqa7iPGubLWcPMFpQ4c56_TsbWVVU8Fqi6BXA3C8xow_VuM0wqXSGclJTZpwVZATfd4KogiRo9UWQ11VTUsnXB07Tl7vzBIlbDvCvPDconfWypA7t7zPir7L4qe0KDFRJb/s1600/shalat-gaya-h-mahrus-ali-pakai-sandal1.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOTIismsIdJdrqa7iPGubLWcPMFpQ4c56_TsbWVVU8Fqi6BXA3C8xow_VuM0wqXSGclJTZpwVZATfd4KogiRo9UWQ11VTUsnXB07Tl7vzBIlbDvCvPDconfWypA7t7zPir7L4qe0KDFRJb/s200/shalat-gaya-h-mahrus-ali-pakai-sandal1.jpg" width="200" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Jama'ah Salafi Ust. Mahrus Ali</td></tr>
</tbody></table>Imam Abu Zahrah dalam tarikhnya ketika membicarakan aliran wahabiyyah beliau menyatakan dalam poin ke-7 bahwa aliran wahabiyah telah memperluas cakupan makna bid’ah. Perluasan makna bid’ah itu beliau katakan sebagai sebuah tindakan yang aneh<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn83" name="_ftnref83" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[83]</span></span></span></a>. Hal ini memang sangat wajar ketika melihat berbagai pendapat yang dikeluarkan oleh kelompok ini. Bahkan tidak jarang beberapa pendapat yang menyalahi jumhur ulama. Satu kasus yang selama ini getol sekali diperangi oleh mereka adalah pembagian pengertian bid’ah menjadi dua; hasanah (baik) dan sayyi’ah (jelek). Mereka sangat alergi sekali dengan pembagian makna bid’ah ini. Padahal kalau kita mau me-<i>rechek</i> pemahaman ini secara seksama di beberapa literatur islam klasik, maka kita akan menemukan bahwa para pembesar umat ini baik salaf maupun khalaf seakan sepakat untuk membaginya menjadi dua atau bahkan lebih.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Yang paling sangat mashur dalam pembagian bid’ah menjadi dua ini adalah Imam Syafii <i>–rahimahullah-</i>. Pendapat Imam Syafii ini dinukil oleh Imam Baihaqi dengan sanad muttasil dalam manaqib Syafii. Juga oleh Al Hafidz Ibnu Asakir dalam tabyinnya<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn84" name="_ftnref84" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[84]</span></span></span></a> dan Imam Suyuthi dalam husnul maqsid<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn85" name="_ftnref85" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[85]</span></span></span></a>. Pembagian yang dilakukan oleh Imam Syafii ini berlandaskan pada perkataan Sayyidina Umar r.a<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn86" name="_ftnref86" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[86]</span></span></span></a> dalam permasalahan shalat tarawih berjama’ah<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn87" name="_ftnref87" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[87]</span></span></span></a>. Pembagian pengertian seperti yang dipahami oleh Imam Syafii inipun banyak sekali dianut oleh jumhur ulama umat ini seperti Imam Al Ghazali, Ibnu Atsir<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn88" name="_ftnref88" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[88]</span></span></span></a>, Al Hafidz Badruddin Al Aini<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn89" name="_ftnref89" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[89]</span></span></span></a>, Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqalani<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn90" name="_ftnref90" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[90]</span></span></span></a>, Imam Al Karmani<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn91" name="_ftnref91" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[91]</span></span></span></a>. Bahkan Imam Izz bin Abdussalam memperluas lagi pembagian bid’ah tersebut sesuai pembagian hukum taklifiyyah; wajib, sunnah, haram, makruh dan mubah<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn92" name="_ftnref92" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[92]</span></span></span></a>. Pendapat Imam Izz bin Abdussalam ini diikuti oleh Imam Nawawi dalam beberapa kitabnya<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn93" name="_ftnref93" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[93]</span></span></span></a>.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b>E. Para Penentang Aliran Wahabi</b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Pemahaman yang sangat ektrim ini memicu timbulnya para penentang baik dari kalangan yang tidak kalah ekstrimnya maupun yang masih berpegang pada sikap <i>wasathiyyah</i> (moderat). Diantara nama-nama penentang gerakan dakwah yang diprakarsai oleh Syekh Muhammad bin Abdul Wahab ini adalah:</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><ol start="1" style="margin-top: 0cm;" type="1"><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Sulaiman bin Ahmad bin Suhaim Al Hambali An Najdi (1130- 1181 H). Beliau adalah seorang ahli fikih daerah Riyadl. Ayah beliau juga termasuk barisan para ulama yang menentang dakwah wahabi ini. Beliau termasuk keturunan Kabilah ‘Unzah. Pasca berkuasanya sekte wahabi di daerah Riyadl, beliau mengungsi di daerah Az Zubair sampai wafat di sana. Beliau termasuk deretan ulama yang dikafirkan oleh Syekh Muhammad bin Abdul Wahab.</li>
</ol><div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify;"><br />
</div><ol start="2" style="margin-top: 0cm;" type="1"><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Sulaiman bin Abdul Wahab At Tamimi An Najdi (1208 H) saudara kandung Syekh Muhammad bin Abdul Wahab. Kapabilitas keilmuan agama Syekh Sulaiman melebihi saudaranya tersebut. Beliau sangat pakar dalam fikih madzhab hambali, dan termasuk qadli (hakim) daerah Najd. Beliau dilahirkan di daerah ‘Uyainah, menuntut ilmu di daerah Huraimala’ semasa orang tuanya masih belum wafat. Pasca jatuhnya daerah Huraimala’ ke tangan sekte wahabi, beliau mengungsi ke daerah Sadir. Sebelum adanya dakwah wahabi ini, beliau mempunyai banyak pengikut di daerah ‘Uyainah dan Dar’iyyah. Tidak jarang beliau mengirim surat kepada para pengikutnya untuk menghindari dakwah takfiri yang ditawarkan oleh Muhammad bin Abdul Wahab.</li>
</ol><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><ol start="3" style="margin-top: 0cm;" type="1"><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Muhammad bin Abdur Rahman bin ‘Afaliq Al Hambali Al Ahsai (1100- 1164 H). Beliau merupakan salah satu ulama daerah Ahsa’. Beliau adalah seorang pakar fikih serta mempunyai wawasan keagamaan yang sangat luas. Beliau mempunyai banyak karangan kitab di bidang fikih dan ilmu falak. Karena dakwah beliaulah pimpinan daerah ‘Uyainah Ustman bin Mu’ammar berpaling dari dakwah Syekh Muhammad bin Abdul Wahab, padahal beliau selalu berada di samping sang pemimpin. Hal ini disebabkan oleh kekuatan argumentasi yang diberikan Ibnu ‘Afaliq, sehingga dapat membuat Ibnu Mu’ammar berpaling dan enggan untuk menolong dakwah Muhammad bin Abdul Wahab. Beberapa risalah Ibnu ‘Afaliq yang dikirim kepada Ibnu Mu’ammar dapat membungkam argumen-argumen Muhammad bin Abdul Wahab. Oleh sebab itu, Muhammad bin Abdul Wahab mengkafirkannya.</li>
</ol><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><ol start="4" style="margin-top: 0cm;" type="1"><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Abdullah Al Muwais (1175 H). Beliau seorang ahli fikih daerah Hurmah yang terletak ditengah-tengah kawasan Najd. Nama lengkap beliau adalah Abdullah bin Isa At Tamimi yang lebih dikenal dengan sebutan Al Muwaisi atau Al Muwais. Beliau termasuk deretan para pembesar ulama Najd, dan ini diakui juga oleh Syekh Muhammad bin Abdul Wahab. Perjalanan keilmuan, beliau mulai dari daerah Najd kemudian mengembara ke daerah Syam untuk belajar kepada Syekh As Safarini. Dengan keluasan ilmu yang beliau memiliki, beliau dapat menyakinkan Abdullah bin Suhaim<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn94" name="_ftnref94" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[94]</span></span></span></a> untuk tidak mendukung dakwah yang diprakarsai oleh Syekh Muhammad bin Abdul Wahab. Oleh sebab itulah Sykeh Muhammad bin Abdul Wahab mengkafirkan beliau (lihat: ulama Najd 4/ 365).</li>
</ol><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><ol start="5" style="margin-top: 0cm;" type="1"><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Abdullah bin Ahmad bin Suhaim (1175 H), seorang ulama ahli fikih di daerah Mujma’ah yang terletak di kawasan Al Qashim. Beliau adalah ahli fikih madzhab hambali yang bertugas sebagai qadli (hakim) di seluruh kawasan Sadir. Sebenarnya beliau tidak terlalu getol menolak dakwah sekte wahabi ini. Akan tetapi dipermasalahan keliaran dalam vonis kafir, beliau sangat menentang.</li>
</ol><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><ol start="6" style="margin-top: 0cm;" type="1"><li class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Abdullah bin Muhammad bin Abdul Lathif Al Ahsai. Beliau termasuk deretan guru Syekh Muhammad bin Abdul Wahab. Beliau juga termasuk dalam deretan para penentang dakwah wahabi ini<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn95" name="_ftnref95" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[95]</span></span></span></a>. </li>
</ol><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><a href="http://www.room-alghadeer.com/vb/showthread.php?t=3234">Dan masih banyak lagi</a> para ulama yang menentang dakwah wahabi ini, baik yang sezaman dengan Syekh Muhammad seperti yang sudah kami sebutkan di atas<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn1" name="_ftnref1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[1]</span></span></span></a> ataupun para ulama setelahnya.</div><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b>F. Neo-Khawarij dan Nubuwwah</b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Paparan di atas adalah sedikit gambaran sikap keberagamaan Syekh Ibnu Abdil Wahab dan para pengikutnya yang kelihatan sangat ekstrim dan cenderung menyalahi konsensus dakwah jumhur ulama. Dengan adanya sebuah sikap yang demikian ektrim, maka tidak heran jika para ulama sering menyebutnya sebagai neo-khawarij dalam masalah takfir, dan neo-mujassimah musyabbihah dalam masalah akidah.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Kesimpulan bahwa sebenarnya aliran wahabi ini merupakan neo-khawarij jauh hari sudah disinyalir oleh Syekh Sulaiman bin Abdul Wahab dalam kitabnya <i>“As Shawaiq Al Ilahiyyah Fi Raddi ‘Alal Wahabiyyah”</i>. Kesimpulan yang sama diambil oleh Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan dalam <i>“Ad Durar As Sunniyyah Fi Raddi ‘Alal Wahabiyyah”<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn97" name="_ftnref97" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><b><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[97]</span></b></span></span></a></i>, Imam As Shawi dalam tafsirnya<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn98" name="_ftnref98" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[98]</span></span></span></a>. Juga Ibnu ‘Abidin dalam <i>hasyiyah</i>nya<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn99" name="_ftnref99" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[99]</span></span></span></a>, serta Imam Abu Zahrah dalam tarikhnya<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn100" name="_ftnref100" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[100]</span></span></span></a>. Tidak mau ketinggalan ulama ahlussunnah kontemporer juga semakin meramekan untuk ikut-ikutan menstempel aliran wahabi ini dengan sebutan neo-khawarij, seperti DR. Abdullah Umar Kamil yang menulis risalah kecil bertajuk <i>“Al Khawarij Al Judud”</i>. Tidak mau ketinggalan Sayyid Muhammad Zaki Ibrahim juga menulis risalah kecil berjudul <i>“As Salafiyyah Al Mu’ashirah Ila Aina? Wa Man Hum Ahlussunnah?”<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn101" name="_ftnref101" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><b><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[101]</span></b></span></span></a></i>. Dan masih banyak lagi.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Hal yang unik menggelitik adalah bahwa di sana juga ada tuduhan bahwa Syekh Ibnu Abdil Wahab ini sebenarnya menyimpan misi pengakuan dirinya sebagai nabi. Tuduhan ini bisa dikategorikan menjadi dua kelompok; (1) orang-orang yang menuduh bahwa IAW benar-benar mengaku sebagai nabi, dan (2) orang-orang yang mengatakan bahwa gerak-gerik IAW baik berupa pendapat maupun gerakannya seakan-akan ia sedang memposisikan layaknya seorang nabi. Kelompok pertama jelas tidak berdasar, karena IAW dengan sangat jelas menyatakan bahwa Nabi Muhammad saw. adalah penutup para nabi. Dalam hal ini IAW berkata: “Dan aku beriman bahwa Nabi kita Muhammad saw. adalah penutup para nabi dan para rasul. Tidaklah sah iman seorang hamba hingga ia beriman kepada risalahnya dan bersaksi akan kenabiannya”<a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftn102" name="_ftnref102" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;">[102]</span></span></span></a>. Sedangkan pendapat kelompok kedua bisa diterima karena memang nyatanya dari berbagai pendapat seperti yang telah dipaparkan, seakan-akan IAW memposisikan diri di tengah kaum muslimin layaknya posisi Nabi saw. di tengah kaum musyrikin Quraisy.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b>G. Penutup</b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Tidak dapat dipungkiri bahwasannya kewajiban melestarikan ajaran Islam adalah tugas setiap insan muslim. Akan tetapi proses penyampaian ajaran itu harus melalui cara yang benar dan sesuai dengan <i>wasathiyyah</i> (kemoderatan) Islam itu sendiri. Dalam sejarah Islam klasik, tervonisnya sekte Khawarij bukan lantaran meninggalkan ibadah. Akan tetapi justru mereka berlebihan (ekstrim) dalam memahami Islam itu sendiri, sehingga kran toleransi dan kemoderatan Islam nyaris ditutup rapat. Bahkan spirit takfir terdasyat dalam sejarah islam klasik diperankan oleh aliran Khawarij ini.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Tentunya kita semua mengatahui betapa ngerinya vonis sesat yang disematkan kepada kaum Khawarij. Oleh sebab itu, para pengikut aliran wahabi seharusnya lebih kritis lagi dalam melihat pemahaman-pemahaman ektrim yang terkandung di dalam literatur-literatur wahabi, baik klasik maupun kontemporer. Demikian juga penulis tidak sepakat dengan ektrimisme yang juga diperagakan oleh sebagian kalangan sunni sehingga mengkafirkan aliran wahabi ini. Hal yang perlu kita yakini bersama bahwa Syekh Muhammad bin Abdil Wahab berpendapat dan berperilaku sedemikian rupa tidak lepas dari ijtihad beliau. Sepanjang pembacaan penulis, IAW tidak mempunyai kepentingan politis dalam dakwahnya melainkan hanya ingin membebaskan umat ini dari perbuatan yang ia anggap sebuah kesyirikan.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Kewajiban kita sebagai generasi sekarang adalah belajar dari semangat IAW dalam menyerukan umat ini untuk kembali kepada Al Quran dan Sunnah dengan pemahaman salaf shaleh. Semangat ini tentunya harus terus menyala dalam sanubari setiap generasi muslim. Namun hal itu jangan hanya berhenti pada tataran semangat, melainkan harus dipahami dengan seksama dan merujuk kepada keterangan para ulama. Demikian juga bagi para pengikut aliran wahabi ini seyogyanya tidak menutup diri untuk lebih meluaskan bacaan sehingga bisa keluar dari kubangan fanatik buta yang hal ini sangat dibenci oleh IAW itu sendiri. Taklid adalah sikap yang paling diperangi oleh IAW, akan tetapi entah mengapa para pengikutnya justu bertaqlid buta kepadanya. Bahkan para pengikutnya pun memberikan berbagai gelar kepada IAW, seperti imam dan syaikhul islam. Lebih unik lagi, IAW mendapat gelar yang belum pernah disandang oleh para ulama bahkan oleh para sahabat sekalipun, yaitu Imam Tauhid. Penulis tidak mengetahui apakah gelar terakhir itu juga pernah disandang oleh Nabi saw.. Tentunya hal ini bentuk ghuluww kepada seorang ulama yang mana sikap ini begitu getol diperangi oleh IAW.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Karena keterbatasan spaces, maka penulis cukupkan pembahasan tema yang sangat luas ini dalam beberapa paragraf singkat di atas. Semoga pembahasan singkat ini dapat menjadi bahan kajian serius, baik bagi orang-orang yang sedang berada dalam posisi membela aliran wahabi maupun mereka yang menolak dakwah ini.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i>Wa salamun limanittaba’al Huda</i>..!!!</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i>Allahummah dina wahdi bina waj’alna sababan limanih tada!!</i></div><b><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;"><br clear="all" style="page-break-before: always;" /></span></b><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGVE6Y_yDSks58yiQ4juZFOb8pl0ZKytEfRS-7-UcBdbVUNSGCywTQltMeth0RZu4PoXynS5DSnTFdmUun3zegB9J2xD0rCJTCwFDz7Zw5AaJ5bXBLtpAVvMHrpetJKN_glFnkQfly21le/s1600/Mecca_skyline.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="368" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGVE6Y_yDSks58yiQ4juZFOb8pl0ZKytEfRS-7-UcBdbVUNSGCywTQltMeth0RZu4PoXynS5DSnTFdmUun3zegB9J2xD0rCJTCwFDz7Zw5AaJ5bXBLtpAVvMHrpetJKN_glFnkQfly21le/s400/Mecca_skyline.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Umat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam umat yang bertauhid</td></tr>
</tbody></table><br />
</div><div><br />
<hr align="left" size="1" width="33%" /><div id="ftn1"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref1" name="_ftn1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[1]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> Istilah “Wahabi” ini digugat oleh para peng</span>ikut aliran wahabi kontemporer, yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan salafi. Berbagai alasan telah ditulis dan dikemukan oleh para punggawa wahabi salafi kontemporer mengenai penisbatan gerakan dakwah ini kepada Muhammad bin Abdul Wahab. Sebenarnya, penolakan ini hanyalah merupakan upaya pelarian agar madzhab mereka tidak terkesan berhenti pada sosok Muhammad bin Abdul Wahab saja. Karena di beberapa kesempatan, mereka mengeklaim bahwa dakwah mereka adalah dakwah Nabi saw. pun juga dakwah seluruh nabi hingga nabi Adam a.s.. Jika penamaan “wahabi” ini berhasil mereka hapus dari ingatan kaum muslimin, maka dengan mudah mereka akan mampu mentasbihkan diri sebagai representasi yang paling absah dari generasi salaf, atau bahkan dari agama Islam itu sendiri. Oleh karenanya, saat ini, dengan bermandikan keringat mereka berupaya sekuat tenaga untuk mempropagandakan nama baru bagi kelompok mereka dengan sebutan yang lebih elegan; salafi. </div><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">Dalam upaya menghapus nama wahabi ini, para pengikut menyatakan bahwa dari segi penamaan saja sudah salah. Orang yang mempelopori gerakan dakwah ini bernama Muhammad bukan Abdul Wahab, mengapa penisbatannya wahabiyah dan bukannya malah muhammadiyah?. Tentunya pernyataan dan pertanyaan semacam ini terkesan lucu dalam pandangan para Thalibul Ilmi dan para ulama. Sebab dalam tradisi arab, penisbatan bukan kepada nama asli pendiri sebuah madzhab itu sudah biasa. Seseorang dikatakan Syafi’i ketika dia berkiblat pemahaman fikihnya kepada Imam Syafi’I, meskipun nama asli beliau adalah Muhammad bin Idris. Begitu juga penisbatan seperti Hambali, Hanafi, Asy’ari dll. Lebih lucu lagi, mereka mewanti-wanti kaum muslimin yang menghina kelompok wahabi ini. Karena, menurut mereka wahabi adalah penisbatan kepada “Al Wahhab” yang merupakan salah satu nama Allah swt.. Pernyataan yang terlalu dipaksakan ini sungguh sangat menggelikan. Karena tidak satu pun kaum muslimin bermaksud menisbatkan sekte yang lahir 3 abad silam kepada Dzat Yang Maha Agung dan Mulia, Allah swt.. Bahkan logika semacam ini pun tidak pernah dipakai oleh kelompok manapun selain wahabi ini. Madzhab adz Dzahiri yang dipelopori oleh Daud adz Dzahiri tidak pernah mewanti-wanti lawan madzhabnya, meskipun salah satu nama Allah adalah Adz Dzahir. Penolakan penisbatan ulama wahabi kontemporer ini mengakibatkan pergantian nama dari wahabi ke salafi. Oleh sebab itu, golongan salafi yang sedang menjamur sekarang ini, tidak lain adalah generasi penerus dari gerakan dakwah wahabi yang sudah dikenal semenjak kurang lebih 3 abad yang silam. Penggunaan istilah salafi ini telah mendapat vonis bid’ah dari Al Allamah DR. Muhammad Said Ramadhan Al Buthi dalam kitab beliau <i>“As Salafiah Marhalah Zamaniyyah Mubarakah Laa Madzhabun Islamiyyun”</i> (lihat hal: 221). </div><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;">Sebenarnya kalau kita lacak lebih jauh, penamaan aliran ini dengan nama “wahabi” sudah diterima dengan bangga oleh para pengikut wahabi generasi awal. Bahkan Sulaiman bin Sahman an Najdi salah satu pelopor kelompok ini menulis sebuah kitab dengan judul <i>“Al Hadiyyah As Saniyyah Wa At Tuhfah Al Wahabiyyah An Najdiyyah”</i>, judul kitab tersebut sudah sangat jelas menggunakan diksi atau istilah wahabiyah. Hal ini juga diamini oleh para pengikut yang lainnya semisal Muhammad bin Abdul Lathif, Hamid Al Faqihi, Muhammad Rasyid Ridlo, Abdullah Al Qosimi, Sulaiman Ad Dakhil, Ahmad bin Hajar Abu Thami, Mas’ud An Nadawi, Ibrahim bin Ubaid dan lainnya. Hanya saja, Hamid al Faqihi memberi tawaran istilah yang menurutnya lebih pas untuk para pengikut dakwah Ibnu Abdil Wahab ini, yaitu dengan sebutan “ad Dakwah al Muhammadiyah”. Tawaran ini pun diamini oleh Shaleh Fauzan saat mengkritik Syekh Abu Zahrah yang menggunakan istilah wahabi dan memasukkannya dalam daftar kelompok-kelompok baru (al Firaq al Haditsah). Jadi dari segi penerimaan istilah wahabi ini telah terjadi perbedaan presepsi antara generasi awal dan akhir. Akan tetapi kitab karangan Sulaiman bin Sahman adalah satu bukti konkrit dan bantahan atas para pengikut dakwah wahabi yang enggan untuk disebutk wahabi.</div><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><br />
</div></div><div id="ftn2"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref2" name="_ftn2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[2]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Ad Daulah Al Utsmaniyyah, hal: 375-376. Tarikh Najd:, hal: 81.</div></div><div id="ftn3"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref3" name="_ftn3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[3]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Lih: Tarikh Najd Ibnu Ghannam, hal: 13-14.</div></div><div id="ftn4"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref4" name="_ftn4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[4]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Ibid: 13.</div></div><div id="ftn5"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref5" name="_ftn5" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[5]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Lihat: Al Maqaalaat As Sunniyyah, hal: 56.</div></div><div id="ftn6"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref6" name="_ftn6" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[6]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Lih: Al Maqalaat As Saniyyah, hal: 51.</div></div><div id="ftn7"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref7" name="_ftn7" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[7]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Lihat: Da’awa Munaafi`iin, <span lang="IN">karya Abdul Aziz Muhammad bin Ali al Abd al Lathif, hal: 5. Kitab ini merupakan disertasi doctoral di Universitas Imam Muhammad ibn Sa’ud al Islamiah Riyadl. Kitab ini ditulis untuk mencoba mengcounter permasalahan-permasalahan yang acap kali disematkan kepada Muhammad dan para pengikutnya.</span></div></div><div id="ftn8"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref8" name="_ftn8" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[8]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Lihat: Daiyan Walaisa Nabiyyan, hal: 82. Dalam perkataannya ini jelas terdapat takfir kepada para ulama sebelum IAW. Karena orang yang tidak mengetahui makna laa ilaha illah dan agama Islam sudah pasti ia adalah orang kafir.</div></div><div id="ftn9"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref9" name="_ftn9" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[9]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Mengenai polemik masalah pengakuan Ibnu Abdil Wahab menjadi nabi akan penulis bahas dalam sub pembahasan tersendiri.</div></div><div id="ftn10"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref10" name="_ftn10" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[10]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Lihat: <span lang="IN">Al </span>Maqâlât Al Wafiyyah Syekh Hasan Khazbik, hal: 128</div></div><div id="ftn11"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref11" name="_ftn11" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[11]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> Ibid</span>, hal: 130.</div></div><div id="ftn12"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref12" name="_ftn12" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[12]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Lihat: Tarikh Ali Sa’ud, hal: 9.</div></div><div id="ftn13"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref13" name="_ftn13" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[13]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> Al </span>Maqâlât Al Wafiyyah Syekh Hasan Khazbik, hal: 128.</div></div><div id="ftn14"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref14" name="_ftn14" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[14]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Ibid, hal: 129.</div></div><div id="ftn15"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref15" name="_ftn15" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[15]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> Sejarawan wahabi yang bernama </span>Ibnu Ghannam dalam tarikhnya menyebutkan ada sekitar 300 perang lebih yang terjadi. Di setiap perang tersebut Ibnu Ghannam berkata, “Di tahun ini kaum muslimin memerangi kaum kafir”. Perlu dicatat bahwa itu sebenarnya adalah perang antara kaum wahabi dengan kaum muslimin yang tidak seideologi dengan mereka.</div></div><div id="ftn16"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref16" name="_ftn16" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[16]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> Lihat: </span>Daa’iyan Walaisa Nabiyyan, hal: 133.</div></div><div id="ftn17"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref17" name="_ftn17" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[17]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> Lihat: Da’aawa al Munaawi`iin, hal: 163. Komentar Ibnu Afaliq itu kiranya tidak berlebihan mengingat dalam “Al Qawaaid Al Arba’ah” Ibnu Abdil Wahab pernah menyatakan pada kaedah yang keempat, “Sesungguhnya kaum musyrikin di zaman kita lebih parah kesyirikannya dibandingkan kaum musyrikin terdahulu” (al Qawaaid Al Arba’ah: 47). Perlu dicatat bahwa yang ia maksud dengan kaum musyrikin di zamannya itu adalah kaum muslimin yang tidak seideologi dengannya.</span></div></div><div id="ftn18"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref18" name="_ftn18" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[18]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> Ibid: 164.<span style="color: red;"></span></span></div></div><div id="ftn19"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref19" name="_ftn19" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[19]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> Ibid: 166.</span></div></div><div id="ftn20"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref20" name="_ftn20" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[20]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> Ibid: 166-167. Pernyataan Syekh Sulaiman dan Syekh Ustman tersebut merupakan “Ilzaam” atau konsekwensi logis dari berbagai persyaratan <i>njelimet</i> yang disyaratkan oleh IAW untuk kriteria seorang muslim dalam pandangannya. Karena tentunya IAW tidak mungkin mengatakan bahwa rukun Islam ada enam.</span></div></div><div id="ftn21"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref21" name="_ftn21" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[21]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Kasyfu asy Syubhat, hal: 49.</div></div><div id="ftn22"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref22" name="_ftn22" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[22]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Kasyfu asy Syubhaat, hal: 49-50.</div></div><div id="ftn23"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref23" name="_ftn23" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[23]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Ibid: 53.</div></div><div id="ftn24"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref24" name="_ftn24" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[24]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Ibid: 66-67.</div></div><div id="ftn25"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref25" name="_ftn25" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[25]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> Lihat: </span>Dâ’iyah Walaisa Nabiyyan, hal: 82</div></div><div id="ftn26"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref26" name="_ftn26" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[26]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Ibid, hal: 83.</div></div><div id="ftn27"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref27" name="_ftn27" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[27]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Ibid, hal: 84. Dalam komentarnya Syekh Hasan menjelaskan bahwa Muhammad bin Fairuz adalah ulama pengikut madzhab Hambali, dan dia banyak taklid kepada pandangan-pandangan Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qayyim. Hal ini juga diakui oleh IAW sendiri bahwa Ibnu Fairuz adalah seorang ulama dari kalangan madzhab Hambali yang taqlid buta kepada Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qayyim. Jika seorang ulama madzhab Hambali yang bertaklid kepada Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qayyim saja tidak dapat dikatakan telah masuk Islam, maka bagaimana dengan lainnya??. Bahkan ditempat yang lain IAW secara terang-terangan memvonis Ibnu Fairuz bahwa dia telah kafir dengan kekafiran besar yang membuatnya keluar dari agama Islam (Ad Durar As Sunniyah: 10/ 63).</div></div><div id="ftn28"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref28" name="_ftn28" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[28]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Kasyfu Syubhat, hal: 54. </div></div><div id="ftn29"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref29" name="_ftn29" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[29]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Lihat: Daa’iyah Walaisa Nabiyyan, hal: (108- 111).</div></div><div id="ftn30"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref30" name="_ftn30" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[30]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> Ibid, hal: 137.</span></div></div><div id="ftn31"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref31" name="_ftn31" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[31]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Ibid, hal: 113- 114.</div></div><div id="ftn32"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref32" name="_ftn32" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[32]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> Ibid, hal: 124. Fenomena saling memvonis ahli bid’ah, fasik, sesat, bahkan kafir, sekarang ini sedang panas-panasnya dalam intern aliran wahabi. Dari sekian fenomena yang ada, nampaknya pemvonisan sesat dan ahli bid’ah Rabi’ Madkhli terhadap Bakar Abu Zaid menjadi fenomena ternyaring dalam wacana kewahabian. Persetruan keduanya terjadi akibat perbedaan presepsi tentang menghukumi Sayyid Qutub. Bakar Abu Zaid cenderung membelanya, sedangkan Rabi’ Madkhali dengan tanpa ampun harus memvonis Sayyid Qutub sesat. Bahkan tidak tanggung-tanggung Bakar Abu Zaid yang membelanyapun harus menerima vonis yang sama. Pemvonisan Rabi’ Madkhali terhadap Bakar Abu Zaid ini dapat dibaca dalam kitab beliau yang berjudul <i>“Al Haddul Fasil Bainal Haq Wal Bathil”</i>. Manhaj takfiri yang diperankan oleh Rabi’ Madkahli ini dapat respon balik dari sesama wahabinya Shaleh bin Abdul Lathif An Najdi dalam risalah kecilnya yang berjudul <i>“Ar Raddul Jali ‘Ala Rabi’ Al Madkhali”</i>. Begitu juga kasus yang terjadi pada Syekh Abdullah bin Abdur Rahman Al Jibrin yang juga termasuk pengikut aliran wahabi. Pasca beliau membela Hasan Al Banna, Sayyid Qutub dan Abdur Rahman Abdul Khaliq serta mengkritik Rabi’ Al Madkhali, beliau mendapat sebuah kritikan yang sangat pedas dari Syekh Abdullah bin Shafiq Adz Dzafiri dalam bukunya yang bertajuk <i>“Malhudzat Wa Tanbihat”</i>. Buku ini diberi pengantar oleh Syekh ‘Ubaid bin Abdullah Al Jabiri salah seorang mantan dosen di Madinah University.</span></div></div><div id="ftn33"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref33" name="_ftn33" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[33]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Ini disimpulkan dari istilah yang menyebar di kalangan umum. Sedangkan para pengikut Syekh Abdur Rahman Abdul Khaliq di Kuwait, pengikut Syekh Ibnu Baz dan Syekh Ibnu Utsaimin tidak tertata secara istansi atau kelompok tersendiri, mereka bisa diterima oleh semua kalangan dan pengikut aliran wahabi lainnya.</div></div><div id="ftn34"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref34" name="_ftn34" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[34]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Ini bukan berarti sempalan yang lain terbebas dari budaya takfir ini. Hanya saja budaya itu terlihat dengan jelas dan sangat liar di sempalan Jamiyyun/ madkhaliyyun ini.</div></div><div id="ftn35"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref35" name="_ftn35" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[35]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> Khusus mengenai vonis sesat terhadap Ibnu Hajar ini ada sebuah buku kecil yang mencoba mengkritisi satu per satu kesalahan akidah Ibnu Hajar. Buku ini diberi judul <i>“Akhta’ Fathil Bari Fil Aqidah”</i> (kesalahan-kesalahan kitab Fathul Bari dari segi akidah). Buku ini disusun oleh Abu Yusuf bin Yahya Al Marzuqi dari dua risalah pelopor wahabi Abdullah bin Muhammad bin Ahmad Ad Duwaisy dan Abdullah bin Sa’di Al Ghamidi Al ‘Abdali. Juga ditambahkan komentar dua pelopor wahabi lainnya Abdul Aziz bin Baz dan Muhibbuddin Al Khathib. Pada risalah pertama tertera sebuah statemen takfir terhadap Ibnu Hajar yang berbunyi: <i>“Al Akhtha’ Al Asasiyah Fil Aqidah Wa Tauhidil Uluhiyyah Min Kitab Fathil Bari Bi Syarhi Shahihil Bukhari”</i> (Kesalahan-kesalahan prinsip dalam hal akidah dan tauhid uluhiyah dari kitab Fathul Bari syarah Shahih Bukhari) [lihat: Akhtha, hal: 3]. Sudah jamak diketahui bahwa dalam kredo bangunan ideologi wahabi akidah dibagi menjadi 3; rububiyah, uluhiyah dan asma’ wa sifat. Orang kafir Quraisy dalam pandangan mereka mempunyai atau percaya dengan akidah rububiyah (percaya Allah sebagai Tuhan), namun mengingkari akidah uluhiyyah (menyembah Allah) dan asma’ wa sifat (mengimani nama dan sifat Allah). Dari kredo dasar ideologi ini berarti jika Ibnu Hajar sudah salah pada dasar-dasar akidah uluhiyyah, maka dapat dikatakan beliau tidak ada bedanya dengan orang-orang kafir Quraisy di zaman Nabi Saw. Dan hal ini jelas merupakan pangkafiran terhadap Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqalani.</span></div></div><div id="ftn36"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref36" name="_ftn36" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[36]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Disarikan dari kitab <i>“As Shahwah Al Islamiyah Minal Murahaqah Ilar Rusyd”</i>, hal: 203- 204.</div></div><div id="ftn37"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref37" name="_ftn37" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[37]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Lihat: Fadhaihul Wahabiyyah, hal: 19-26.</div></div><div id="ftn38"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref38" name="_ftn38" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[38]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> Lihat komentar Bin Baz atas Fathul Bari (2/ 704).</span></div></div><div id="ftn39"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref39" name="_ftn39" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[39]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> Dia adalah salah seorang alumni Syekh Muqbil bin Hadi Al Wadi’i Yaman. Dia belajar selama 6 tahun kepada Syekh Muqbil bin Hadi Al Wadi’i hingga Syekh Muqbil meninggal dunia.</span></div></div><div id="ftn40"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref40" name="_ftn40" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[40]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Kami ambil nukilan ini dari buku “siapa teroris? Siapa khawarij?” hal: 168, yang mana sang penulis buku tersebut langsung menukil dari buku aslinya “Mereka Adalah Teroris” hal: 422.</div></div><div id="ftn41"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref41" name="_ftn41" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[41]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Perlu penulis sedikit informasikan di sini bahwa syarah akidah thahawiyah karya Ibnu Abil ‘Izz ini telah banyak mereduksi isi dari matan akidah thahawiyah itu sendiri. Akidah Thahawiyah adalah akidah yang sangat representatif dalam menjelaskan akidah salaf atau ahlussunnah wal jama’ah. Hal ini telah disepakati oleh para ulama ahlussunnah wal jama’ah. Namun terkhusus syarahnya yang dikarang Ibnu Abil ‘Izz tersebut para ulama Ahlussunnah tidak sepakat, bahkan membantahnya.</div></div><div id="ftn42"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref42" name="_ftn42" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[42]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Biasanya dalam menyeret orang-orang yang bertawassul untuk disamakan dengan kaum kafir quraisy, kalangan wahabi menyetir dan mempelintir ayat yang berbunyi <i>“Mâ Na’buduhum Illa Li yuqarribunâ Ilallahi Zulfâ”</i>. Padahal di ayat tersebut sudah sangat jelas, bahwa orang-orang kafir quraisy itu bukan hanya bertawassul, akan tetapi sudah berikrar menyembah (na’buduhum) patung-patung tersebut. Sedangkan kaum muslimin dalam bertawassul sama sekali tidak menyembah Nabi atau orang-orang shaleh yang dibuat tawassul. Dan perbuatan tawassul mempunyai landasan syar’I yang kuat sebagaimana banyak dijelaskan oleh para ulama salaf dan khalaf. Untuk lebih jelas mengenai hal ini dapat dirujuk kitab-kitab tafsir, seperti tafsir Al Quran Al Adzim karya Al Hafidz Ibnu katsir (1/ 508- 509), Al Jami’ Li Ahkamil Quran karya Al Imam Al Qurthubi (5/ 232- 233) tepatnya dalam mentafsiri ayat ke 64 dari surat An Nisa’. Di sana disebutkan kisah tentang seorang baduwi yang datang ke makam Rasul dan bertawassul dengan beliau. Begitu juga kisah tawassul seorang sahabat yang bernama Bilal bin Harist Al Muzni pada saat terjadi paceklik di masa Umar (Fathul Bari: 2/ 704), (Al Bidayah Wa An Nihayah: 7/ 86- 87), dan masih banyak lagi dalil-dalil tentang tawassul ini. Namun menurut ulama kontemporer semisal Sayyid Muhammad Alawi Al Maliki dan Syekh Yusuf Al Qaradlawi, sebenarnya Syekh Muhammad bin Abdul Wahab tidak mengingkari beberapa permasalahan yang selama ini dituduhkan kepadanya, seperti pengingkaran terhadap tawassul. Dalam kitab <i>“Mafahim Yajibu an Tushahhah”</i> Sayyid Muhammad menukil sebuah pernyataan Syekh Muhammad bin Abdul Wahab, bahwa dia tidak mengingkari tawassul. Teks serupa juga dinukil oleh Syekh Yusuf Al Qardlawi dalam fushulnya (lih: 265) . Akan tetapi, seorang ulama asal Saudi Arabiyah yang bernama Syekh Hasan bin Farhan mencoba meneliti lebih jauh tentang butir-butir pemikiran pelopor wahabi tersebut. Di akhir pembahasannya beliau menyatakan bahwa telah terjadi banyak <i>“tanaqudhot”</i> (kontradiksi) dalam alur pemikiran dan keputusan sikap keagamaan Syekh Muhammad bin Abdul Wahab. Kontradiksi tersebut kembali kepada keempat kemungkinan sebagaimana yang telah penulis sebutkan sebelumnya.</div></div><div id="ftn43"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref43" name="_ftn43" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[43]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Lihat: Da’aawa Munaawi`iin: 114.</div></div><div id="ftn44"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref44" name="_ftn44" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[44]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Penulis kurang sepakat dengan istilah “isbat” (menetapkan) ini. Karena hal ini mengesankan bahwa kalangan ahlussunnah yang memakai metode takwil maupun tafwidl tidak menetapkan sifat-sifat khabariyah (asma` sifat) tersebut. Sejati ketiga metode tersebut sama-sama menetapkan, akan tetapi cara penetapannya saja yang berbeda. Metode isbat menetapkan sifat dengan makna zhahir lughawi, atau makna yang sesuai dengan kamus. Sedangkan metode takwil menetapkan sifat dengan makna majazi, dan metode tafwidl menetapkan sifat dengan makna yang hanya diketahui oleh Allah.</div></div><div id="ftn45"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref45" name="_ftn45" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[45]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Lihat: Al Burhan Fi ‘Ulumil Quran, hal: 376.</div></div><div id="ftn46"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref46" name="_ftn46" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[46]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Lihat: Al Itqan Fi ‘Ulumil Quran (3/ 12).</div></div><div id="ftn47"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref47" name="_ftn47" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[47]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Lihat: Manahilul ‘Irfan (2/ 238).</div></div><div id="ftn48"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref48" name="_ftn48" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[48]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> Lihat: Al Asma’ Wa Sifat, hal: 446. Beliau (Imam Al Baihaqi) menukil klasifikasi itu dari Imam Al Khattabi dalam kitab Ma’alim Sunannya.</span></div></div><div id="ftn49"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref49" name="_ftn49" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[49]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Lihat: Muqaddimah Fathul Bari (Hadyus Sari), hal: 220.</div></div><div id="ftn50"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref50" name="_ftn50" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[50]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Lihat: Al Muwafaqat Fi Usulis Syari’ah (3/ 77).</div></div><div id="ftn51"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref51" name="_ftn51" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[51]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> Lihat: Muqaddimah Ibnu Khaladun hal: 568.</span></div></div><div id="ftn52"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref52" name="_ftn52" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[52]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Lihat: Sunan At Turmudzi (4/ 692).</div></div><div id="ftn53"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref53" name="_ftn53" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[53]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Lihat: Siyar A’lam Nubala’ (8/ 105).</div></div><div id="ftn54"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref54" name="_ftn54" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[54]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Lihat: Asma’ Wa Sifat, hal: 410- 411.</div></div><div id="ftn55"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref55" name="_ftn55" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[55]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Lihat: Al Jami’ Li Ahkamil Qur’an (1/ 250).</div></div><div id="ftn56"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref56" name="_ftn56" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[56]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> Lihat: Al Burhan Fi ‘Ulumil Quran, hal: 376.</span></div></div><div id="ftn57"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref57" name="_ftn57" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[57]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Lihat: Al I’tisham, hal: 555-562.</div></div><div id="ftn58"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref58" name="_ftn58" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[58]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Lihat: Majmu’atul Fatawa Ibnu Taimiyyah, bagian Al Asma’ Was Sifat (5/ 10).</div></div><div id="ftn59"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref59" name="_ftn59" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[59]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Lihat: Daru Ta’arudlil ‘Aqli Wan Naql (1/ 180).</div></div><div id="ftn60"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref60" name="_ftn60" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[60]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> Penisbatan kepada Jahm bin Shafwan, pimpinan madzhab Jahmiyah yang mengatakan Quran itu adalah mahkluk.</span></div></div><div id="ftn61"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref61" name="_ftn61" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[61]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> Lihat: Syarah Shahih Muslim Imam Nawawi (6/ 383), Majmu’ Syarah Muhadzdzab Imam Nawawi (lihat juz 1 bab aqsâm ilmi asy syar’i).</span></div></div><div id="ftn62"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref62" name="_ftn62" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[62]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> Doa beliau berbunyi <i>“Allahumma ‘Allimhu Kitab”</i> (lihat: Fathul Bari: 1/ 248).</span></div></div><div id="ftn63"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref63" name="_ftn63" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[63]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> Lihat: Tafsir Thabari (14/46).</span></div></div><div id="ftn64"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref64" name="_ftn64" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[64]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> Lihat: Syarah Shahih Muslim Imam Nawawi (6/ 383). Sebelum Imam Nawawi ternyata jauh hari Ibnu Abdil Bar salah satu ahli hadis terkemuka dalam madzhab Maliki menukil riwayat ini dalam kitabnya At Tamhid (7/ 143). Dan hal ini juga dinukil oleh Imam Adz Dzahabi dalam siyar (8/ 105).</span></div></div><div id="ftn65"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref65" name="_ftn65" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[65]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Lihat: Al Bidayah Wa An Nihayah (10/ 354). Imam Al Baihaqi mengomentari sanad riwayat ini dengan perkataan <i>“Lâ ghubâra ‘alaih”</i> (tidak ada masalah).</div></div><div id="ftn66"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref66" name="_ftn66" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[66]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Lihat: Fathul Bari (8/ 501).</div></div><div id="ftn67"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref67" name="_ftn67" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[67]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> Lihat: Al Asma’ Wa As Sifat, hal: 459.</span></div></div><div id="ftn68"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref68" name="_ftn68" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[68]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> Perlu diketahui dalam akidah ahlussunnah wal jama’ah ada sebuah konsensus bahwa Allah Swt tidak terbatas oleh ruang dan waktu.</span></div></div><div id="ftn69"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref69" name="_ftn69" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[69]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Lihat: Syarah Shahih Muslim Imam Nawawi (5/ 197).</div></div><div id="ftn70"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref70" name="_ftn70" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[70]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Lihat: Tuhfatul Ahwadzi Syarah Sunan Tirmizi (9/ 152- 154).</div></div><div id="ftn71"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref71" name="_ftn71" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[71]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Lihat: Majmu’atul Fatawa Ibni Taimiyyah (6/ 343). Para pengikut Wahabi kontemporer juga gemar memvonis para ulama ahlussunnah dengan istilah kaum Jahmiyyah, Mu’aththilah dll. Hal ini memang mereka warisi dari moyang mereka; Ibnu Taimiyyah, yang baru muncul di abad ke- 7 H jauh setelah Imam At Tirmidzi.</div></div><div id="ftn72"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref72" name="_ftn72" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[72]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Lihat: As Shawaiq Al Mursalah (2/ 275)<span style="color: red;">.</span></div></div><div id="ftn73"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref73" name="_ftn73" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[73]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Lihat: Syarah Shahih Muslim (6/ 383).</div></div><div id="ftn74"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref74" name="_ftn74" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[74]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Lihat: Lum’atul I’tiqad, hal: 15.</div></div><div id="ftn75"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref75" name="_ftn75" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[75]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Lihat: Al I’tiqad, hal: 89.</div></div><div id="ftn76"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref76" name="_ftn76" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[76]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Lihat: Majmu’ Rasail Imam Al Ghazali, bagian kitab Qowaidul ‘Aqaid Fi Tauhid, hal: 161.</div></div><div id="ftn77"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref77" name="_ftn77" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[77]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Lihat: Iljâmul ‘Awwam ‘an Ilmil Kalam, hal: 31- 69.</div></div><div id="ftn78"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref78" name="_ftn78" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[78]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Lihat: Asasus Taqdis, hal: 207.</div></div><div id="ftn79"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref79" name="_ftn79" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[79]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> Lihat: Ma’alim Fi Usuliddin, hal: 44.</span></div></div><div id="ftn80"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref80" name="_ftn80" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[80]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Lihat: Kitabul Arba’in, hal: 112-113.</div></div><div id="ftn81"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref81" name="_ftn81" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[81]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Lihat: Siyar A’lam Nubala (8/ 105).</div></div><div id="ftn82"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref82" name="_ftn82" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[82]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Lihat: Al Itqan Fi ‘Ulumil Qur’an (3/ 12).</div></div><div id="ftn83"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref83" name="_ftn83" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[83]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Lihat: Tarikh Al Madzahib Al Islamiyyah, hal: 213.</div></div><div id="ftn84"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref84" name="_ftn84" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[84]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Lihat: Tabyin Kadzbil Muftari, hal: 97.</div></div><div id="ftn85"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref85" name="_ftn85" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[85]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> Lihat: Husnul Maqshid Fi ‘Amalil Maulid, hal: 52.</span></div></div><div id="ftn86"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref86" name="_ftn86" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[86]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> Perkataan Sayydina Umar itu berbunyi <i>“Nikmatil Bid’ah Hadzih”</i> (Sebaik-baik bid’ah adalah ini).</span></div></div><div id="ftn87"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref87" name="_ftn87" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[87]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Lihat: Hadis Bukhari no: 2010, Fathul Bari (4/ 358). </div></div><div id="ftn88"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref88" name="_ftn88" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[88]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> Lihat: An Nihayah Fi Gharibil Hadis (1/ 106- 107).</span></div></div><div id="ftn89"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref89" name="_ftn89" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[89]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> Lihat: Umdatul Qari Syarah Shahih Bukhari (11/ 126).</span></div></div><div id="ftn90"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref90" name="_ftn90" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[90]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Lihat: Fathul Bari (4/ 362).</div></div><div id="ftn91"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref91" name="_ftn91" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[91]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> Lihat: Syarah Karmani (9/ 154).</span></div></div><div id="ftn92"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref92" name="_ftn92" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[92]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Lihat: Qawaidul Ahkam (2/ 133).</div></div><div id="ftn93"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref93" name="_ftn93" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[93]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Lihat: Tahdibul Asma’ Wal Lughah (3/ 22-23), Syarah Shahih Muslim (6/ 470).</div></div><div id="ftn94"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref94" name="_ftn94" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[94]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Perlu menjadi catatan bahwa sebelum Ibnu Suhaim berada dalam barisan para ulama yang menentang dakwah wahabi, beliau termasuk para pendukung setia dakwah tersebut.</div></div><div id="ftn95"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref95" name="_ftn95" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[95]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Lihat: Daiyah Walaisa Nabiyyan, hal: 127- 133.</div></div><div id="ftn96"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref96" name="_ftn96" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[96]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Selain nama-nama yang sudah kami sebutkan ada deretan nama lain seperti Muhammad bin Abdullah bin Fairuz Al Ahsai (1216 H), Muhammad bin Ali bin Salum, ‘Utsman bin Mansur An Nashiri, Muhammad bin Sulaiman Al Kurdi, Utsman bin Sanad Al Bashri, Mirbad bin Ahmad At Tamimi, Saif bin Ahmad Al ‘Athiqi, Shaleh bin Abdullah Ash Shâig, Ahmad bin Ali Al Qabbani, Abdullah bin Dawud Az Zubairi, Alawi bin Ahmad Al Haddad Al Hadrami, Umar bin Qasim bin Mahjub At Tunisi, Muhammad bin Abdullah bin Kairan Al Magribi, Muhammad bin Abdullah bin Humaid, Abdul Aziz bin Abdur Rahman bin ‘Adwan, Hasan bin Umar Asy Syiththi Ad Dimasyqi dll. (lihat: ibid).</div></div><div id="ftn97"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref97" name="_ftn97" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[97]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Lihat: Ad Durar As Sunniyyah, hal 169- 187.</div></div><div id="ftn98"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref98" name="_ftn98" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[98]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Ini sebagaimana yang dinukil oleh Syekh Abdullah Harari dalam maqalatnya. Lihat: Al Maqalat As Sunniyyah, hal: 58.</div></div><div id="ftn99"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref99" name="_ftn99" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[99]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Lihat: Raddu Al Muhtar (4/ 262).</div></div><div id="ftn100"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref100" name="_ftn100" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[100]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> Lihat: Tarikh Al Madzahib Al Islamiyyah, hal: 212.</span></div></div><div id="ftn101"><div class="MsoFootnoteText" style="text-align: justify;"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref101" name="_ftn101" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[101]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Lihat: As Salafiyyah Al Mu’ashirah Ila Aina, hal 7- 8.</div></div><div id="ftn102"><div class="MsoFootnoteText"><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=5591594644026025906#_ftnref102" name="_ftn102" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 10pt;">[102]</span></span></span></span></a><span lang="IN"> </span>Lihat: Da’awaa Munaawi`iin, hal: 78.</div><div class="MsoFootnoteText"><br />
</div><div class="MsoFootnoteText"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><b>Daftar Pustaka</b></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">1-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">Al Quran Al Karim</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">2-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">Tafsir At Thabari, karya Imam At Thabari, cet. Darul Fikr. Beirut- Lebanon.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">3-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">Tafsir Al Quran Al Adzim, karya Al Hafidz Ibnu Katsir, cet. Muassasatul Mukhtar. Kairo- Mesir.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">4-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">Al Jami’ Li Ahkamil Quran, karya Imam Al Qurthubi, cet. Al Maktabah At Taufiqiyah. Kairo- Mesir.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">5-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">Al Burhan Fi ‘Ulumil Quran, karya Imam Az Zarkasyi, cet. Darul Hadis. Kairo- Mesir.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">6-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">Al Itqan Fi ‘Ulumil Quran, karya Al Imam Al Hafidz Jalaluddin As Suyuthi, cet. Maktabah Darut Turast. Kairo- Mesir.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">7-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">Manahilul ‘Irfan Fi ‘Ulumil Quran, karya Syekh Muhammad Abdul Adzim Az Zurqani, cet. Darul Hadis. Kairo- Mesir.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">8-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">Syarah Shahih Muslim, karya Imam Nawawi, cet. Darul Manar. Kairo- Mesir.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">9-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">An Nihayah Fi Ghoribil Hadis Wal Atsar, karya Imam Ibnu Atsir. Cet Daru Ihyâil Kutub Al ‘Arabiyah Isa Baby Halaby.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">10-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">Fathul Bari Syarah Shahih Bukhari, karya Al Hafidz Ibnu Hajar Al Qalani, cet. Dar Misr Lit Thiba’ah. Kairo- Mesir.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">11-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">Shahih Bukhari Syarah Karmani, Karya Imam Karmani. Cet Daru Ihyâ Turâst Al ‘Arabi, Beirut- Libanon.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">12-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">‘Umdatul Qori Syarah Shahih Bukhari, Karya Imam Al Aini. Cet Darul Fikr, Beirut- Libanon.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">13-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">Tuhfatul Ahwadzi Syarah Sunan Tirmidzi, karya Imam Al Mubarak Furi, cet. Darul Fikr. Beirut- Lebanon.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">14-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">Majmu’ Syarah Muhadzdzab, karya Imam Nawawi, cet. Darul Kutub Al Ilmiah. Beirut- Lebanon.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">15-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">Majmu’atul Fatawa Ibn Taimiyyah, takhrij ‘Amir Jazzâr dan Anwar Baz, cet. Darul Wafa. Kairo- Mesir.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">16-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">Al Muwafaqat Fi Usulisy Syari’ah, karya Al Imam Asy Syathibi, cet. Al Maktabah At Taufiqiyyah. Kairo- Mesir.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">17-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">Qawaidul Ahkam Fi Mashalihil Anam, karya Imam Izz bin Abdus Salam, cet. Darul Bayan El Araby, Kairo- Mesir.<span style="color: red;"></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">18-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">Tahdibul Asma’ Wal Lughât, karya Imam Nawawi. Cet Darul Kutub Al ‘Ilmiah, Beirut- Libanon.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">19-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">Muqaddimah Ibni Khaldun, karya Abdurrahman ibnu Khaldun, cet. Darul Fajr. Kairo- Mesir.<span style="color: red;"></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">20-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">Siyar A’lam Nubala, karya Al Imam Adz Dzahabi, cet. Al Muassasah Ar Risalah.<span style="color: red;"></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">21-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">Al Bidayah Wa An Nihayah, karya Al Hafidz Ibnu Katsir, cet. Darul Hadis. Kairo- Mesir.<span style="color: red;"></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">22-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">Tarikh Ali Sa’ud, karya Nashir as Sa’dy, cet.______________.<span style="color: red;"></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">23-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">Tarikh Najd, karya Ibnu Ghannam, cet. Dar Syuruq. Beirut. Cetakan IV 1994.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">24-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">Ad Daulah Al Utsmaniyyah; Awaamil an Nuhuud Wa Asbaab as Suquuth, karya DR. Ali Muhammad Muhammad Ash Shalaby, cet. Maktabah Bait as Salam. Riyadl- Saudi Arabiah.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">25-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">Tarikh Al Madzahib Al Islamiyyah, karya Imam Abu Zahrah, cet. Darul Fikr Arabi. Kairo- Mesir.<span style="color: red;"></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">26-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">Tabyin Kadzbil Muftari Fima Nusiba Ila Imam Abil Hasan Al Asya’ri, cet. Darul Fikr. Beirut- Lebanon.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">27-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">Lum’atul I’tiqad Al Hadi Ila Sabilir Rasyad, karya Imam Ibnu Qudamah Al Maqdisi, cet. Maktabah Al Ilmi. Kairo- Mesir.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">28-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN" style="color: red;"> </span><span lang="IN">Al I’tiqôd wal Hidayah Ila Sabîlir Rasyâd ‘Ala Madzhabis Salaf Wa Ashâbil Hadist, karya Imam Al Baihaqi cet. Dârel Kitab el ‘Arabi.<span style="color: red;"></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">29-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN" style="color: red;"> </span><span lang="IN">Majmu’ Rasail Imam Al Ghozali, cet. Darul Fikr, Beirut- Libanon. Cetakan pertama 2006.<span style="color: red;"></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">30-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">Iljâmul ‘Awwam ‘An ‘Ilmil Kalâm. Karya Imam Al Ghozali. Cet. Darul Haram Li At Turast. Kairo- Mesir. Cetakan pertama mei 2004. <span style="color: red;"></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">31-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">Kitâb al Arba’in Fi Usuluddin, karya Imam Fakhruddin Ar Rozi cet. Dârul Jîl- Beirut- Lebanon.<span style="color: red;"></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">32-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">Ma’alim Fi Usuluddin, karya Imam Fakhruddin Ar Rozi cet. Al Maktabah al Azhariyah Lit Turâst. Kairo- Mesir<span style="color: red;"></span></span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">33-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">Asâsus Taqdîs, karya Imam Fakhruddin Ar Rozi cet. Dârul Jîl- Beirut- Lebanon.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">34-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">Al Asma’ Wa Sifat, karya Al Imam Al Hafidz Abu Bakr Al Baihaqi, cet. Darul Hadis. Kairo- Mesir.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">35-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">Al I’tisham, karya Imam Asy Syatibi, cet. Darul Bayan. Kairo- Mesir.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">36-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">‘Inayatul Malik Abdul Aziz Bil Aqidah As Salafiah Wa Difa’I ‘Anha, karya DR. Muhammad bin Abdurahman Al Khumayyis, cet.___________</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">37-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">Kasyfus Syubhât, karya Muhammad bin Abdul Wahab, cet. Darus Salam. Kairo- Mesir.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">38-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">As Shahwah Al Islamiyah Minal Murahaqah Ilar Rusyd, karya DR. Yusuf Al Qaradhawi, cet. Darus Syuruq. Kairo- Mesir.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">39-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">Akhthau Fathil Bari Fil Aqidah, karya Abu Yusuf ibn Yahya Al Marzuqi, cet. Maktabah Asadus Sunnah. Kairo- Mesir.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">40-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">Al Haddul Fasil Bainal Haq Wal Bathil, karya Rabi’ bin Hadi Al Madkhali, cet _________.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">41-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">Ar Raddul Jali ‘Ala Rabi’ Al Madkhali, karya Shaleh Abdul Lathif An Najdi, cet. Darul Haramain. Kairo-Mesir.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">42-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">Malhudzat Wa Tanbihat, karya Abdullah bin Shalfiq Adz Dzafiri, cet. Darul Minhaj. Kairo- Mesir.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">43-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">As Salafiyyah Marhalah Zamaniyyah Mubarakah Lâ Madzhabun Islamiyyun, karya DR. Muhammad Said Ramadhan Al Buthi, cet. Darul Fikr. Beirut- Lebanon.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">44-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">Siapa Teroris? Siapa Khawarij?, karya Abduh Zulfidar Akaha, cet. Pustaka Al Kautsar. Jakarta- Indonesia.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">45-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">Al Maqâlât As Sunniyyah, karya Syekh Abdullah Al Harari, cet. Darul Masyari’ (2004).</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">46-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">Husnul Maqshid Fi ‘Amalil Maulid, karya Imam Suyuthi. Cet. Darul Kutub Al ‘Ilmiah, Beirut- Libanon.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">47-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">As Showaiq Al Ilahiyyah Fi Raddi ‘Alal Wahabiah, karya Syekh Sulaiman bin Abdul Wahab, cet. ___________________</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">48-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">Al Maqâlât Al Wafiyyah, karya Syekh Hasan Khazbik, cet._______________</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">49-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">Fushulun Fil Aqidah Baina Salaf Wal Khalaf, karya DR. Yusuf Al Qaradlawi, cet. Maktabah Wahbah. Kairo- Mesir.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">50-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">Daiyah Walaisa Nabiyyan, karya Syekh Hasan bin Farhan, cet. Dar er Rozi. Aman- Yordania.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">51-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">Ad Durar As Sunniyyah Fi Raddi ‘Alal Wahabiyyah, karya Sayyid Ahmad bin Sayyid Zaini Dahlan, cet. Darul Jawami’ul Kalim. Kairo- Mesir.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">52-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">As Salafiyyah Al Mu’ashirah Ila Aina? Wa Man Hum Ahlussunnah?, karya Sayyid Muhammad Zaki Ibrahim,cet. Muassasah Ihyaut Turast As Shufi. Kairo- Mesir.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">53-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">Raddu Al Muhtar ‘Ala Ad Durri Al Mukhtar, karya Imam Ibnu ‘Abidin, cet. Maktabah Musthafa Al Babi Al Halaby. Kairo- Mesir.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">54-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">Fadhaihul Wahabiyyah, karya Syekh Abul Fadlail Abdul Ghani Ar Rifa’I, cet. Darul Masyari’. Yordania.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="IN">55-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span dir="LTR"><span lang="IN">Da’aawa al Munaawi`iin, karya Abdul Aziz Muhammad bin Ali al Abd al Lathif, cet. Dar Theebah. Riyadl.</span></span></div></div></div></div>Sufi Medanhttp://www.blogger.com/profile/12215886428911434150noreply@blogger.com24tag:blogger.com,1999:blog-5591594644026025906.post-68925179517206583792011-05-19T06:41:00.006+02:002011-05-19T08:25:33.400+02:00Ulama Nenek Moyang Indonesia Mengikuti Salafush Sholeh<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-left: 0px; margin-right: 0px; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrx_o_Xa85XzkLtpBc2kD8Na0LM3XWl3_RAcIKPZ6VV-rlKqtvv0VVCqsWzpOVou1DcPPV6_PwyIDfky9MTpSF8zss051tsUO7v5Xxuj7QPpbXHYLNuc84O40GSCw64QCV6lC-aYiJAXcA/s1600/walisongo.jpg" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="149" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrx_o_Xa85XzkLtpBc2kD8Na0LM3XWl3_RAcIKPZ6VV-rlKqtvv0VVCqsWzpOVou1DcPPV6_PwyIDfky9MTpSF8zss051tsUO7v5Xxuj7QPpbXHYLNuc84O40GSCw64QCV6lC-aYiJAXcA/s200/walisongo.jpg" width="200" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Wali Sembilan</td></tr>
</tbody></table><div style="text-align: justify;">Oleh: <a href="http://mutiarazuhud.wordpress.com/">Al Ustadz Al Fadhil Zon Jonggol Al Bogori</a></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b><i>Islam Masuk ke Indonesia Sejak Abad ke 1 H</i></b><br />
<br />
<b><i></i></b>Mereka mengatakan bahwa ibadah kaum muslim di negeri kita mengikuti nenek moyang. Apakah prasangka mereka kita mengikuti kaum Hindu atau Buddha ? Itu sama saja mereka terhasut pencintraan yang dilakukan kolonialisme Belanda.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya “API SEJARAH” jilid 1 mengungkapkan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">Dengan sengaja, sejarawan Belanda pada masa pemerintah kolonial Belanda membuat periodisasi sejarah Indonesia, memundurkan waktu masuknya agama Islam berada jauh di belakang atau sesudah keruntuhan kekuasaan politik Hindu atau Keradjaan Hindoe Majapahit. </div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"></div><a name='more'></a><br />
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">Dengan berdasarkan periodisasi itu, menjadikan Islam baru dibicarakan setelah Keradjaan Hindoe Majapahit runtuh pada 1478 M. Tidak dijelaskan pula bahwa sejak abad ke 7 M agama Islam sudah mulai didakwahkan ajarannya oleh para wirauswasta (pedagang) di Nusantara Indonesia. Ditambahkan, runtuhnya Keradjaan Hindoe Madjapahit akibat serangan dari Keradjaan Islam Demak yang dipimpin Panembahan Fatah. Mengapa demkian ?<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div></div><div style="text-align: justify;"></div><br />
<div style="text-align: justify;">N.A. Baloch menjawab strategi pemerintah colonial Belanda, anti Islam dan bermotivasi divide and rule atau pecah belah untuk dikuasai melalui salah satunya penulisan sejarah. Oleh karena itu, dalam penulisan sejarah Indonesia bertolak dari pandangan Hindoe Sentrisme atau dari Neerlando Sentrisme. Lebih mengutamakan sejarah Hindu Buddha atau sejarah Belanda di Indonesia. Islam yang dijadikan dasar gerakan perlawanan terhadap penjajahan Protestan Belanda, dinegatifkan analis sejarahnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Agama Islam telah masuk ke Nusantara jauh sebelum Radja Hindoe melakukan konversi agama menjadi penganut Islam. Pada saat itu, sekaligus terjadi pembentukan kekuasaan politik Islam atau kesultanan. Istilah kerajaan berubah pula menjadi kesultanan. Tidak lagi disebut raja melainkan sebagai sultan. Raja tersebut tidak kehilangan kekuasaannya dan tetap diakui oleh mayoritas rakyatnya sebagai sultan yang sah.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Peristiwa ini menurut J.C. van Leur terjadi karena political motive. Motif politik atau motivasi kekuasaan yang diwujudkan dengan konversi agama masuk ke Islam sebagai bukti atau pengakuan para raja saat itu bahwa Islam telah menjadi arus bawah yang kuat dan berpengaruh besar pada lapisan masyarakat bawah. Dampaknya membentuk pandangan para penguasa saat itu untuk menyelamatkan diri dari bencana banjir Imperialisme Barat kecuali dengan berpihak kepada agamanya rakyat, yakni Islam.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Begitu pula pendapat W.J. Wertheim bahwa konversi agama memeluk agama Islam yang dilakukan oleh kalangan boepati hingga Radja di Nusantara Indonesia, karena pengaruh rasa tidak aman dari ancaman imperialisme Katolik Portugis maupun imperialisme Protestan Belanda atau Inggris.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Hubungan niaga Timur Tengah, India dan Cina serta Nusantara Indonesia, walaupun Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah wafat, 11H/632 M, namun hubungan niaga tetap berlangsung antara Khulafaur Rasyidin, 11-41 H / 632-661 M dengan negara-negara non muslim di luar Jazirah Arabia termasuk dengan Nusantara Indonesia. Seperti yang disejarahkan pada masa khalifah ketiga, Ustman bin Affan, 24-36 H/644-656 M mengirim utusan niaga ke Cina. Kesempatan kunjungan utusan niaga ke Cina, dimanfaatkan untuk mengadakan kontak dagang dengan wirausahawan di Nusantara Indonesia. Keterangan sejarahnya terdapat dalam buku Nukhbat ad-Dahr ditulis oleh Syaikh Syamsuddin Abu Ubaidillah Muhammad bin Thalib ad Dimsyaqi yang terkenal dengan nama Syaikh Ar Rabwah, menjelaskan bahwa wirausahawan Muslim memasuki ke kepulauan ini (Indonesia) terjadi pada masa khalifah Utsman bin Affan, 24-36 H / 644-656 M.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4P30ZjJ4WU8USEC1D4BLswow3cyUx787fan3dr5EAY1-NGGKNsWZMwB_j93tUkYSU2s9J5Dc_VvhF3v2Uu8sXFDwSOvAxo42lXXBmlqoj4gTMY2XIGfeWoOJ0orbQo0Pv0CDKJO5tcmMY/s1600/30cina_islam.jpg" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="136" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4P30ZjJ4WU8USEC1D4BLswow3cyUx787fan3dr5EAY1-NGGKNsWZMwB_j93tUkYSU2s9J5Dc_VvhF3v2Uu8sXFDwSOvAxo42lXXBmlqoj4gTMY2XIGfeWoOJ0orbQo0Pv0CDKJO5tcmMY/s200/30cina_islam.jpg" width="200" /></a></div><div style="text-align: justify;">Dari sumber lain, JC van Leur dalam Indonesian Trade and Society dengan mendasarkan sumber berita Cina dari Dinasti Tang, 618-907 M menyatakan bahwa pada 674M di pantai barat Sumater telah terdapat settlement (hunian bangsa Arab Islam) yang menetap di sana.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Demikian pula berdasarkan keterangan Drs. Ibrahim Buchari, berdasarkan angka tahun yang terdapat pada nisan seorang ulama, Syaikh Mukaiddin di Baros, Tapanuli yang bertuliskan 48 Hijriah atau 670 Masehi, maka dapat dipastikan Agama Islam masuk ke Nusantara Indonesia terjadi pada abad ke 7 Masehi atau pada abad ke 1 Hijriyah.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Begitulah hasil pengkajian Ahmad Mansur Negara, jelaslah bahwa ulama terdahulu kita bukanlah kaum hindu atau budha.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Begitupula kajian Tim Kajian Kesultanan Majapahit dari Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pengurus Daerah Muhammadiyah Yogyakarta untuk melakukan kajian ulang terhadap sejarah Majapahit. Setelah sekian lama berkutat dengan beragam fakta-data arkeologis, sosiologis dan antropolis, maka Tim kemudian menerbitkannya dalam sebuah buku awal berjudul Kesultanan Majapahit, Fakta Sejarah Yang Tersembunyi’.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Buku ini hingga saat ini masih diterbitkan terbatas, terutama menyongsong Muktamar Satu Abad Muhammadiyah di Yogyakarta beberapa waktu yang lalu. Sejarah Majapahit yang dikenal selama ini di kalangan masyarakat adalah sejarah yang disesuaikan untuk kepentingan penjajah (Belanda) yang ingin terus bercokol di kepulauan Nusantara.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dalam konteks Majapahit, Belanda berkepentingan untuk menguasai Nusantara yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Untuk itu, diciptakanlah pemahaman bahwa Majapahit yang menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia adalah kerajaan Hindu dan Islam masuk ke Nusantara belakangan dengan mendobrak tatanan yang sudah berkembang dan ada dalam masyarakat.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Apa yang diungkapkan oleh buku ini tentu memiliki bukti berupa fakta dan data yang selama ini tersembunyi atau sengaja disembunyikan. Beberapa fakta dan data yang menguatkan keyakinan bahwa kerajaan Majpahit sesungguhnya adalah kerajaan Islam. Cuplikan info silahkan baca tulisan pada <a href="http://misteri-us.blogspot.com/2010/11/kesultanan-majapahit-fakta-sejarah-yang.html" target="_blank">http://misteri-us.blogspot.com/2010/11/kesultanan-majapahit-fakta-sejarah-yang.html</a></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Semakin jelaslah bahwa ulama terdahulu kita bukanlah kaum hindu atau buddha.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-left: 0px; margin-right: 0px; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiI9yTkzAAfkciVf3gXo-XadQTusFsog_MKKKFa9Lzj2C5KaANb6tQEGL9qhUtIDAHpbCPwdjOE4fKls-mkOtlPWi3wnLwPEZU6Vt-HWy7m9ygBCBvGMwNTq33KhHUhGStSjydoG-pReMzQ/s1600/Syeh+Nawawi+Albantani.jpg" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiI9yTkzAAfkciVf3gXo-XadQTusFsog_MKKKFa9Lzj2C5KaANb6tQEGL9qhUtIDAHpbCPwdjOE4fKls-mkOtlPWi3wnLwPEZU6Vt-HWy7m9ygBCBvGMwNTq33KhHUhGStSjydoG-pReMzQ/s200/Syeh+Nawawi+Albantani.jpg" width="150" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Syaikh Nawawi Al Bantani</td></tr>
</tbody></table><div style="text-align: justify;">Kita, orang tua kita, kakek, buyut kita menjadi muslim merupakan peran salah satunya adalah para Wali Songo yang merupakan Wali Allah generasi kesembilan. Begitupula peran ulama-ulama terdahulu kita antara lain, Syekh Muhammad bin Umar Nawawi Al-Bantani Al-Jawi, adalah ulama Indonesia bertaraf internasional, lahir di Kampung Pesisir, Desa Tanara, Kecamatan Tanara, Serang, Banten, 1815.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sejak umur 15 tahun pergi ke Makkah dan tinggal di sana tepatnya daerah Syi’ab Ali, hingga wafatnya 1897, dan dimakamkan di Ma’la. Ketenaran beliau di Makkah membuatnya di juluki Sayyidul Ulama Hijaz (Pemimpin Ulama Hijaz). Daerah Hijaz adalah daerah yang sejak 1925 dinamai Saudi Arabia (setelah dikudeta oleh Keluarga Saud).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Diantara ulama Indonesia yang sempat belajar ke Beliau adalah Syaikhona Khalil Bangkalan dan Hadratusy Syekh KH Hasyim Asy’ari. Kitab-kitab karangan beliau banyak yang diterbitkan di Mesir, seringkali beliau hanya mengirimkan manuscriptnya dan setelah itu tidak mempedulikan lagi bagaimana penerbit menyebarluaskan hasil karyanya, termasuk hak cipta dan royaltinya. Selanjutnya kitab-kitab beliau itu menjadi bagian dari kurikulum pendidikan agama di seluruh pesantren di Indonesia, bahkan Malaysia, Filipina, Thailand, dan juga negara-negara di Timur Tengah. Begitu produktifnya beliau dalam menyusun kitab (semuanya dalam bahasa Arab) hingga orang menjulukinya sebagai Imam Nawawi kedua. Imam Nawawi pertama adalah yang membuat Syarah Shahih Muslim, Majmu’ Syarhul Muhadzdzab, Riyadlush Shalihin, dll. Namun demikian panggilan beliau adalah Syekh Nawawi bukan Imam Nawawi.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 0px; margin-right: 0px; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjddiOqOLlPynrHy16kkiDuzzxq8krgr9MIHhNwmg9oyPcbgaqMKY8igc0Godm0dEfLU6ZrsmV9KHUs-W4iHQETz4to1Jwnzbx8euHlR_PR4b-Tc5PMDhl2uuZdzTffFk_cl6l7nBNY9n-S/s1600/19052011.jpg" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjddiOqOLlPynrHy16kkiDuzzxq8krgr9MIHhNwmg9oyPcbgaqMKY8igc0Godm0dEfLU6ZrsmV9KHUs-W4iHQETz4to1Jwnzbx8euHlR_PR4b-Tc5PMDhl2uuZdzTffFk_cl6l7nBNY9n-S/s200/19052011.jpg" width="150" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Nihayatuz Zain</td></tr>
</tbody></table><div style="text-align: justify;">Jumlah kitab beliau yang terkenal dan banyak dipelajari ada sekitar 22 kitab. Beliau pernah membuat tafsir Al-Qur’an berjudul Mirah Labid yang berhasil membahas dengan rinci setiap ayat suci Al-Qur’an. Buku beliau tentang etika berumah tangga, berjudul Uqudul Lijain (diterjemahkan ke Bahasa Indonesia) telah menjadi bacaan wajib para mempelai yang akan segera menikah. Kitab Nihayatuz Zain sangat tuntas membahas berbagai masalah fiqih (syariat Islam). Sebuah kitab kecil tentang syariat Islam yang berjudul Sullam (Habib Abdullah bin Husein bin Tahir Ba’alawi), diberinya Syarah (penjelasan rinci) dengan judul baru Mirqatus Su’udit Tashdiq. Salah satu karya beliau dalam hal kitab hadits adalah Tanqihul Qoul, syarah Kitab Lubabul Hadith (Imam Suyuthi). Kitab Hadits lain yang sangat terkenal adalah Nashaihul Ibad, yang beberapa tahun yang lalu dibahas secara bergantian oleh Alm. KH Mudzakkir Ma’ruf dan KH Masrikhan (dari Masjid Jami Mojokerto) dan disiarkan berbagai radio swasta di Jawa Timur. Kitab itu adalah syarah dari kitabnya Syekh Ibnu Hajar Al-Asqalani.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Contoh ulama nenek moyang kita lainnya yang menolak paham kelompok Wahabi yang berlandaskan pemahaman Syaikh Ibnu Taimiyah adalah Syeikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Syeikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi adalah ulama besar Indonesia yang pernah menjadi imam, khatib dan guru besar di Masjidil Haram, sekaligus Mufti Mazhab Syafi’i pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Dia memiliki peranan penting di Makkah al Mukarramah dan di sana menjadi guru para ulama Indonesia.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Nama lengkapnya adalah Ahmad Khatib bin Abdul Latif al-Minangkabawi, lahir di Koto Gadang, IV Koto, Agam, Sumatera Barat, pada hari Senin 6 Dzulhijjah 1276 H (1860 Masehi) dan wafat di Makkah hari Senin 8 Jumadil Awal 1334 H (1916 M)</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Awal berada di Makkah, ia berguru dengan beberapa ulama terkemuka di sana seperti Sayyid Bakri Syatha, Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan, dan Syekh Muhammad bin Sulaiman Hasbullah al-Makkiy.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Banyak sekali murid Syeikh Khatib yang diajarkan fiqih Syafi’i. Kelak di kemudian hari mereka menjadi ulama-ulama besar di Indonesia, seperti</div><div style="text-align: justify;">Abdul Karim Amrullah (Haji Rasul) ayahanda dari Buya Hamka;</div><div style="text-align: justify;">Syeikh Muhammad Jamil Jambek, Bukittinggi;</div><div style="text-align: justify;">Syeikh Sulaiman Ar-Rasuli, Candung, Bukittinggi,</div><div style="text-align: justify;">Syeikh Muhammad Jamil Jaho Padang Panjang,</div><div style="text-align: justify;">Syeikh Abbas Qadhi Ladang Lawas Bukittinggi,</div><div style="text-align: justify;">Syeikh Abbas Abdullah Padang Japang Suliki,</div><div style="text-align: justify;">Syeikh Khatib Ali Padang,</div><div style="text-align: justify;">Syeikh Ibrahim Musa Parabek,</div><div style="text-align: justify;">Syeikh Mustafa Husein, Purba Baru, Mandailing, dan</div><div style="text-align: justify;">Syeikh Hasan Maksum, Medan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tak ketinggalan pula K.H. Hasyim Asy’ari dan K.H. Ahmad Dahlan, dua ulama yang masing-masing mendirikan organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, merupakan murid dari Syeikh Ahmad Khatib.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-left: 0px; margin-right: 0px; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5akOlMbGQTAaYIMlwSDlsogfu8xz0zLRQQwjnwhfDJx7bP32ykuupi15t-7USfQVDimxjefGMwkKIsL7MaCcmcTPEjKsbCaVgnyExpKHHk58exFg6uZsVxoOE9HunPOOMm7DCMgFXbCIi/s1600/thumbnail.aspx.jpg" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5akOlMbGQTAaYIMlwSDlsogfu8xz0zLRQQwjnwhfDJx7bP32ykuupi15t-7USfQVDimxjefGMwkKIsL7MaCcmcTPEjKsbCaVgnyExpKHHk58exFg6uZsVxoOE9HunPOOMm7DCMgFXbCIi/s200/thumbnail.aspx.jpg" width="158" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Syaikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi</td></tr>
</tbody></table><div style="text-align: justify;">Syeikh Ahmad Khatib adalah tiang tengah dari mazhab Syafi’i dalam dunia Islam pada permulaan abad ke XIV. Ia juga dikenal sebagai ulama yang sangat peduli terhadap pencerdasan umat. Imam Masjidil Haram ini adalah ilmuan yang menguasai ilmu fiqih, sejarah, aljabar, ilmu falak, ilmu hitung, dan ilmu ukur (geometri).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Syeikh Ahmad Khatib al-Minankabawi menyanggah beberapa pendapat Barat tentang kedudukan bumi, bulan dan matahari, serta peredaran planet-planet lainnya yang beliau anggap bertentangan dengan pemikiran sains ulama-ulama Islam yang arif dalam bidang itu.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dalam perkembangannya, pendirian ormas Nahdatul Ulama (NU) pada hakikatnya sebagai bentuk protes terhdapap ulama di Jazirah Arab karena pemahaman agama mereka mulai ada ketidak sesuaian dengan ajaran agama Islam yang aslinya. Ulama-ulama NU berupaya berpegang teguh kepada keaslian, kemurnian ajaran Islam sehingga mereka dikenal sebagai ulama tradisional namun pada hakikatnya adalah ulama klasik sebagaimana keaslian ajaran agama Islam. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Namun tidak kita pungkiri perlu adanya upaya penjernihan (tashfiyah), pembersihan (tanqiyah) dari pengaruh-pengaruh diluar Islam seperti paham Sekulerisme, Pluralisme, Liberalisme yang menuhankan kebebasan dan paham Hedonisme yang menuhankan kesenangan. Hal ini sedikit kami uraikan dalam tulisan pada <a href="http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/04/13/2011/03/03/nu-bercerminlah/" target="_blank">http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/04/13/2011/03/03/nu-bercerminlah/</a></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Jadi kesimpulannya mereka yang mengaku-aku mengikuti pemahaman Salafush Sholeh pada kenyataannya mungkin saja hanya mengikuti ulama Muhammad bin Abdul Wahhab atau ulama Ibnu Taimiyah. Sedangkan kita yang dituduh mengikuti nenek moyang pada kenyataannya mengikuti Khulafaur Rasyidin lebih awal.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Untuk itulah kita harus bersyukur atas peran para ulama terdahulu kita. Tidaklah mungkin nusantara yang luas ini mayoritas penduduknya menjadi muslim terjadi dalam waktu sekejap.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Wassalam</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Zon di Jonggol, Kab Bogor 16830</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3Nnao_6E9AmsxgEg_tSZO8rHxVAb8pncJuzN5uzgmGm_Alvbc4mGLT8mb6wTH3TEhP-bnoO5e5EPbJgCo1oawbZWluod3TnUUGCXv620d8ua7o5bf93R5ScimANZw2bSoqKMaeFBRs97Z/s1600/Shaykh+Abd+al-Fattah+Abu+Ghuddah%252C+Shaykh+Abdullah+al-Ghumari%252C++Shaykh+Muhammad+Yasin+al-Fadani%252C+Shaykh+Ismaeel+Zayn%252C+Shaykh+Hasan+al-Saqqaf+and+Shaykh+Ibrahim+al-Khalifah+al-Ahsai.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="228" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3Nnao_6E9AmsxgEg_tSZO8rHxVAb8pncJuzN5uzgmGm_Alvbc4mGLT8mb6wTH3TEhP-bnoO5e5EPbJgCo1oawbZWluod3TnUUGCXv620d8ua7o5bf93R5ScimANZw2bSoqKMaeFBRs97Z/s400/Shaykh+Abd+al-Fattah+Abu+Ghuddah%252C+Shaykh+Abdullah+al-Ghumari%252C++Shaykh+Muhammad+Yasin+al-Fadani%252C+Shaykh+Ismaeel+Zayn%252C+Shaykh+Hasan+al-Saqqaf+and+Shaykh+Ibrahim+al-Khalifah+al-Ahsai.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="color: #663300;">Syeikh 'Abdullah al-Siddiq al-Ghumari,<br />
Syeikh Yasin al-Fadani,<br />
Syeikh 'Abdul Fattah Abu Ghuddah,<br />
Syeikh Ibrahim al-Ahsa'ie,<br />
Syeikh Hasan Masysyat,<br />
Syeikh Isma'il 'Uthman al-Zain..<br />
رحمهم الله تعالى</span></td></tr>
</tbody></table><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="text-align: justify;"><br />
</div>Sufi Medanhttp://www.blogger.com/profile/12215886428911434150noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-5591594644026025906.post-81043951598693411482011-05-16T10:39:00.000+02:002011-05-16T10:50:53.941+02:00Jalan Sufisme: Memoar Pengembaraan Imam Al Ghazali dalam Mencari Hakikat Sejati<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsdFiyTIX-L6CLleQ_qa7oqLoe3_PGyH0y2VbER8ao83UMCKkoWXUNw1KMvZUPTd-2Ol2CrDUv6ZD-tTxXxnCJSlkLzhbiUZKdtZNr19_e2EtVqMrni-oqQx45sH7Y1ARfL_M7aBqhyphenhyphenBxA/s1600/08_iran_Imam%252BMohammad%252BGhazali_200.bmp" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsdFiyTIX-L6CLleQ_qa7oqLoe3_PGyH0y2VbER8ao83UMCKkoWXUNw1KMvZUPTd-2Ol2CrDUv6ZD-tTxXxnCJSlkLzhbiUZKdtZNr19_e2EtVqMrni-oqQx45sH7Y1ARfL_M7aBqhyphenhyphenBxA/s200/08_iran_Imam%252BMohammad%252BGhazali_200.bmp" width="166" /></a></div>Oleh: <a href="http://filsafat.kompasiana.com/2009/12/21/jalan-sufisme-memoar-pengembaraan-imam-al-ghazali-dalam-mencari-hakikat-sejati/">Peran Sabeth Hedianto</a><br />
<div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Seperti didalam kitab al-munqidz min al-dhalal (Pengetasan Kesesatan) adalah karya Imam Ghazali yang ia tulis sebagai memoar pengembaraan intelektual, dalam upaya menemukan titik-titik KENYAKINAN dari BISIK-BISIK KERAGUAN. Memoar itu ia maksudkan sebagai semacam motivasi untuk para Pencari: mesti bersungguh-sungguh dan pantang berhenti untuk menemukan apa yang ia cari, sampai ia tidak tahu apa yang harus dicarinya lagi. Dan semuanya itu ia lakukan lewat jalan pengembaraan Sufisme.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Pengembaraan intelektual Imam Ghazali bermula dari obsesinya mengetahui hakikat dari setiap sesuatu, dan itu mengharuskan adanya perangkat keilmuan yang ia sebut dengan al-ilmu al-yaqini; istilah abstrak untuk menyebut seperangkat keilmuan yang mampu menyingkap hakikat sesuatu, tanpa ada sisa-sisa keraguan dan kemungkinan kekeliruan.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
<a name='more'></a></div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Ia melakukan pencarian. Dalam tempo itu, ia sempat terperangkap dalam masa krisis intelektual. Hatinya terjebak oleh struktur intelektual yg ia bangun sendiri dengan argumentasi yang kuat, ia ingin berpaling dari struktur itu, namun ia belum memiliki argumentasi tandingan untuk melawannya. Baginya, melepaskan diri dari argumentasi mesti dengan argumentasi yg lebih argumentatif. Demikian bisik idealismenya, saat itu.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Seperti tercerahkan bahwa ada hal-hal yang tidak bisa dijangkau hanya dengan nalar, argumentasi dan buku. Sebagaimana ia pikir saat menempuh jalan ilmu kalam dan filsafat, melainkan dengan kedalaman rasa(al-dzauq) dan laku raga(al-suluk).</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Maka dari itu ia harus menemukan sandaran dan kendaraan baru untuk mengobati penyakitnya.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">(”Apa yang bisa ditempuh dengan nalar telah aku jalani dan aku raih hasilnya, tidak ada yang tersisa, kecuali apa yang bisa ditempuh hanya dengan kedalaman rasa dan laku raga”).</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Sejak saat itu Imam Ghazali mengubah arah haluan hidupnya dari orientasi intelektual yang serba nalar, argumentatif, dan tak lepas dari teks menjadi kecenderungan spiritual yang serba rasa.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">(”Aku melihat, selama ini seonggok hatiku telah terikat pada tali-tali dunia. Aku mengamati, selama ini aktifitas mengajar dan mendidikku hanya berkutat pada keilmuan yang tak penting. Aku niti-niti, selama ini aktifitas mengajar dan mendidikku hanya termotivasi jabatan dan ketenaran. Aku menyaksikan diriku berada di tepi jurang yang runtuh(syafaa jurufhar). Sungguh, aku telah dekat dengan neraka.”)</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Sang Imam hanya merenung dan merenung, meninggalkan semua aktifitasnya. Dari sinilah ia memulai titik baliknya. Hatinya yang rapuh ia rebahkan kepangkuan Tuhan, bersimpuh dihadapan-Nya mengemis perlindungan. Ia menikmati itu, dan dengan mudah memantapkan hati memalingkan syahwat dunia.<br />
<br />
</div><div align="center" dir="LTR" style="text-align: center;">* * *</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Satu dasawarsa mejalani laku suluk, tersingkap dalam dirinya hal-hal yang tak terkira, sampai ia pada kenyakinan, sufismem adalah jalan terbaik dan terbenar untuk sampai pada KESADARAN akan Tuhan. Gerak, diam, lahir, dan batin sufisme adalah binar cahaya kenabian( nur misykah al-nubuwwah).</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkjWn3hbE4_OcdO8lnmxLKTsCrtyPi3qxRYzUfKAwt8731oD4vOpDtS0r4byOPelTQQpgmVHerSQG1ZdLmPl5yJNLqRn7TtFCjP7DwwN4wpF6uI7sVqtaLdtxifld56GMFdoxQPdfGfAby/s1600/ihya-.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkjWn3hbE4_OcdO8lnmxLKTsCrtyPi3qxRYzUfKAwt8731oD4vOpDtS0r4byOPelTQQpgmVHerSQG1ZdLmPl5yJNLqRn7TtFCjP7DwwN4wpF6uI7sVqtaLdtxifld56GMFdoxQPdfGfAby/s200/ihya-.jpg" width="138" /></a></div>Menurutnya, al-dzuaqa dal al-suluka adalah langkah awal yang pernah dilakukan para calon nabi, sebelum akhirnya mereka benar-benar menjadi nabi.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Keasyikan itulah yang ingin didapatkan oleh para sufi dengan al-dzuaqa tanpa harus menjadi nabi. Akhirnya jalan sufisme menjadi titik akhir pengembaraan Imam Ghazali.<br />
<br />
</div><div align="center" dir="LTR" style="text-align: center;">* * * *</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div>Sufi Medanhttp://www.blogger.com/profile/12215886428911434150noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5591594644026025906.post-16493199040768175682011-05-16T09:31:00.001+02:002011-05-16T10:53:31.683+02:00Al Azhar Berupaya Satukan Kelompok Muslim Mesir<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 12px;"><div class="MsoNormal"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiD-h6l__QITNMkBLISETO1uG6QTxJAGg8ZLR40ojYldBL2upVrvqCTH1FF1bOaTnq5wGyGjB87__UG8Nn17hPxduOH51Du60vadGe_jA3lbqEjhwFjFy_okE9qQwizrgEyoiahlmg77MZ8/s1600/gal711984402.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="146" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiD-h6l__QITNMkBLISETO1uG6QTxJAGg8ZLR40ojYldBL2upVrvqCTH1FF1bOaTnq5wGyGjB87__UG8Nn17hPxduOH51Du60vadGe_jA3lbqEjhwFjFy_okE9qQwizrgEyoiahlmg77MZ8/s200/gal711984402.jpg" width="200" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Prof. Dr. Syaikh Ahmad Thayyib</td></tr>
</tbody></table><div style="text-align: justify;"><b><i>Hidayatullah.com--</i></b>Peran Al Azhar dalam menjaga kesetabilan Mesir dan persatuan umat mulai nampak. Kalau sebelumnya, <i>Dar Al Ifta </i>(Lembaga Fatwa Resmi Mesir) mengundang para tokoh dari berbagai kelompok Muslim untuk ikut bertukar pikiran mengenai kesatuan umat, kini Syeikh Al Azhar juga melakukan hal yang sama. Syeikh Al Azhar gagas muktamar untuk kesatuan umat, sebagaimana dilansir <i>almesryoon.com</i> (11/5)</div></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Komitmen Al Azhar untuk menjadi lembaga pemersatu umat terlihat tatkala Syeikh Muhammad Hassan seorang tokoh Salafy Mesir berkunjung ke Syeikh Al Azhar. Dr. Ahmad At Thayyib berpesan kepada Syeikh Muhammad Hasan agar bisa bekerja sama dalam masalah pokok dan tidak mencela satu dai kepada dai yang lain serta tidak konstrasi dalam masalah <i>furu’.</i></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><br />
<a name='more'></a>Syeikh Muhammad Hassan sendiri menginginkan agar pihaknya bisa bekerja sama di bawah naungan Al Azhar As Syarif, dan menolak peremehan terhadap Al Azhar. Muhammad Hassan juga menilai jika seluruh kelompok Muslim beraktivitas di bawah naungan Al Azhar akan lebih baik.</div></span><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 12px;"><br />
</span></div><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 12px;"></span><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 12px;"><b>Gagas Muktamar untuk Kesatuan Umat</b></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 12px;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 12px;">Bukan hanya tokoh Salafy, beberapa tokoh Al Jama’ah Al Islamiyah juga bertemu dengan Syeikh Al Azhar. Dr. Najih Ibrahim, salah satu tokoh dari jama’ah ini menyatakan kegembiraanya menyambut rencana Syeikh Al Azhar untuk mengadakan muktamar yang mengumpulkan seluruh gerakan Islam dan kelompok Muslim dalam rangka manyatukan barisan. </span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 12px;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 12px;">Sedangkan pihak <i>Al Jama’ah Al Islamiyah </i>sendiri mengakui bahwa Al Azhar adalah rujukan umat Islam baik di dalam maupun di luar Mesir.*</span><br />
<br />
<span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 12px;">Sumber: <a href="http://www.hidayatullah.com/read/16951/12/05/2011/al-azhar-satukan-kelompok-muslim-mesir.html%20">http://www.hidayatullah.com/read/16951/12/05/2011/al-azhar-satukan-kelompok-muslim-mesir.html </a> <br />
<a href="http://waag-azhar.org/news_result.aspx">http://waag-azhar.org/news_result.aspx</a></span><br />
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2oI0MSJO5tcL3UyuovSUSdT9uHuJFdOtOjBF05-NbL7BmubHhFwJZXj_GTPqHxgEaKR3K38Um4SM3_-KoBqsC2kkiyGrS3YoSofK1pct3hfyUhYBprRIoI9N_cAbX5FlEaJINORxDc_PP/s1600/DSC_5166.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2oI0MSJO5tcL3UyuovSUSdT9uHuJFdOtOjBF05-NbL7BmubHhFwJZXj_GTPqHxgEaKR3K38Um4SM3_-KoBqsC2kkiyGrS3YoSofK1pct3hfyUhYBprRIoI9N_cAbX5FlEaJINORxDc_PP/s400/DSC_5166.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pertemuan Antara Syaikh Muhammad Hassan dengan Grand Syaikh Al Azhar</td></tr>
</tbody></table><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 12px;"> </span></div><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 12px;"></span>Sufi Medanhttp://www.blogger.com/profile/12215886428911434150noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5591594644026025906.post-59954519583957381332011-05-14T07:20:00.004+02:002011-05-16T09:46:57.088+02:00Hakekat & Rahasia Mengapa Kita Memanggil 'Sayidina' Untuk Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrfmWrrXxDbBVjJGm92kHnuoOYfzYUm3yoy4ff8HkjVYwPW5perbSSWfZLHS_IPZW8OtCNm4QyWcH1_qGJtFhP7dBeHYfF9owvsixtLOqMacfnWjzpbeZu_w2Qq5zoS8E9d4TDg2wE2qRr/s1600/raudhah.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrfmWrrXxDbBVjJGm92kHnuoOYfzYUm3yoy4ff8HkjVYwPW5perbSSWfZLHS_IPZW8OtCNm4QyWcH1_qGJtFhP7dBeHYfF9owvsixtLOqMacfnWjzpbeZu_w2Qq5zoS8E9d4TDg2wE2qRr/s200/raudhah.jpg" width="200" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Raudhah Asy-Syarif</td></tr>
</tbody></table><a href="http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/05/12/hakikat-sayyidina/">Oleh: Al Ustadz Al Fadhil Bang Zon Jonggol</a><br />
<div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Mereka bertanya mengapa kita panggil Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dengan sayyidina Muhammad Shallallahu alaihi wasallam ?</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Pertanyaan ini pada hakikatnya tidaklah terkait dengan dalil atau hujjah namun bagian dari akhlak.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Sebagian ulama (ahli ilmu) pada zaman modern ini memahami ilmuNya secara ilmiah/logika yakni menggunakan pikiran dan memori. Jumhur ulama sejak dahulu memahami ilmuNya secara hikmah yakni menggunakan akal dan hati</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
<a name='more'></a></div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Pikiran adalah akal dalam bentuk jasmani yakni penggunaan otak. (mengetahui, memahami dengan menterjemahkan)<br />
Berakal adalah akal dalam bentuk ruhani yakni menggunakan akal. (mengetahui, memahami dengan mengambil pelajaran)</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Berpikir dapat terpenuhi oleh anak sejak dini seperti kemampuan membaca, berhitung<br />
Berakal dapat terpenuhi saat anak telah masuk wajib sholat.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Hati dalam bentuk jasmani adalah “segumpal darah”<br />
Hati dalam bentuk ruhani adalah “hati yang lapang”</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Orang-orang “Barat” yang umumnya non muslim yang berpikir secara ilmiah/logika dapat kita temui anak-anak memanggil orang tua mereka dengan namanya dan murid-murid memanggil guru mereka dengan namanya.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Kita orang-orang “Timur” khususnya kaum muslim memangil orang tua laki-laki kita dengan panggilan “ayah”, “abi”, “papa” dll sebagai penghormatan dan ikatan bathin/ruhani</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Kita memanggil “ayah”, pada hakikatnya adalah memanggil “hubungan” dan mendudukan kita sebagai seorang anak.<br />
Kita memanggil “pa guru” , pada hakikatnya adalah memanggil “hubungan” dan mendudukan kita sebagai seorang murid.<br />
<br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Kita memanggil “ya Robb”, pada hakikatnya adalah memanggil “hubungan” dan mendudukan kita sebagai hamba Allah.<br />
<br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Kita memanggil “sayyidina” kepada Rasulullah, pada hakikatnya adalah memanggil “hubungan” dan mendudukan kita sebaga ummat beliau<br />
Perbuatan memanggil “hubungan” adalah yang dimaksud dengan perbuatan bathin atau ruhani yang berhubungan dengan akal dan hati.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Contoh lain di kalangan orang jawa walaupun yang memanggil lebih tua namun sebagai penghormatan tetap memanggil yang muda dengan “mas”.<br />
Kalau kita pahami secara ilmiah/logika maka itu kita katakan keliru seharusnya memanggilnya “dik” namun kalau kita pahami secara hikmah (akal dan hati) maka panggilan tersebut sah-sah saja</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Apa yang kami sampaikan adalah apa yang dinamakan “hakikat”.<br />
Pada zaman sekarang ini ulama (ahli ilmu) mulai melupakan yang namanya “hakikat”.<br />
<br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Semua itu ditengarai karena ulama-ulama mulai tercemar atau terserang ghazwul fikri dari pemikir-pemikir agama Islam namun mereka adalah non muslim. Mereka mendirikan “pusat kajian Islam” yang dipimpin oleh orientalis barat/non muslim. Aneh memang ada cendekiawan muslim namun belajar agama kepada orientalis barat/non muslim. Pastilah akam mendapatkan ilmu agama sebatas secara ilmiah/logika.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Syariat dapat dipahami secara ilmiah/logika dengan pikiran dan memori namun untuk selanjutnya tharikat, hakikat dan ma’rifat harus dipahami secara hikmah atau dengan akal dan hati</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Sayyidina Ali r.a. pernah ditanya oleh seorang sahabatnya bernama Zi’lib Al-Yamani, “Apakah Anda pernah melihat Tuhan?”<br />
Beliau menjawab, “Bagaimana saya menyembah yang tidak pernah saya lihat?”<br />
“Bagaimana Anda melihat-Nya?” tanyanya kembali. Imam Ali menjawab, “Dia tak bisa dilihat oleh mata dengan pandangannya yang kasat tetapi bisa dilihat oleh hati dengan hakikat keimanan …”.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Tharikat, hakikat, ma’rifat yang disebut juga tauhid tingkat lanjut<br />
Tauhid tingkat lanjut tidak dapat dipahami oleh mereka yang tidak bersyahadat (non muslim)<br />
<br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Secara lengkap syariat, tharikat, hakikat, ma’rifat dinamakan dengan tasawuf atau tentang ihsan atau tentang akhlak.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Oleh karenanya dikatakan oleh sebagian ulama bahwa “modernisasi agama Islam” sebenarnya adalah “pendangkalan ajaran agama Islam” dan dikatakan “ulama pembaharu” sebenarnya adalah mereka yang “mendangkalkan” ajaran agama Islam.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Semoga saudara-saudara ku para pembaca dapat memahami bagaimana “peta” dunia Islam sesungguhnya. </div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Ilmu yang kita dapat dari syaikh/ulama/ustadz hanyalah sebagai bekal/syarat/syariat bagi kita untuk tujuan sesungguhnya. Tujuan sesungguhnya adalah memperjalankan diri kita (jasmani dan ruhani) pada jalan yang lurus menuju kepada Allah Azza wa Jalla sang pemilik ilmuNya.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">“<i>Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepada (agama)-Nya niscaya Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dari-Nya (surga) dan limpahan karunia-Nya. Dan menunjuki mereka kepada jalan yang lurus (untuk sampai) kepada-Nya</i>.” ( QS An Nisaa’ [4]:175 )</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Oleh karenanya marilah kita temui Allah Azza wa Jalla dengan sholat sunnat dua raka’at dan mohon ampunanNya atas ketersia-siaan waktu karena ilmuNya begitu luas tidak hanya sebagaimana syaikh/ulama/ustadz ajarkan kepada kita. </div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Biarkanlah Allah Azza wa Jalla yang membimbing kita sekalian untuk memahami ilmuNya. </div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><i>Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.</i>” ( QS An Nuur [24]:35 )</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">“<i>…Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu (memimpinmu); dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu</i>” (QS al Baqarah, 2: 282).</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Jika kita telah ada kemauan untuk menuju kepadaNya, Allah Azza wa Jalla akan menentukan melalui sarana apa kita akan dibimbingnya seperti hati, ilham, firasat, mimpi atau melalui kekasihNya (Wali Allah), dan sarana lain yang dikehendakiNya.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">71.9/6475. Telah menceritakan kepada kami Abul Yaman telah mengabarkan kepada kami Syu’aib dari Az Zuhri telah menceritakan kepadaku Sa’id bin Musayyab, bahwasanya Abu Hurairah menuturkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Kenabian tidak ada lagi selain “berita gembira”, para sahabat bertanya; ‘apa maksud “berita gembira”? ‘ Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab; mimpi yang baik.<br />
<br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Sumber: <a href="http://www.indoquran.com/index.php?surano=71&ayatno=9&action=display&option=com_bukhari">http://www.indoquran.com/index.php?surano=71&ayatno=9&action=display&option=com_bukhari</a></div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">71.14/6480. Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukair telah menceritakan kepada kami Al Laits dari Ubaidullah bin Abi Ja’far telah mengabarkan kepadaku Abu Salamah dari Abu Qatadah mengatakan, Nabi Shallallahu’alaihiwasallam bersabda: “mimpi yang baik adalah berasal dari Allah, sedang mimpi yang buruk berasal dari setan, maka barangsiapa melihat sesuatu yang tidak disukainya, hendaklah ia meludah ke samping kirinya sebanyak tiga kali, dan mintalah perlindungan dari setan, sesungguhnya mimpinya tersebut tidak akan membahayakannya, dan setan tidak mungkin bisa menyerupaiku.”<br />
<br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Sumber: <a href="http://www.indoquran.com/index.php?surano=71&ayatno=14&action=display&option=com_bukhari">http://www.indoquran.com/index.php?surano=71&ayatno=14&action=display&option=com_bukhari<br />
</a><br />
<br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Contoh bimbingan melalui mimpi<br />
14.159/1575. Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Manshur telah mengabarkan kepada kami An-Nadhar telah mengabarkan kepada kami Syu’bah telah menceritakan kepada kami Abu Jamrah berkata; Aku bertanya kepada Ibnu ‘Abbas radliallahu ‘anhuma tentang muth’ah (hajji tamattu’), maka dia memerintahkan aku untuk melaksanakannya. Dan aku bertanya pula kepadanya tentang Al Hadyu (hewan qurban), maka dia berkata: ‘Untuk Al Hadyu boleh unta, sapi atau kambing atau bersekutu dalam darahnya (kolektif dalam penyembilahannya). Dia berkata: Seakan orang-orang tidak menyukainya. Kemudian aku tidur lalu aku bermimpi seakan ada orang yang menyeru: Hajji mabrur dan tamattu’ yang diterima. Kemudian aku menemui Ibnu ‘Abbas radliallahu ‘anhuma lalu aku ceritakan mimpiku itu, maka dia berkata: Allahu Akbar, ini sunnah Abu Al Qasim Shallallahu’alaihiwasallam. Dia berkata; Dan berkata, Adam, Wahb bin Jarir dan Ghundar dari Syu’bah dengan redaksi: ‘Umrah mutaqabbalah (Umrah yang diterima) dan hajji mabrur.<br />
<br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Sumber: <a href="http://www.indoquran.com/index.php?surano=14&ayatno=159&action=display&option=com_bukhari">http://www.indoquran.com/index.php?surano=14&ayatno=159&action=display&option=com_bukhari</a></div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Jangan ilmu yang kita dapat dari syaikh/ulama/ustadz justru menghijab diri kita dengan Allah Azza wa Jalla. Hal ini diungkapkan oleh ulama Tasawuf sebagai berikut, </div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Mereka yang terhalang melihat Allah yakni mereka yang tertutup dari cahaya taufiq dan pertolongan Allah Ta’ala oleh kegelapan memandang ibadahnya atau amalnya.<br />
Siapa yang memandang pada gerak dan perbuatannya ketika taat kepada Allah ta’ala, pada saat yang sama ia telah terhalang (terhijab) dari Sang Empunya Gerak dan Perbuatan, dan ia jadi merugi besar.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Syaikh Abdul Qadir Al-Jilany menyampaikan, mereka yang sadar diri senantiasa memandang Allah Azza wa Jallan dengan qalbunya, ketika terpadu jadilah keteguhan yang satu yang mengugurkan hijab-hijab antara diri mereka dengan DiriNya.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Semua bangunan runtuh tinggal maknanya. Seluruh sendi-sendi putus dan segala milik menjadi lepas, tak ada yang tersisa selain Allah Azza wa Jalla.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Tak ada ucapan dan gerak bagi mereka, tak ada kesenangan bagi mereka hingga semua itu jadi benar. Jika sudah benar sempurnalah semua perkara baginya.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Pertama yang mereka keluarkan adalah segala perbudakan duniawi kemudian mereka keluarkan segala hal selain Allah Azza wa Jalla secara total dan senantiasa terus demikian dalam menjalani ujian di RumahNya.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Nabi kita Sayyidina Muhammad Shallallahu alaihi wasallam bersabda, bahwa Ash-shalatul Mi’rajul Mu’minin, “sholat itu adalah mi’rajnya orang-orang mukmin“. yaitu naiknya jiwa meninggalkan ikatan nafsu yang terdapat dalam fisik manusia menuju ke hadirat Allah Azza wa Jalla.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Dalam sebuah hadist Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya kalian apabila sholat maka sesungguhnya ia sedang bermunajat (bertemu) dengan Tuhannya, maka hendaknya ia mengerti bagaimana bermunajat dengan Tuhan”</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Kita katakan bahwa sholat yang kita lakukan selama ini adalah berdasarkan ilmu dari syaikh/ulama/ustadz adalah sebagaimana sholatnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam maupun sebagaimana yang dilakukan para Sahabat. Pertanyaannya adalah, sudahkah sholat yang kita lakukan tersebut menghantarkan kita ke hadhirat Allah Azza wa Jalla ?</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Walaikumsalam</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Zon di Jonggol, Kab Bogor 16830</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Note: <b>Sahabat Sebut Nabi dengan “Sayyid”</b><br />
<br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Sumber: <a href="http://www.hidayatullah.com/read/15739/07/03/2011/hukum-sebut-%E2%80%9Csayyid%E2%80%9D-untuk-rasulullah.html">http://www.hidayatullah.com/read/15739/07/03/2011/hukum-sebut-%E2%80%9Csayyid%E2%80%9D-untuk-rasulullah.html</a><br />
<br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Dar Al Ifta Al Mishriyah, lembaga fatwa resmi Mesir dalam fatwa no. 292, membahas mengenai hukum mengucap “Sayyiduna” kepada Rasulullah Shallallahu Alahi Wasallam. Fatwa ini dikeluarkan untuk merespon permohonan fatwa bernomor 2724, yang diajukan ke Dar Alifta, mengenai masalah tersebut.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Dalam fatwa itu disebutkan bahwa Nabi Shallallahu Alahi Wassalam merupakan “Sayyid” (tuan) bagi seluruh makhluk adalah ijma’ umat Islam. Bahkan beliau sendiri telah bersabda,”Aku adalah sayyid (tuan) anak Adam”, dan diriwayat lain disebutkan,”Aku sayyid (tuan) manusia”, yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Sedangkan Allah sendiri juga memerintahkan manusia untuk memuliakan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam, yang artinya, ”Sesungguhnya Kami telah mengutusmu sebagai saksi dan pemberi kabar gembira serta pemberi peringatan agar kalian beriman kepada Allah dan rasul-Nya. Dan menolong-Nya, mengagungkan-Nya serta bertasbih kepada-Nya di pagi hari dan petang.” (Al Fath: 8-9)</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Sebagian ulama menilai bahwa perintah mengagungkan, kembali kepada Allah dan Rasul-Nya. Menurut Imam Qatadah dan As Suddi, mengagungkan Rasulullah termasuk mensayyidkan beliau.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Sahabat Sebut Nabi dengan “Sayyid”</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Dari Sahl bin Hunaif Radhiyallahu anhu, beliau mengatakan, ”Kami melalui tempat air mengalir, maka aku turun dan mandi dengannya, setelah itu aku keluar dalam keadaan demam. Maka hal itu dikabarkan kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Alihi Wasallam. Maka beliau bersabda, ”Perintahkan Aba Tsabit untuk meminta perlindungan.” Saya mengatakan,”Wahai Sayyidku (tuanku) apakah ruqyah berfungsi?” Beliau bersabda,”Tidak ada ruqyah kecuali karena nafs (ain), demam atau bisa.” (Al Hakim, beliau menyatakan isnadnya shahih)</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Shalawat Ibnu Mas’ud dan Ibnu Umar gunakan “Sayyid”</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Ibnu Mas’ud dan Ibnu Umar juga menyebut “Sayyid” untuk Rasulullah dalam shalawat beliau berdua. Ibnu Mas’ud pernah mengajarkan,”Jika kalian bershalawat kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, maka baguskanlah shalawat untuk beliau, sesungguhnya kalian tidak tahu bahwa shalawat itu ditunjukkan kepada beliau. Maka, mereka mengatakan kapada Abdullah bin Mas’ud,’Ajarilah kami.’ Ibnu Mas;ud menjawab,’Ucapkanlah, Ya Allah jadikanlah shalat-Mu dan rahmat-Mu dan berkah-Mu untuk Sayyid Al Mursalin (tuan para rasul), Imam Al Muttaqin (imam orang-orang yang bertaqwa), Khatam An Nabiyyin (penutup para nabi), Muhammad hamba-Mu dan rasul-Mu, Imam Al Khair (imam kebaikan), Qaid Al Khair (pemimpin kebaikan) dan Rasul Ar Rahmah (utusan pembawa rahmat).’” (Riwayat Ibnu Majah, dihasankan oleh Al Hafidz Al Mundziri)</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Atsar serupa juga diriwayatkan dari Ibnu Umar, sebagaimana diriwayatkan Imam Ahmad dalam Al Musnad, dengan sanad hasan pula.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Walhasil, menyebut Rasulullah dengan gelar “Sayyid” adalah perkara yang disyariatkan </div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div>Sufi Medanhttp://www.blogger.com/profile/12215886428911434150noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-5591594644026025906.post-9237127963810638682011-05-06T00:42:00.008+02:002011-05-06T08:13:48.520+02:00Dosa Yang Berulang-Ulang Tidak Terampuni?<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHebcUYA5P6mTFghs7j1KY5B05nUxzBMh68hhHYaXshCbfdfde2X1Y8MeMkPP671QEmMcuZQHdBcRxDMHy-Ym4-iSGQvneUtEqxDPtfRqcRPVXAbm267i6iXFYTZ177QzOr0K6uWicvNkX/s1600/taubat.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="144" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHebcUYA5P6mTFghs7j1KY5B05nUxzBMh68hhHYaXshCbfdfde2X1Y8MeMkPP671QEmMcuZQHdBcRxDMHy-Ym4-iSGQvneUtEqxDPtfRqcRPVXAbm267i6iXFYTZ177QzOr0K6uWicvNkX/s200/taubat.jpg" width="200" /></a></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">Kalau kita melakukan dosa berulang-ulang, maka jangan sampai dosa yang terakhir kita lakukan itu menjadi sebab keterputus-asaan kita daripada bertaubat kepada Allah. Kalau kita menyerah dan berputus asa begitu saja, maka itulah yang dimaukan syaitan, agar kita terus menemaninya di dalam adzab, tertipulah kita dengan tipu daya syaitan, selama-lamanyalah kita berkubang dalam maksiat dan berlipat gandalah musibah yang menimpa. Padahal bisa jadi itu adalah dosa yang terakhir, yang ditakdirkan Allah kepada kita. Sebagaimana ketika melakukan amal ibadah kita disuruh untuk husnuzhon kepada Allah, begitupula ketika kita melakukan perbuatan dosa. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: <br />
<a name='more'></a></div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="text-align: justify;"><br />
<b><span lang="AR-SA">قل يا عبادي الذين أسرفوا على أنفسهم لا تقنطوا من رحمة الله </span></b></div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span dir="LTR"></span><i><span dir="LTR"></span>"Katakanlah hai Hambaku yang telah terlampau terhadap dirinya, janganlah kalian berputus asa daripada kasih-sayang Allah…" (Az-Zumar: 53)</i></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="text-align: justify;"><b><span lang="AR-SA">و من يقنط من رحمة ربه إلا الضالون</span></b></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><i>"Dan siapakah yang berputus asa dari kasih-sayang Tuhannya melainkan orang-orang yang sesat." (Al Hijr: 56)</i></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">Rasulullah <i>Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: </i></div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="text-align: justify;"><b><span lang="AR-SA">كل ابن آدم خطاء و خير الخاطائين التوابون</span></b></div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span dir="LTR"></span><i><span dir="LTR"></span>"Setiap anak Adam berbuat kesalahan dan sebaik-baik orang bersalah adalah orang yang bertaubat." (Hadits Riwayat Imam Tirmidzi)</i><i><span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></i></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="text-align: justify;"><b><span lang="AR-SA">إن الله يحب كل مفتن تواب</span></b></div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><i>"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang banyak dosa, tapi banyak bertaubat." (Hadits riwayat Imam Ahmad)</i></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">Makanya Imam Ghazali bilang, "Sebagaimana kamu buat dosa berulang-ulang sudah menjadi pekerjaanmu, maka seperti itu pulalah kamu meminta ampun kepada Allah berulang-ulang harus menjadi pekerjaanmu."</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">Jangan disalahpahami bahwa Imam Ghazali hendak menyuruh kita untuk mengulang-ngulang perbuatan dosa. Tidak, bukan seperti itu pemahamannya. Tetapi maksud beliau adalah hendak menyuruh kita untuk terus mengulang-ngulang taubat kita kepada Allah. Artinya: Tujuh puluh kali kita berbuat dosa, maka tujuh puluh kali pulalah kita meminta ampun.<br />
<br />
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">Inilah pemahaman daripada hadits Nabi <i>Shallallahu alaihi wa sallam</i> dalam sebuah hadits qudsi, Allah <i>Ta'ala berfirman:</i>:<b> </b></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><b><i><span style="font-weight: normal;">“Jikalau seseorang hamba itu melakukan sesuatu dosa lalu dia berkata: “Ya Allah, ampunilah dosaku,” maka berfirmanlah Allah Tabaraka wa Ta’ala: “HambaKu melakukan sesuatu yang berdosa, lalu dia mengerti bahwa dia mempunyai Tuhan yang dapat mengampuni dosa dan dapat pula memberikan hukuman sebab adanya dosa itu. ”Kemudian hamba itu mengulangi untuk berbuat dosa lagi, lalu dia berkata: “Ya Tuhanku, ampunilah dosaku,” maka Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman: “HambaKu melakukan sesuatu yang berdosa lagi, tetapi dia tetap mengetahui bahwa dia mempunyai Tuhan yang dapat mengampuni dosa dan dapat pula memberikan hukuman sebab adanya dosa itu.” Seterusnya hamba mengulangi dosa lagi lalu berkata: “Ya Tuhanku, ampunilah dosaku,” maka Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman: “HambaKu berbuat dosa lagi, tetapi dia mengetahui bahwa dia mempunyai Tuhan yang dapat mengampuni dosa dan dapat pula memberikan hukuman sebab adanya dosa itu. Aku telah mengampuni dosa hambaKu itu, maka hendaklah dia berbuat sekehendak hatinya.”</span></i></b><b><i> </i></b><i>(<u>Muttafaq ‘alaih</u>)</i></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">Berbuat sekehendak hatinya di situ jangan diartikan secara zhohir (leterlek) bahwa Allah menyuruh kita terus melakukan maksiat, bukan, bukan seperti itu maknanya. Tetapi itu adalah gaya bahasa Allah yang memberitahukan kita bahwa sebanyak apapun perbuatan dosa kita, maka Allah adalah Tuhan yang maha pengampun maha penerima taubat. Artinya, di situ ada isyarat dari Allah bahwa begitu kita melakukan dosa maka segeralah meminta ampun dan begitu kita kembali melakukan dosa maka segeralah lagi meminta ampun dan begitu seterusnya. Inilah mafhum darpada hadits qudsi tersebut.<i> </i></div><br />
<br />
Jangan seperti Fir'aun yang terus melakukan perbuatan dosa tapi tak pernah sekalipun mau meminta ampun kepada Allah, toh itupun Allah masih saja menyuruh Nabi Musa dan Nabi Harun Alaihima salam untuk:</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCSA7fhLyrsJ6EZsWhLzOgdjR_phnDWRLw1K7sAILhE9TALPKPK_Iz60gwvgwekRQ5KIuKo2ALVTwxunGAjMqVFMmZk_6Btcd8nlPkeqA_a8Z_GNDrT1O-zPJNlV9dJQYX2mtxRJagWaAM/s1600/rameses2-l.gif" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="271" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCSA7fhLyrsJ6EZsWhLzOgdjR_phnDWRLw1K7sAILhE9TALPKPK_Iz60gwvgwekRQ5KIuKo2ALVTwxunGAjMqVFMmZk_6Btcd8nlPkeqA_a8Z_GNDrT1O-zPJNlV9dJQYX2mtxRJagWaAM/s400/rameses2-l.gif" width="400" /></a></div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="text-align: justify;"><b><span lang="AR-SA">فقولا له قولا لينا لعله يتذكر أو يخشى</span></b></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><i>”…maka sampaikanlah nasehat kepadanya dengan perkataan yang lemah-lembut agar dia mengingat dan takut kepada-Ku" (Thoha: 44)</i><br />
<br />
Betapa penyayangnya Allah, penjahat sekelas Fir'aun saja Allah masih terus menunggu taubatnya, apatah lagi kita?! Ingat, kita bukan Fir'aun.<br />
<br />
Inilah yang dipahami Rasulullah <i>Shallallahu alaihi wa sallam </i>bahwa begitu besar dan dalamnya samudera ampunan Allah, hingga Rasulullah mensyukuri itu, dan duluan selalu meminta ampun kepada Allah tanpa terlebih dahulu melakukan perbuatan dosa, bahkan setiap hari beliau meminta ampun hingga tujuh puluh kali dan ada riwayat yang mengatakan seratus kali. (Itu yang terdata di dalam riwayat, yang tidak terdata; wallahu a'lam…)<br />
<br />
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">Jadi istighfarnya Rasulullah bukan karena beliau melakukan maksiat tetapi karena maqam syukur. Sayidah Aisyah <i>radhiyallahu anha</i> bertanya kepada Rasulullah; "<i>Untuk apakah engkau berbuat sedemikian, wahai Rasulullah, sedangkan engkau telah benar-benar diampuni dosa-dosamu yang telah lampau dan yang akan datang?' Rasulullah bersabda: "Tak bolehkah aku menjadi hamba yang bersyukur." (Riwayat Bukhari dan Muslim)</i></div><i>Wallahu a'lam...</i><br />
<br />
<i>Wa shallallahu 'ala Sayidina Muhammad wa 'ala alihi wa shohbihi wa sallam...</i><br />
<i>Walhamdulillahi Rabbil 'alamin..</i><br />
<br />
Nb:<i> </i><br />
<div class="MsoNormal" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">Hasil pengajian di majelis dzikir berjama'ah tadi malam, terhadap Hikam ulama sufi Ibnu Atho'illah As-Sakandari: </div><br />
<div class="MsoNormal" dir="RTL" style="text-align: justify;"><b><span lang="AR-SA">إذا وقع منك ذنب فلا يكن سببا يؤيسك من حصول الإستقامة مع ربك فقد يكون ذلك آخر ذنب قدر عليك</span></b></div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><i><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>"Jika kamu terjatuh ke dalam dosa maka janganlah itu menjadi sebab engkau berputus asa daripada istiqomah bersama Allah, bisa jadi itu adalah dosa terakhir yang ditakdirkan kepadamu."</i></div></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><i><br />
</i></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
Sumber:</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><i>Iqozhul Himam & Syarah Zarrouq fi Syarhi al-Hikam Ibnu Atho'illah As-Sakandari.</i></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">Al-faqir ilallah Muhammad Haris F. Lubis</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">Jum'at, 6 Mei 2011, Kairo pkl. 00.20 am<i> </i></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div>Sufi Medanhttp://www.blogger.com/profile/12215886428911434150noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5591594644026025906.post-63459347580054273062011-05-03T09:54:00.001+02:002011-05-03T09:59:23.830+02:00Berdialog, Langkah Awal Meredam Radikalisme<!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" LatentStyleCount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if !mso]><img src="http://img2.blogblog.com/img/video_object.png" style="background-color: #b2b2b2; " class="BLOGGER-object-element tr_noresize tr_placeholder" id="ieooui" data-original-id="ieooui" /> <style>
st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
</style> <![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman";
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
</style> <![endif]--> <br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqa8oqdlele6b0t3bJZdiTWj1e2ZKsvuoU7mK5mJmxn8IP4FdRrNTOBduvmwx4OW3ci6XRSLleSzW3XA5jPHyCt5pTc_npZg2m0nW_tGq5kAhyZQVMqnkJriimKK9-3RobQ-_SvalnwYK3/s1600/mullah.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqa8oqdlele6b0t3bJZdiTWj1e2ZKsvuoU7mK5mJmxn8IP4FdRrNTOBduvmwx4OW3ci6XRSLleSzW3XA5jPHyCt5pTc_npZg2m0nW_tGq5kAhyZQVMqnkJriimKK9-3RobQ-_SvalnwYK3/s200/mullah.jpg" width="133" /></a></div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">By: <a href="http://politik.kompasiana.com/2011/05/03/berdialog-langkah-awal-meredam-radikalisme/">Hamba Allah</a> </div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Ibnu Abbâs Radhiyallahu ‘anhu bercerita, “Ketika orang-orang <strong>Haruriyah</strong> (Orang-orang Harûriyah adalah orang-orang khawârij. Dinamakan harûriyah karena mereka awalnya mengkonsentrasikan diri di daerah Harûra’, sebuah desa yang terletak kurang lebih dua mil dari Kûfah.) melakukan pembangkangan terhadap pemerintahan Ali bin Abi Thâlib Radhiyallahu ‘anhu (Amirul mu’minin pada waktu itu), mereka mengisolir diri di sebuah <em>camp</em>. Jumlah mereka pada waktu itu sekitar 6000 orang. Mereka bersepakat untuk melakukan pemberontakan kepada Ali bin Abi Thâlib. Dan sudah seringkali orang datang kepada Ali Radhiyallahu ‘anhu dan mengingatkannya seraya berkata, “Wahai Amirul Mu’minin, sesungguhnya orang-orang Harûriyah itu akan memberontak kepada engkau”. Setiap kali itu pula Ali Radhiyallahu ‘anhu menjawab, “Biarkan mereka. Saya tidak akan memerangi mereka sampai mereka memerangi saya. Dan mereka pasti akan melakukannya!”</div><a name='more'></a> <br />
<div dir="LTR" style="text-align: justify;">Pada suatu hari, sebelum shalat Zhuhur, aku datang menemui Ali Radhiyallahu ‘anhu. Aku berkata kepadanya, “Wahai Amirul Mu’minin, tundalah shalat Zhuhur sampai waktu tidak terlalu panas, karena aku ingin berbicara sebentar dengan orang-orang Harûriyah itu.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Ali Radhiyallahu ‘anhu menjawab, “Aku mengkhawatirkan engkau.”<br />
Aku menjawab, “Jangan khawatir!” Aku dikenal (di masyarakat) sebagai orang yang memiliki akhlak baik, aku tidak pernah menyakiti siapapun.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Akhirnya Ali Radhiyallahu ‘anhu mengizinkan aku untuk pergi mendatangi mereka. Lalu kukenakan pakaian paling indah yang berasal dari Yaman dan ku sisir rambutku. Selanjutnya aku datangi mereka di suatu perkampungan pada tengah hari saat mereka sedang bersantap siang. Ternyata, aku dapati bahwa mereka itu adalah sekelompok orang yang aku lihat, sebelumnya tidak pernah ada seorang pun yang yang lebih bersemangat dalam beribadah selain mereka. Dahi-dahi mereka hitam menebal karena banyak bersujud. Telapak-telapak tangan mereka seolah-olah seperti lutut onta (karena sering digunakan untuk menopang tubuh saat bersujud). Mereka mengenakan pakaian yang sudah usang, sedangkan wajah-wajah mereka pucat (karena banyak shalat malam).</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Aku ucapkan salam kepada mereka. Tetapi jawaban mereka adalah, “Selamat datang wahai Ibnu Abbâs Radhiyallahu ‘anhu ! Mewah sekali pakaian yang engkau kenakan!”</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Aku menjawab, “Mengapa kalian mencela aku? Padahal aku pernah melihat Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenakan pakain dari Yaman yang jauh lebih indah daripada yang aku kenakan ini. Kemudian aku bacakan sebuah ayat al-Qur’ân kepada mereka:</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">“Katakanlah,”Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah di keluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik”? [Ali Imrân/7:32]</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Mereka lalu bertanya kepadaku, “Ada perlu apa engkau datang kemari?”</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Aku menjawab, “Aku datang sebagai utusan para Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu para Muhajirin dan Anshar. Juga sebagai utusan dari anak paman Nabi dan sekaligus menantu beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Orang-orang yang kepada merekalah al-Qur’ân turun langsung, sehingga mereka pasti lebih memahami tafsir al-Qur’ân dibanding kalian. Sementara itu, tidak ada seorang Sahabat Nabi-pun yang berada di tengah-tengah kalian. Sekarang aku siap (menjadi jembatan) untuk menyampaikan kepada kalian apa yang mereka katakan, dan siap menyampaikan kepada mereka apa yang kalian katakan.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Tiba-tiba sebagian mereka berkata kepada kawan-kawannya, “Kalian jangan melayani pertengkaran dengan orang Quraisy, karena Allah Azza wa Jalla telah berfirman:</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">“Sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar”. [az-Zukhruf/43:58]</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Tetapi, kemudian ada seorang yang datang menuju kepadaku. Orang ini berkata (kepada mereka), “Ada dua atau tiga orang yang akan berbicara kepadanya (maksudnya Ibnu Abbâs Radhiyallahu ‘anhu)</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Maka aku berkata, “Silakan! Apa (sebab) penolakan kalian kepada para Sahabat Nabi dan kepada anak paman beliau?” Mereka menjawab, “Ada tiga hal.” Aku berkata, “Apa saja ketiga hal itu?” Mereka berkata, “<strong>Pertama</strong>, karena sesungguhnya Ali Radhiyallahu ‘anhu telah menjadikan manusia sebagai penentu hukum dalam urusan (agama) Allah Azza wa Jalla. Padahal Allah Azza wa Jalla telah berfirman:</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">“Tidak lain hak menetapkan hukum itu hanyalah milik Allah”. [al-An'âm/6:57, juga Yûsuf/12:40 dan 67]</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Aku berkata, “Ini yang pertama.”</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Mereka melanjutkan, “Adapun yang <strong>kedua</strong>, karena Ali Radhiyallahu ‘anhu telah memerangi (Aisyah Radhiyallahu ‘anhuma, begitu juga Mu’âwiyah Radhiyallahu ‘anhu), tetapi ia tidak melakukan penawanan perang dan tidak mengambil ghanîmah. Jika yang diperangi Ali Radhiyallahu ‘anhu adalah orang-orang kafir, berarti tawanannya adalah halal. Tetapi kalau yang diperangi Ali Radhiyallahu ‘anhu adalah orang-orang Mukmin, berarti tidak halal mengadakan tawanan perang dan tidak halal pula memerangi mereka.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Aku berkata, “Ini yang nomor dua, lalu apa yang ketiga?”</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Mereka berkata (<strong>ketiga</strong>), “Ia telah menghapus kedudukan Amirul Mukminin dari dirinya. Dengan demikian, kalau ia bukan Amirul Mukminin, berarti ia adalah Amirul Kafirin (amirnya orang-orang kafir).</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Aku berkata, “Apakah masih ada sesuatu yang lain selain yang tiga itu?”<br />
Mereka menjawab, “Cukup itu saja.”</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Selanjutnya, akupun berkata kepada mereka, “Bagaimana pendapat kalian, jika aku bacakan ayat-ayat dari Kitabullâh (al-Qur’ân) dan Sunnah Nabi-Nya yang dapat membatalkan perkatakaan kalian, apakah kalian mau rujuk (kembali kepada kebenaran)?</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Mereka menjawab, “Ya.”</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Aku berkata, “Adapun perkataan kalian bahwa Ali Radhiyallahu ‘anhu telah menjadikan manusia sebagai penentu hukum dalam urusan agama Allah Azza wa Jalla, maka akan aku bacakan kepada kalian ayat al-Qur’ân yang menjelaskan bahwa Allah Azza wa Jalla telah menyerahkan hukum-Nya kepada manusia dalam masalah yang nilainya hanya seperempat dirham. Allah Azza wa Jalla telah memerintahkan manusia untuk menetapkan hukum dalam hal ini.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Bukankah kalian membaca firman Allah Azza wa Jalla : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh binatang buruan ketika kamu sedang ihram. Barangsiapa di antara kamu membunuhnya dengan sengaja, maka dendanya ialah mengganti dengan binatang ternak seimbang dengan buruan yang dibunuhnya, menurut putusan hukum dua orang yang adil di antara kamu”. [al-Mâ'idah/5:95]</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Dalam ayat ini, ketetapan hukum Allah Azza wa Jalla ialah menyerahkan keputusan hukum kepada manusia agar memutuskan hukum tentang pembunuhan terhadap hewan buruan yang dilakukan oleh orang yang sedang berihrâm. Padahal, jika Allah Azza wa Jalla menghendaki, Dia akan menghukuminya sendiri. Jadi, diperbolehkan putusan hukum manusia.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Demi Allah Azza wa Jalla, aku minta kalian bersumpah; apakah putusan hukum yang dibuat manusia dengan tujuan mendamaikan hubungan kaum Muslimin dan mencegah tertumpahnya darah mereka itu lebih baik ataukah urusan darah kelinci (yang lebih baik)?</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Mereka menjawab, “Tentu ini lebih baik.”</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Aku melanjutkan, Begitu juga tentang seorang perempuan dengan suaminya, Allah Azza wa Jalla berfirman:</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">“Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang hakam (pemutus hukum) dari keluarga laki-laki dan seorang hakim (pemutus hukum) dari keluarga perempuan”. [an-Nisa'/4:35]</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Aku minta kalian bersumpah, apakah ketetapan hukum manusia dalam rangka perdamaian hubungan sesama kaum Muslimin dan dalam rangka pencegahan bagi tertumpahnya darah mereka, itu lebih baik ataukah ketetapan hukum manusia tentang kemaluan seorang perempuan?</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Sudahkah jawabanku menjadikan kalian puas? Mereka menjawab, “Ya.”</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Selanjutnya aku berkata, “Adapun perkataan kalian (yang kedua) bahwa Ali Radhiyallahu ‘anhu memerangi (Aisyah Radhiyallahu ‘anhuma), tetapi tidak melakukan penawanan dan tidak mengambil ghanîmah. Maka (aku katakan,) “Apakah kalian akan menawan <u>ibu kalian</u>; Aisyah Radhiyallahu ‘anha ?, Apakah kalian akan menghalalkannya sebagaimana kalian menghalalkan wanita lain sedangkan beliau adalah ibu kalian? Jika kalian menjawab bahwa kami menghalalkannya sebagaimana kami menghalalkan wanita lain yang menjadi tawanan, berarti kalian telah kafir. Sebaliknya jika kalian mengatakan bahwa Aisyah Radhiyallahu ‘anha bukan ibu kami, kalianpun telah menjadi kafir. Sebab Allah Azza wa Jalla telah berfirman:</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">“Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan isteri-isterinya adalah <u>ibu-ibu mereka</u>”. [al-Ahzab/ 33:6]</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Dengan demikian, kalian berada pada salah satu di antara dua kesesatan, silahkan coba cari jalan keluarnya.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Jadi apakah jawaban dapat memuaskan kalian? Mereka menjawab, “Ya.”</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Aku melanjutkan, “Adapun (perkataan kalian yang ketiga) bahwa Ali Radhiyallahu ‘anhu telah menghapuskan kedudukan sebagai Amirul Mukminin dari dirinya; maka akan aku datangkan jawaban yang memuaskan bagi kalian. Yaitu, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika membuat perjanjian damai di Hudaibiyah dengan orang-orang kafir Mekah, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Ali Radhiyallahu ‘anhu, “Hapuslah wahai Ali (kata Rasul Allah Azza wa Jalla ). Allâhumma, sesungguhnya engkau mengetahui (wahai Ali Radhiyallahu ‘anhu ) bahwa aku adalah Rasul Allah Azza wa Jalla. Tulislah kata-kata, “Ini adalah perjanjian damai yang dilakukan oleh Muhammad bin Abdullâh’.”</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu selanjutnya berkata: “Demi Allah, sesungguhnya Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pasti lebih baik dari Ali Radhiyallahu ‘anhu, ternyata beliau telah menghapus kata ‘Rasul Allah’ dari dirinya, dan ternyata hal itu tidak berarti bahwa beliau menghapus kenabian dari dirinya. Sudahkah aku dapat keluar (dari perkataan kalian) hingga menjadikan kalian puas?</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Mereka menjawab, “Ya.”</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">————————————</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Akhirnya, ada dua ribu orang di antara mereka yang rujuk (kembali kepada kebenaran), sedangkan sisanya tetap melakukan pembangkangan dan pemberontakan. Akhirnya, dalam kesesatan mereka, mereka semua dibunuh oleh para Sahabat Muhajirin dan Anshar dalam peperangan”.</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div>Sufi Medanhttp://www.blogger.com/profile/12215886428911434150noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5591594644026025906.post-88025766926557327032011-04-29T22:38:00.003+02:002011-05-01T14:39:41.253+02:00Nasehat Sayidi Syaikh Yusuf Bakhour Al Hasani Seputar Pentingnya Sanad Di Majelis Hadits Syaikh Muhammad 'Iwadh Hafizhahumallah<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgU21NdOj_3Z65BqzkKBxtT022krxRxuWT7nYJ1-u059ghf4YvgNhhQ4WvetCVqsA8hWxjqk1X_D2Nf0I16EPUE7H0GX4grDUkSCN1nvxC_FHhp3vgjBZ78mCClu3SgDjkr41pvmaEAM7U4/s1600/21042011_001.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgU21NdOj_3Z65BqzkKBxtT022krxRxuWT7nYJ1-u059ghf4YvgNhhQ4WvetCVqsA8hWxjqk1X_D2Nf0I16EPUE7H0GX4grDUkSCN1nvxC_FHhp3vgjBZ78mCClu3SgDjkr41pvmaEAM7U4/s200/21042011_001.jpg" width="200" /></a></div>Majelis Hadits Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam adalah Nur (cahaya) <br />
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="text-align: justify;"><b><span lang="AR-SA">قد جاء كم من الله نور و كتاب مبين</span></b></div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span dir="LTR"></span><i><span dir="LTR"></span>"Sungguh telah datang kepadamu daripada Allah nur dan kitab yang terang." (Al-Maidah: 15)</i></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">Sayidina Ibnu Abbas <i>radhiyallahu anhu </i>berkata: "Kitab yang terang itu kita telah tahu bahwa ia adalah alquran, lalu apakah nur itu? Itulah dia Muhammad <i>Shallallahu alaihi wa sallam."</i></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><i>Al-waw</i> (<span dir="RTL" lang="AR-SA">و</span>) dalam bahasa arab datang dengan maksud <i>mughayarah </i>dan bukan <i>mujanasah. </i>Oleh karena itulah Sayidina Ibnu Abbas menafsirkan dengan Muhammad dan bukan kitab alquran itu sendiri.<i> </i></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><a name='more'></a><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">Maka jika kamu membaca hadits Nabi, hadirkanlah Nabi Muhammad <i>shallallahu alaihi wa sallam </i>sedang duduk berbicara bersama kamu, bukan secara <i>syakliyah </i>(bentuk) karena <i>hudhur </i>yang sempurna itu bukan dengan <i>syakliyah</i>, tetapi dengan<i> qalbiyah. </i>Dari sinilah para ahlu sanad dan riwayat sangat 'tamak' untuk membaca Syama'il Muhammadiyah. Jadi saya anjurkan kepada Sidi Muhammad 'Iwadh untuk membacakan kepada kalian Syama'il dengan bacaan yang <i>tauqifiyah, i'tibariyah dan ittishofiyah, </i>maksud saya adalah kalian membacanya dengan menghadirkan Nabi <i>Shallallahu alaihi wa sallam </i> di depan mata kalian<i> </i>seolah-olah kalian lagi duduk bersama Nabi <i>Shallallahu alaihi wa sallam </i>hingga akhirnya kalian memiliki adab yang sempurna terhadap <i>hadhrah nabawiyah. </i>Inilah nanti yang akan meyakinkan kalian bahwa kalian meriwayatkan hadits dengan sanad; bahwa kalian betul-betul meriwayatkan hadits dari periwayat dari periwayat dari periwayat dan begitu seterusnya hingga sampai kepada mulut Baginda Nabi Muhammad <i>Shallallahu alaihi wa sallam</i> yang mulia, <i> </i> </div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">Oleh karena itulah membaca siroh dan <i>syamail</i> <i>Shallallahu alaihi wa sallam</i> itu sangat penting bagi ahlu sanad dan riwayat, agar apa? Agar mereka tenggelam dalam <i>hadhrah nabawiyah</i>, suatu rasa <i>kehudhuran</i> bersama Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, bukan dalam artian kamu harus menyentuhnya secara <i>syakliah</i>, tetapi bersatunya dua sifat dalam satu akhlak, adab dan kesempurnaan Shallallahu alaihi wa sallam. <i>Ya Salam…jamil jiddan..</i></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">Banyak orang bertanya kepada saya: "Ya Tuan, apa yang harus saya lakukan ketika saya melihat orang mengaku selalu bersama Rasulullah?" Saya jawab: mengapa mesti heran? Sebagaimana kamu merasa dekat bersama Allah. Apakah Allah jauh, hingga kamu perlu memanggilnya dengan suara yang keras?! Allah Ta'ala berfirman: </div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="text-align: justify;"><b><span lang="AR-SA">و هو معكم أين ما كنتم</span></b></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><i>"Dan Allah bersama kamu dimanapun kamu berada" (Al-Hadid: 4)</i></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">Maka begitupulalah kamu bersama Rasulullah. Bukanlah maksudnya sebagaimana yang dipahami oleh orang-orang <i>sufaha' </i> bahwa kebersamaan di sini adalah perkara <i>hissiyah</i> (dapat diraba), tetapi ini adalah perkara <i>sulukiyah </i>(ruhani)<i>.</i></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">Sekarang saya akan berbicara tentang sanad Rasulullah <i>Shallallahu alaihi wa sallam</i>. Ahlu sanad telah menjaga turots-turots daripada pemalsuan dan penipuan hingga sampai kepada kita dalam kondisi yang baik. Sanad inilah yang menjadi <i>khushushiyat</i> (keistimewaan) Sayidina Nabi <i>Shallallahu alaihi wa sallam, </i>bahkan sanad ini belum dikenal dalam kitab-kitab <i>samawiyah</i> para nabi sebelum Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, sementara Nabi Muhammad dalam kitab alqurannya terdapat sanad qiro'at dan di dalam hadits-haditsnya terdapat sanad riwayat, maka khushushiyat Nabi Muhammad ini juga menjadi <i>khushushiya</i>t bagi umatnya dimana umat-umat sebelumnya tidak pernah merasakan adanya sanad. Ini adalah pembuktian kebenaran firman Allah Ta'ala:</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="text-align: justify;"><b><span lang="AR-SA">إن نحن نزلنا الذكر و إنا له لحافظون</span></b></div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span dir="LTR"></span><i><span dir="LTR"></span>"Sesnungguhnya kami yang menurunkan alquran dan kamilah yang akan benar-benar menjaganya." (Al-Hijr: 9)</i></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgT8SF9BSZai-0oRaqWP4Ip-YhdtCjet3q9lmAiKuftA86CaGgy5G0ukxKRvTEAecdzbptwaSe2MYCMW18Id3Umf3G296mA5reMikv5gSFtNRsT36VnNT2BqmJi9ee0FENW8Bx-vzl9VhHh/s1600/h.yusuf3.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgT8SF9BSZai-0oRaqWP4Ip-YhdtCjet3q9lmAiKuftA86CaGgy5G0ukxKRvTEAecdzbptwaSe2MYCMW18Id3Umf3G296mA5reMikv5gSFtNRsT36VnNT2BqmJi9ee0FENW8Bx-vzl9VhHh/s320/h.yusuf3.jpg" width="190" /></a></div>Banyak orang menyangka bahwa ayat itu hanya untuk alquran saja, tidak, ayat itu tidak hanya untuk alquran, tetapi juga untuk hadits-hadits Rasulullah <i>Shallallahu alaihi wa sallam</i>. Jika Allah hendak menjaga alquran maka sudahlah pasti hadits-hadits Rasulullah juga harus terjaga, karena hadits adalah penjabaran terhadap makna-makna alquran.</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">Kemudian apakah keterjagaan <i>(al-hifzh)</i> ini hanya lewat hapalan saja? Tentu tidak, tapi juga lewat sanad. Maksud dari pengijazahan sanad itu adalah agar kamu <i>menghafazh</i> bukan sekedar untuk meriwayatkan tetapi juga untuk mentauladani orang yang kamu mengambil sanad daripadanya, dan orang yang kamu ambil sanadnya itu juga mentauladani orang yang di atas dimana dia mengambil sanad daripadanya dan begitulah seterusnya hingga berujung kepada kamu mentauladani Rasulullah <i>Shallallahu alaihi wa sallam</i>. Dengan demikian, keterjagaan alquran itu benar-benar sempurna baik secara lafazh, makna dan pengamalan.</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">Wallahu a'lam</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">Sayidi Syaikh Yusuf Bakhour Al Hasani dalam Majelis hadits Shohih Bukhori Sayidi Syaikh Muhammad 'Iwadh <i>hafizhahumallah</i>, di Madinah Nashr Hay 10 Bawabah 2 Kairo, Kamis 20 April 2011</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">Translated by al-faqir Muhammad Haris F. Lubis</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">Kairo, Jum'at 29 April 2011, pkl. 10.21 pm</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div>Sufi Medanhttp://www.blogger.com/profile/12215886428911434150noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5591594644026025906.post-8607102568770952642011-04-29T01:38:00.000+02:002011-04-29T22:49:31.486+02:00Hikam Ibnu Atho'illah As-Sakandari Seputar Hakekat Pujian Makhluk<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgewE8NRS3MGmUe3tt9BqhCFrT_BsB6dEO94Zvc8E_e-zEBzCQ5DTx64j_ozYyrR0NLAiu1LA38QSs1h6iCHnsem9OBmgvXZRXWqScGqcM80c9-XJSxQIbihyViudEfSlKtdn-HnO4Y86WO/s1600/29042011_001.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgewE8NRS3MGmUe3tt9BqhCFrT_BsB6dEO94Zvc8E_e-zEBzCQ5DTx64j_ozYyrR0NLAiu1LA38QSs1h6iCHnsem9OBmgvXZRXWqScGqcM80c9-XJSxQIbihyViudEfSlKtdn-HnO4Y86WO/s200/29042011_001.jpg" width="150" /></a></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">Kalau ada orang-orang yang memuji kita tentang kebaikan-kebaikan kita, maka jangan senang dulu Gan, karena pujian mereka itu hanya prasangka mereka saja bahwa kita ini baik. Sebenarnya yang lagi mereka puji itu adalah Allah karena Allahlah pemilik hakiki segala kebaikan yang ada pada diri kita. Adapun kita adalah tempat kelemahan dan kekurangan, begitu banyak keburukan yang kita lakukan, hanya saja Allah menutupi itu semua dengan kebaikan-kebaikan-Nya. Maka yang mereka puji sebenarnya adalah Allah dan bukan diri kita. Lalu apa yang harus kita lakukan? Ada dua hal yang harus kita lakukan:</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">Ya pertama kita harus jujur Gan, malu kepada Allah, contoh mudahnya begini; Dulu waktu SMP, PR saya sering sekali dikerjakan oleh teman yang paling pintar di kelas. Ketika mendapatkan nilai sepuluh, tentu yang dipuji oleh manusia satu kelas adalah saya.</div><a name='more'></a>Nah, rasanya malu bangat Gan, sementara teman yang ngerjain PR saya itu ada di situ dan menyaksikan bahwa saya lagi dipuji-puji atas hasil kerja dia. Teman saya itulah seharusnya yang berhak menerima pujian-pujian itu. Nah begitu pulalah Allah, seharusnya Allahlah yang berhak atas pujian-pujian makhluk kepada kita, malu rasanya kalau kita mengaku bahwa itu adalah hasil kerja keras kita dan kebaikan kita.<br />
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">Kedua, walaupun secara hakekat kebaikan itu adalah milik Allah, namun kenapa Allah tetap menggerakkan lisan-lisan makhluk-Nya untuk terus memuji kita dan orang-orang menisbahkan kebaikan-Nya kepada diri kita? Nah jangan salah sangka Gan! Ini sebenarnya isyarat dari Allah bahwa Allah maukan agar kita menjadi <i>mazhar</i> (tempat curahan) kebaikan-Nya dan agar kita meningkatkan kebaikan dan amal yang belum kita kerjakan. Langkah kedua, berarti kita harus bersyukur kepada Allah, sebab telah menisbahkan nama-Nya kepada diri kita. Dan kita juga harus bersyukur kepada Allah jika memang yang mereka pujikan itu adalah benar adanya. Namun jika tidak, atau kurang, maka berusahalah kita untuk mencapai taraf yang mereka pujikan itu. </div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">Saya kasih contoh begini; Dulu Imam Abu Hanifah <i>radhiyallahu anhu</i> mendengar bahwa orang-orang memuji-muji beliau selalu <i>qiyamul lail</i> sepenuh malam. Padahal kenyataannya Imam Abu Hanifah hanya qiyam setengah malam saja. Malu bukan kepalang dan takut yang luar biasa dirasakan oleh Imam Abu Hanifah. Karena beliau paham betul bahwa Allah sangat mencela orang-orang yang suka agar orang-orang memuji dirinya dengan apa-apa yang tidak dia lakukan. Allah <i>Subhanahu wa Ta'ala</i> berfirman:</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="text-align: justify;"><b><span lang="AR-SA">و يحبون أن يحمدوا بما لم يفعلوا فلا تحسبنهم بمفازة من العذاب</span></b></div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><i>"Mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan maka janganlah kamu menyangka bahwa mereka akan terlepas daripada siksa…(Ali Imran: 188)"</i></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">Imam Abu Hanifah akhirnya benar-benar melakukan <i>qiyamul lail</i> tiap-tiap malam sepenuhnya. </div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">Nah bandingkan Imam Abu Hanifah dengan diri kita. Kita justru sebaliknya, malu dan takut dicela, tapi begitu senang dipuji. Jangan-jangan kita termasuk kepada orang-orang yang dimaksud pada ayat di atas.</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">Demikian hasil dzikir berjamaah yang saya dapatkan tadi malam Gan. Ini adalah penjelesan terhadap Hikam ulama sufi Al-Imam Ibnu Atho'illah As-Sakandari:</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="text-align: justify;"><b><span lang="AR-SA">إذا أطلق الثناء عليك و لست بأهل فاثن عليه بما هو أهل</span></b></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><i>"Jika dilontarkan pujian kepadamu dan kamu bukanlah pemiliknya, maka kembalikanlah pujian itu kepada yang punya."</i></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">Wallahu a'lam…<br />
<br />
<br />
Al-faqir ilallah, Muhammad Haris F. Lubis </div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">Kairo, Jum'at 29 April 2011, pkl: 00.10 am</div>Sufi Medanhttp://www.blogger.com/profile/12215886428911434150noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5591594644026025906.post-79492814298530334242011-04-16T13:58:00.004+02:002011-04-16T15:02:16.082+02:00Wisata Ruhani ke Makam Para Auliya'<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivrcDo5TLX6dVJYlj6M8YH4UkoBNSug0N2MhwKe_ZfYvR58kRhefvb8ahwjtgoW7MMIz_dhs3k0jyZevR92qtVj5gh0iTT_WH00MOqNMOnGU1ksSeuf6yiLoQYKZHnTltzFIfaZc1JCp-l/s1600/DSC03439.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="112" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivrcDo5TLX6dVJYlj6M8YH4UkoBNSug0N2MhwKe_ZfYvR58kRhefvb8ahwjtgoW7MMIz_dhs3k0jyZevR92qtVj5gh0iTT_WH00MOqNMOnGU1ksSeuf6yiLoQYKZHnTltzFIfaZc1JCp-l/s200/DSC03439.JPG" width="200" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Makam Imam Syafi'i</td></tr>
</tbody></table><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">Saya katakan wisata karena memang ruh juga perlu diwisatakan Gan. Bukan hanya jasad yang butuh refreshing, tapi juga ruh kita yang tersembunyi dan sering kelelahan ini. Kalau orang-orang di hari libur lebih memilih untuk berwisata ke Ancol, Monas, tempat pemandian, karaoke atau rumah pacar, nah saya pribadi lebih suka wisata ke kuburan-kuburan. Terlebih di sini hari liburnya adalah hari Jum'at dan bukan hari minggu, maka adalah waktu yang tepat berwisata ruhani. Yah wisata ruhani, di samping bebas biaya tiket masuk dan tidak perlu merogoh hepeng (red:kocek) yang banyak, yang biasanya saya keluarkan untuk ngajak si do'i (sok punya) makan sate, bakso, es krim, es campur, es cendol, es pal dan aspal yang hanya menambah beban di perut saja namun tidak mengenyangkan ruhani, ongkos angkot dari asrama ke makam juga gak terlalu mahal; hanya tujuh ribu perak Gan kalau dirupiahkan pulang-pergi dari Madinah Nashr ke kawasan Sayyidah Aisyah masuk dalam. <br />
<a name='more'></a></div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivQh1B6xjhkor6oUqYozUkHqsoUHzwbFkHfBlBtXlIIJyE1RVngw1LoTzOjCOmQI-ON5y-UzsxuhKfHudBnXYWf4BMAJFkKuTCWobFTSHWvybQDREti1hWMOtHisMlAKqPB-Yjn1YRHFs7/s1600/15042011_002.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivQh1B6xjhkor6oUqYozUkHqsoUHzwbFkHfBlBtXlIIJyE1RVngw1LoTzOjCOmQI-ON5y-UzsxuhKfHudBnXYWf4BMAJFkKuTCWobFTSHWvybQDREti1hWMOtHisMlAKqPB-Yjn1YRHFs7/s400/15042011_002.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Benteng yang dibangun Sholahuddin Al-Ayubi, seorang Jenderal Khilafah Islam yang rajin ziarah kubur</td></tr>
</tbody></table><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">Dengan bermodalkan buku-buku yasin, takhtim dan tahlil plus hizib-hizib gubahan para ulama, didukung dengan hp butut nokia 5320 expressmusic dengan kamera berkekuatan 2,0 Mega Pixel, <i>bismillah</i> ane menjelajahi dunia perkuburan yang penuh misteri *hiiii seyem :(*. Di samping nilai sejarah dan ilmiah, namun ada nilai yang jauh lebih besar daripada itu semua; yaitu nilai-nilai ruhani yang tidak cukup muat rasanya untuk ane ungkapkan di kertas yang sangat sempit ini Gan, akan pengalaman-pengalaman qolbu hasil dari perenungan terhadap dunia <i>barzakh</i> yang luas itu. Tidak akan mampu merenungi sisi-sisi spiritual ini, kecuali orang-orang yang <i>shofa'</i> hatinya, jernih alam pikirnya dan selalu <i>berhusnuzhon</i> kepada makhluk-makhluk Allah di muka bumi.</div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">Berziarah itu sangat dianjurkan, kenapa? Karena ziarah itu dapat mengingatkan kita kepada mati. Ane yakin dah, kalau Agan2 banyak maksiat, sering-seringlah ziarah ke kubur. Insya Allah Agan gak akan mau maksiat lagi, ya walaupun cuman bertahan hanya satu hari. Kalau secepat itu hilang atsarnya, maka kaya'nya Agan butuh ziarah setiap hari, xixi biar setiap hari mengingat mati *canda tapi serius*. Terlebih jika makam yang diziarahi adalah makam orang-orang sholeh, para auliya' dan ulama. Sangat-sangat berpengaruh Gan kepada ruh dan jiwa kita. Belum lagi ditambah kita bisa mentadaburi amal-amal dan ilmu dan perjuangan mereka dari dekat. Itu sekelumit hikmah dan manfaat ziarah kubur. </div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">Ane kasih tahu Gan. Di sekeliling orang2 sholeh itu diberkahi Allah. Kalau kita ada di dekat orang sholeh; ghoflah berubah menjadi dzikir, kacau menjadi khusyu', kalut menjadi tenang, futur menjadi semangat, doa menjadi mustajab dan bahkan makanan yang ada di dekatnyapun menjadi obat. Banyak lagi keutamaan-keutamaan yang diberikan Allah kepada hamba-hambanya yang sholeh ini. Tidak ada beda antara orang sholeh yang masih hidup dengan yang sudah wafat. Wafat hanya berpindah alam, tetapi kehidupan mereka belum berakhir, bukan mati seperti batu dan tungkul kelapa.</div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">Terlebih jika makam yang kita ziarahi itu adalah makam makhluk teragung Rasulullah <i>shallallahu alaihi wa sallam</i>, semakin lengkap dan sempurnalah rasanya keutamaan-keutamaan itu berkumpul.</div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">Baiklah saya tidak mau memperpanjang kalam lagi, kita mulai saja dengan; </div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
<b>1. Makam Imam Syafi'i <i><br />
</i></b></div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSX63_xgIGgOCCSscKIktJ1HnoaXfKWz3ouZZy5H-BUlVdRqaRMUM_Okhd3WFZ3X86BHE_XjvdC4rM5gxCVWEhLWDiT9k_9Vs-070LT5XFcu7JsFsCToizBzHy5T2mSk8z8TlhhyaFpp7I/s1600/15042011_029.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSX63_xgIGgOCCSscKIktJ1HnoaXfKWz3ouZZy5H-BUlVdRqaRMUM_Okhd3WFZ3X86BHE_XjvdC4rM5gxCVWEhLWDiT9k_9Vs-070LT5XFcu7JsFsCToizBzHy5T2mSk8z8TlhhyaFpp7I/s400/15042011_029.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Makam Imam Syafi'i</td></tr>
</tbody></table><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">Makam Imam Syafi'i; Muhammad bin Idris bin Abbas bin Utsman bin Syafi' bin Sa'ib bin Ubaid bin Abdu Yazid bin Hasyim bin Abdul Muthallib bin Abdu Manaf Al-Qursyi (kakeknya Rasulullah) radhiyallahu anhum <i>ajma'in</i>. Lahir di Ghazza Palestina tahun 150 Hijriyah dan wafat di Kairo Mesir tahun 204 Hijriyah. Imamnya mazhab Syafi'iyah dan penemu ilmu ushul fiqih. Di antara perkataan beliau adalah: "Disukakan kepadaku daripada duniamu tiga perkara: meninggalkan takalluf, bergaul kepada makhluk dengan lemah lembut dan mentauladani jalan orang-orang tasawuf." (<i>Kasyful Khafa'</i> Imam Al-Ajluni juz 1 hal 341 Cet. Maktabah Al-Qudsi Kairo)</div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEjIwJmG7F3TcTn94NuMngybcLPnxAwRprlJrfPBZJNl9tkiWBr-V08hPusQ60dfRewL2ZIgtwrIMabqBAtY3cvwJJ_yu-FSU_sDNS2ArR-pSAU9GnJFZSezSWWjU-Ob-d6rNx_cQPs2gT/s1600/15042011_006.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEjIwJmG7F3TcTn94NuMngybcLPnxAwRprlJrfPBZJNl9tkiWBr-V08hPusQ60dfRewL2ZIgtwrIMabqBAtY3cvwJJ_yu-FSU_sDNS2ArR-pSAU9GnJFZSezSWWjU-Ob-d6rNx_cQPs2gT/s400/15042011_006.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Bekas tapak kaki Rasulullah <i>shallallahu alaihi wa sallam</i></td></tr>
</tbody></table><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">Bekas tapak kaki Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, 10 meter dari makam Imam Sayfi'i radhiyallahu anhu yang mana dulu di tempat ini juga Imam Syafi'i memberikan pengajiannya. Sebagaimana banyak diceritakan dalam riwayat, Imam Syafi'i baik dalam keadaan tidur maupun sadar sering menyaksikan Rasulullah hadir dalam majelisnya. Di antaranya adalah sebagaimana yang diriwayatkan dalam Mir'atul Jinan Darul Kutub Kairo jilid 2 hal. 23: Berkata Imam Syafi'i: "Aku menyaksikan Rasulullah berkali-kali, dia mendoakan aku sebahagiannya dan memberikan buah-buah hijau yang segar di sebahagiannya. Dan di sebahagian yang lain, aku mengadu kepadanya tentang sesuatu dengan lisan halku dan dia tersenyum. Rasulullah berkata; "Aku penguatmu dan aku sanadmu". Rasulullah menamakan aku dengan syaikh, imam dan faqih. Aku memakan sepiring kurma dari tangannya. Dan dalam waktu2 tertentu Rasulullah menghadiri majelisku dan membawa aku serta meletakkan aku di atas mimbarnya."</div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
<br />
<b>2. Makam Imam Waki' bin Jarrah</b></div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLqde7hYuUBqU5aGiNC1tfi-BM_F8tVUpWfwlVDBFnJ1MNYxL9PvNGbuL6nqjjcxwcEBuRoGqC1m5mRFSwcyBx4G2MSpmpGrUhzBE463GjRl_qKic5LR-BNfgGqJa8uJ0Ngp7oQ4Sn4lP7/s1600/15042011_034.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLqde7hYuUBqU5aGiNC1tfi-BM_F8tVUpWfwlVDBFnJ1MNYxL9PvNGbuL6nqjjcxwcEBuRoGqC1m5mRFSwcyBx4G2MSpmpGrUhzBE463GjRl_qKic5LR-BNfgGqJa8uJ0Ngp7oQ4Sn4lP7/s400/15042011_034.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Makam Imam Waki' bin Jarrah</td></tr>
</tbody></table><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">Dan kalau ini makam guru tasawufnya Imam Syafi'i di waktu muda Gan; Imam Waqi' Ibnu Jarrah radhiyallahu anhu, berada kurang lebih 200 meter dari makam Imam Syafi'i. Beliau wafat pada tahun 190 Hijriyah, tepat Imam Syafi'i berumur 40 tahun. Imam Syafi'i pernah mengadu kepada beliau akan buruknya hapalannya. Berikut lengkapnya Gan: </div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">Imam Syafi'i berkata: "Aku mengadu kepada Waqi' akan buruknya hapalanku...Maka beliau menasehati aku untuk meninggalkan maksiat...Dan mengabarkanku bahwa ilmu itu nur (cahaya)...Dan Allah tidak akan memberikan nur-Nya kepada orang yang maksiat." <br />
<br />
Hehe begitu Gan :D. Nah...di akhir hayatnya, Imam Waqi' hijrah dari Basrah Iraq (kalau gak salah)----> ke Mesir. Di Kairo inilah beliau wafat. Katanya, Imam Syafi'i ikut hijrah ke Mesir juga karena ingin dimakamkan dekat makam <i>murabbi</i> yang sangat dicintainya ini, terlebih di Mesir banyak terdapat Ahlul Bait keturunan Rasulullah <i>shallallahu alaihi wa sallam</i> semakin menambah kebahagiaan Imam Syafi'i agar dimakamkan di sekeliling orang-orang yang dicintainya. Wallahu a'lam.</div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
<b>3. Makam Ahlul Bait Sayidah Aisyah</b></div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiU4VaOb9QBbiqFtVd0vqVfPxByZQ31a331SipjHZrB-9HaoD0sBgPY6-tbBlSYtMLXjTtyjJgWt0y0_fKWOoF2yX_l2oG5H2i1fVbdtsPk_Q-kRiPL-cfGBsbmDsCwFCFY533Pa11VHONr/s1600/15042011_042.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiU4VaOb9QBbiqFtVd0vqVfPxByZQ31a331SipjHZrB-9HaoD0sBgPY6-tbBlSYtMLXjTtyjJgWt0y0_fKWOoF2yX_l2oG5H2i1fVbdtsPk_Q-kRiPL-cfGBsbmDsCwFCFY533Pa11VHONr/s400/15042011_042.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Makam Sayidah Aisyah bin Ja'far Shodiq</td></tr>
</tbody></table><br />
</div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">Nah ini makam Sayidah Aisyah radhiyallahu anha anaknya Imam Ja'far Shodiq Gan. Nama panjang beliau: Aisyah binti Ja'far bin Muhammad Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali bin Abi Thalib <i>radhiyallahu anhum</i> (hehe bagi abang2ku yang Habeb kalau salah tolong dikasih tahu ya :D). Beliaulah yang meriwayatkan hadits qudsi: <i>"Ana 'inda zhonni abdi bi wa ana indahu ma dzakarani</i> (Aku bersama sangkaan hamba-Ku dan Aku selalu bersamanya selama ia berdzikir kepada-Ku)".</div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
<b>4.Makam Imam Suyuthi </b></div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVsFpQeniyop-684CIB_eWhA8U3Q_ygj9UloST0Z_3h32Q8HzTVtzbJYSIJrQr_DoH7S_ZszeEmmViTtWg-EWYadVr95RyK9kszdmNsdZsEwVu1Mx8XxaOEbh4ejIIj-8_UjTrCgtqVa0g/s1600/15042011_039.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVsFpQeniyop-684CIB_eWhA8U3Q_ygj9UloST0Z_3h32Q8HzTVtzbJYSIJrQr_DoH7S_ZszeEmmViTtWg-EWYadVr95RyK9kszdmNsdZsEwVu1Mx8XxaOEbh4ejIIj-8_UjTrCgtqVa0g/s400/15042011_039.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Makam Imam Suyuthi</td></tr>
</tbody></table><br />
</div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">Nah bangunan yang putih itu makam Imam Jalaluddin As-Suyuthi Gan. Hiks ane udah minta kuncinya sama penjaga makam, tapi gak sama dia katanya. Ya udahlah, ane tetap ziarah dan yasinan di luar duduk depan pintu makam Imam Suyuthi ditemani terik matahari yang sangat menyengat. Padahal kalau bisa masuk ke dalam pasti adem dan nyaman rasanya. Tapi alhamdulillah Gan, 5 menit ketika yasinan, karomat Imam Suyuthi langsung terasa. Tiba2 udara menjadi dingin dan angin sepoi2 berhembus dengan segarnya. Ternyata matahari bersembunyi di balik sebuah gedung yang besar yg ada dekat situ. Hehe ada hikmahnya juga ternyata kalau banyak bangunan di sini.. Jadi terlindungi dah ane dari terik matahari dan ane melanjutkan bacaan2 quran ane dengan tenang dan nyaman. Dan ane tambahin baca hizbul bahr yang ane yakin itu wirid kesukaan Imam Suyuthi, karena beliau tarekatnya Syadziliyah. Hmm pasti Imam Suyuthi senang ane bacain <i>hizbul bahr</i> gubahan Imam Abu Hasan Asy-Syadzili yang penuh makna ini. Dengan niat ikhlas lillahi ta'ala, ane menghadiahkan dan meniatkan segala bacaan quran ane untuk beliau dan mendoa kepada Allah agar kubur beliau dijadikan taman daripada taman2 surga. <br />
<br />
Owh iya, beliau bernama: Abdurrahman bin Abu Bakar bin Muhammad Asyuth. Lahir pada tahun 849 H di Asyuth Mesir dan wafat pada 911 H di Kairo Mesir. Di antara lima ratusan karya beliau adalah Tafsir Jalalain yang sering Kiyai2 kita baca di Indonesia. <br />
<br />
Di antara perkataan beliau: "Sebenarnya tasawuf itu sendiri adalah sebuah ilmu yang agung, Pokok bahasannya adalah <i>ittiba'</i> kepada sunnah dan meninggalkan yang bid'ah, membebaskan diri daripada nafsu; kebiasaan2nya, kesenangan2nya, tujuan2nya, kehendak2nya dan pilihan2nya. Tasawuf juga penyerahan diri kepada Allah, ridho dengan Allah dan ketentuan-Nya, mencari cinta-Nya dan menepikan yang selain-Nya. Dan aku juga tahu bahwa memang tasawuf itu banyak <i>dakhil </i>(tamu tak diundang yang mengaku2 sebagai orang tasawuf) daripada kaum yang bergaya-gaya seperti orang2 tasawuf padahal para dakhil itu bukan daripada orang2 tasawuf. Maka mereka memasukkan apa2 yang bukan daripada tasawuf ke dalam tasawuf hingga akhirnya menimbulkan banyak yang su'uzhon kepada ilmu ini. Maka para ahli ilmu mulai mengambil sikap untuk memisahkan mana yang ahlul haq dan mana yang ahlul bathil. Sungguh aku telah merenungkan perkara2 yang diingkari oleh imam2 ilmu syar'iat terhadap para ahli tasawuf, bahwasanya tidak sedikitpun para ahli tasawuf yang sebenar itu mengucapkan perkara2 tersebut, melainkan yang mengucapkannya adalah para ahlul bid'ah dan orang2 yang terlampau, yang mendakwa bahwa mereka adalah sufi, padahal bukan (Ta'yidul Haqiqah Al-Aliyah karya Imam Suyuthi Cet. Mathba'ah Islamiyah Mesir Thn. 1352 H hal. 57)<br />
<br />
Imam Suyuthi juga termasuk ulama yang pernah menyaksikan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam sebanyak lebih dari 70 kali dalam keadaan jaga sebagaimana pengakuan beliau dalam kitabnya <i>Tanwirul Halik</i>. Wallahu a'lam.</div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">Dari kesemua makam di atas, apa kira-kira kesimpulan yang dapat kita tarik dari wisata ruhani kali ini??</div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1KwJaEK3gX-PRdEGuVjBUNDiOGXJqrU50VaCvxF6WYFZYA3vCd2RXZLj2U93x2Akj_Xs4uAp8eNP3EBZWN13To08mCHCX_1p-dkXV6lxzONiNl_auV40mlYA32xjghVQnDIsv1YrtvWRl/s1600/15042011_037.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1KwJaEK3gX-PRdEGuVjBUNDiOGXJqrU50VaCvxF6WYFZYA3vCd2RXZLj2U93x2Akj_Xs4uAp8eNP3EBZWN13To08mCHCX_1p-dkXV6lxzONiNl_auV40mlYA32xjghVQnDIsv1YrtvWRl/s400/15042011_037.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Suasana pemakaman di Mesir</td></tr>
</tbody></table><br />
</div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;">Hehe kesimpulan ane cuman satu Gan; ternyata makam kaum muslimin tinggi-tinggi semua. Bahkan makam-makam di Mesir jauh lebih tinggi daripada makam-makam di Indonesia. </div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFgXIS1tERMk21GuLhVZ639HbAaYP3D-i9Bfgqm4qqbQMtrkFYsFmoGbFprJmUb5wOpy49v5gGFvEo3zLOD98S6GhyphenhyphenJwSH8KH_VP6gUOibjWKbcgtJCOiIo0NmWe1AbTDPj7uXyYEeocKW/s1600/2923316097_4e944d8dbc.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFgXIS1tERMk21GuLhVZ639HbAaYP3D-i9Bfgqm4qqbQMtrkFYsFmoGbFprJmUb5wOpy49v5gGFvEo3zLOD98S6GhyphenhyphenJwSH8KH_VP6gUOibjWKbcgtJCOiIo0NmWe1AbTDPj7uXyYEeocKW/s400/2923316097_4e944d8dbc.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Tanah pemakaman di Indonesia</td></tr>
</tbody></table><br />
Terlepas dari adanya sekelompok kaum muslimin yang menentang untuk membangun makam, tradisi kaum muslimin ini sudah berjalan sekian ribu tahun semenjak masa sahabat hingga sekarang. <i>Wallahu a'lam.</i><br />
<br />
<br />
Salam kompak selalu, Sabtu 16 April 2011 pkl. 01.00 pm<br />
Muhammad Haris F. Lubis</div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><br />
<br />
Baca juga ini Gan: <a href="http://sufimedan.blogspot.com/2010/11/makam-para-nabi-tinggi-tinggi-semua.html">Makam Para Nabi Tinggi2 Semua</a></div>Sufi Medanhttp://www.blogger.com/profile/12215886428911434150noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-5591594644026025906.post-20189740400685243062011-04-06T10:10:00.002+02:002011-04-06T11:20:42.607+02:00Wawancara Ekslusif dengan iblis (wawancara ini telah mendapat persetujuan dari ALLAH SWT)<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2t6HpdDGoY_gSwOOLRRkCf1TSc8uF9MMqtZ5UDDmOb_lsaj5y93WTVmR8x96gteLaEk5Vtu_z1WQqs4-4qy_UjZlWtd4tsA9tQaNcLUvNRKiyZBmeRaI5Zp6hSOgykk285xhnNEcyX7tm/s1600/index.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="133" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2t6HpdDGoY_gSwOOLRRkCf1TSc8uF9MMqtZ5UDDmOb_lsaj5y93WTVmR8x96gteLaEk5Vtu_z1WQqs4-4qy_UjZlWtd4tsA9tQaNcLUvNRKiyZBmeRaI5Zp6hSOgykk285xhnNEcyX7tm/s200/index.jpg" width="200" /></a></div><div style="text-align: justify;">Oleh: <a href="http://www.facebook.com/profile.php?id=1493739607">Al-Ustadz Al-Fadhil Nuruddin Ar-Raniry hafizhahullah</a> </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Iblis Terpaksa Bertamu Kepada Rasulullah SAW (dari Muadz bin Jabal dari Ibn Abbas)</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Ketika kami sedang bersama Rasulullah SAW di kediaman seorang sahabat Anshar, tiba - tiba terdengar panggilan seseorang dari luar rumah: "Wahai penghuni rumah, bolehkah aku masuk..? Sebab kalian akan membutuhkanku. "</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Rasulullah bersabda:"Tahukah kalian siapa yang memanggil?"</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Kami menjawab: "Allah dan RasulNya yang lebih tahu."</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"> </div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Beliau melanjutkan, "Itu Iblis, laknat Allah bersamanya."</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Umar bin Khattab berkata: "izinkan aku membunuhnya wahai Rasulullah"</div><br />
<a name='more'></a><br />
<br />
<div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Nabi menahannya: "Sabar wahai Umar, bukankah kamu tahu bahwa Allah memberinya kesempatan hingga hari kiamat? Lebih baik bukakan pintu untuknya, sebab dia telah diperintahkan oleh Allah untuk ini, pahamilah apa yang hendak ia katakan dan dengarkan dengan baik."</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Ibnu Abbas RA berkata: pintu lalu dibuka, ternyata dia seperti seorang kakek yang cacat satu matanya. di janggutnya terdapat 7 helai rambut seperti rambut kuda, taringnya terlihat seperti taring babi, bibirnya seperti bibir sapi.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Iblis berkata: "Salam untukmu Muhammad,... . salam untukmu para hadirin..."</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Rasulullah SAW lalu menjawab: Salam hanya milik Allah SWT, sebagai mahluk terlaknat, apa keperluanmu?"</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Iblis menjawab: "Wahai Muhammad, aku datang ke sini bukan atas kemauanku, namun karena terpaksa."</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">" Siapa yang memaksamu?"</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Seorang malaikat dari utusan Allah telah mendatangiku dan berkata:</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Allah SWT memerintahkanmu untuk mendatangi Muhammad sambil menundukkan diri.beritahu Muhammad tentang caramu dalam menggoda manusia. jawablah dengan jujur semua pertanyaannya. Demi kebesaran Allah, andai kau berdusta satu kali saja, maka Allah akan jadikan dirimu debu yang ditiup angin."</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">oleh karena itu aku sekarang mendatangimu. Tanyalah apa yang hendak kau tanyakan. jika aku berdusta, aku akan dicaci oleh setiap musuhku. tidak ada sesuatu pun yang paling besar menimpaku daripada cacian musuh."</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Orang Yang Dibenci Iblis</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Rasulullah SAW lalu bertanya kepada Iblis: "Kalau kau benar jujur, siapakah manusia yang paling kau benci?"</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Iblis segera menjawab: "Kamu, kamu dan orang sepertimu adalah mahkluk Allah yang paling aku benci."</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Siapa selanjutnya?"</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Pemuda yang bertakwa yang memberikan dirinya mengabdi kepada Allah SWT."</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"lalu siapa lagi?"</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Orang Aliim dan wara' (Loyal)"</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Lalu siapa lagi?"</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Orang yang selalu bersuci."</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Siapa lagi?"</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Seorang fakir yang sabar dan tak pernah mengeluhkan kesulitannnya kepda orang lain."</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Apa tanda kesabarannya?"</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Wahai Muhammad, jika ia tidak mengeluhkan kesulitannya kepada orang lain selama 3 hari, Allah akan memberi pahala orang -orang yang sabar."</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">" Selanjutnya apa?"</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Orang kaya yang bersyukur."</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Apa tanda kesyukurannya?"</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Ia mengambil kekayaannya dari tempatnya, dan mengeluarkannya juga dari tempatnya."</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Orang seperti apa Abu Bakar menurutmu?"</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Ia tidak pernah menurutiku di masa jahiliyah, apalagi dalam Islam."</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Umar bin Khattab?"</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Demi Allah setiap berjumpa dengannya aku pasti kabur."</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Usman bin Affan?"</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Aku malu kepada orang yang malaikat pun malu kepadanya."</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Ali bin Abi Thalib?"</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Aku berharap darinya agar kepalaku selamat, dan berharap ia melepaskanku dan aku melepaskannya. tetapi ia tak akan mau melakukan itu." (Ali bin Abi Thalib selau berdzikir terhadap Allah SWT)</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Amalan Yang Dapat Menyakiti Iblis</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Apa yang kau rasakan jika melihat seseorang dari umatku yang hendak shalat?"</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"aku merasa panas dingin dan gemetar."</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Kenapa?"</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Sebab, setiap seorang hamba bersujud 1x kepada Allah, Allah mengangkatnya 1 derajat."</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Jika seorang umatku berpuasa?"</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Tubuhku terasa terikat hingga ia berbuka."</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Jika ia berhaji?"</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Aku seperti orang gila."</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Jika ia membaca al-Quran?"</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Aku merasa meleleh laksana timah diatas api."</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Jika ia bersedekah?"</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Itu sama saja orang tersebut membelah tubuhku dengan gergaji."</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Mengapa bisa begitu?"</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Sebab dalam sedekah ada 4 keuntungan baginya. yaitu keberkahan dalam hartanya, hidupnya disukai, sedekah itu kelak akan menjadi hijab antara dirinya dengan api neraka dan segala macam musibah akan terhalau dari dirinya."</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Apa yang dapat mematahkan pinggangmu?"</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Suara kuda perang di jalan Allah."</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Apa yang dapat melelehkan tubuhmu?"</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Taubat orang yang bertaubat."</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Apa yang dapat membakar hatimu?"</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Istighfar di waktu siang dan malam."</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Apa yang dapat mencoreng wajahmu?"</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Sedekah yang diam - diam."</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Apa yang dapat menusuk matamu?"</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Shalat fajar."</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Apa yang dapat memukul kepalamu?"</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Shalat berjamaah."</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Apa yang paling mengganggumu?"</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Majelis para ulama."</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Bagaimana cara makanmu?"</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Dengan tangan kiri dan jariku."</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Dimanakah kau menaungi anak - anakmu di musim panas?"</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Di bawah kuku manusia."</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Manusia Yang Menjadi Teman Iblis</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Nabi lalu bertanya : "Siapa temanmu wahai Iblis?"</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Pemakan riba."</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Siapa sahabatmu?"</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Pezina."</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Siapa teman tidurmu?"</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Pemabuk."</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Siapa tamumu?"</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Pencuri."</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Siapa utusanmu?"</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Tukang sihir."</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Apa yang membuatmu gembira?"</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Bersumpah dengan cerai."</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Siapa kekasihmu?"</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Orang yang meninggalkan shalat jumaat"</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Siapa manusia yang paling membahagiakanmu?"</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Orang yang meninggalkan shalatnya dengan sengaja."</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Iblis Tidak Berdaya Di hadapan Orang Yang Ikhlas</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Rasulullah SAW lalu bersabda : "Segala puji bagi Allah yang telah membahagiakan umatku dan menyengsarakanmu."</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Iblis segera menimpali:</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Tidak,tidak... tak akan ada kebahagiaan selama aku hidup hingga hari akhir.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Bagaimana kau bisa berbahagia dengan umatmu, sementara aku bisa masuk ke dalam aliran darah mereka dan mereka tak bisa melihatku. Demi yang menciptakan diriku dan memberikan ku kesempatan hingga hari akhir, aku akan menyesatkan mereka semua. Baik yang bodoh, atau yang pintar, yang bisa membaca dan tidak bisa membaca, yang durjana dan yang shaleh, kecuali hamba Allah yang ikhlas."</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Siapa orang yang ikhlas menurutmu ?"</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Tidakkah kau tahu wahai Muhammad, bahwa barang siapa yang menyukai emas dan perak, ia bukan orang yang ikhlas. Jika kau lihat seseorang yang tidak menyukai dinar dan dirham, tidak suka pujian dan sanjunang, aku bisa pastikan bahwa ia orang yang ikhlas, maka aku meninggalkannya. Selama seorang hamba masih menyukai harta dan sanjungan dan hatinya selalu terikat dengan kesenangan dunia, ia sangat patuh padaku."</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Iblis Dibantu oleh 70.000 anak - anaknya</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Tahukah kamu Muhammad, bahwa aku mempunyai 70.000 anak. Dan setiap anak memiliki 70.000 syaithan.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Sebagian ada yang aku tugaskan untuk mengganggu ulama. Sebagian untuk menggangu anak - anak muda, sebagian untuk menganggu orang -orang tua, sebagian untuk menggangu wanta - wanita tua, sebagian anak -anakku juga aku tugaskan kepada para Zahid.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Aku punya anak ynag suka mengencingi telinga manusia sehingga ia tidur pada shalat berjamaah. tanpanya, manusia tidak akan mengantuk pada waktu shalat berjamaah.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">aku punya anak yang suka menaburkan sesuatu di mata orang yang sedang mendengarkan ceramah ulama hingga mereka tertidur dan pahalanya terhapus.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Aku punya anak yang senang berada di lidah manusia, jika seseorang melakukan kebajikan lalu ia beberkan kepada manusia, maka 99% pahalanya akan terhapus.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Pada setiap seorang wanita yang berjalan, anakku dan syaithan duduk di pinggul dan pahanya, lalu menghiasinya agar setiap orang memandanginya.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Syaithan juga berkata,"keluarkan tanganmu", lalu ia mengeluarkan tangannya lalu syaithan pun menghiasi kukunya.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">mereka, anak - anakku selalu meyusup dan berubah dari satu kondisi ke kondisi lainnya, dari satu pintu ke pintu yang lainnya untuk menggoda manusia hingga mereka terhempas dari keikhlasan mereka.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Akhirnya mereka menyembah Allah tanpa ikhlas, namun mereka tidak merasa.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Tahukah kamu, Muhammad? bahwa ada rahib yang telah beribadat kepada Allah selama 70 tahun. Setiap orang sakit yang didoakan olehnya, sembuh seketika. Aku terus menggodanya hingga ia berzina, membunuh dan kufur.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Cara Iblis Menggoda</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Tahukah kau Muhammad, dusta berasal dari diriku?</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Akulah mahluk pertama yang berdusta.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Pendusta adalah sahabatku. barangsiapa bersumpah dengan berdusta, ia kekasihku.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Tahukah kau Muhammad?</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Aku bersumpah kepada Adam dan Hawa dengan nama Allah bahwa aku benar - benar menasihatinya.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Sumpah dusta adalah kegemaranku.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Ghibah (gossip) dan Namimah (Adu domba) kesenanganku.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Kesaksian palsu kegembiraanku.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Orang yang bersumpah untuk menceraikan istrinya ia berada di pinggir dosa walau hanya sekali dan walaupun ia benar. Sebab barang siapa membiasakan dengan kata - kata cerai, isterinya menjadi haram baginya. Kemudian ia akan beranak cucu hingga hari kiamat. jadi semua anak - anak zina dan ia masuk neraka hanya karena satu kalimat, CERAI.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Wahai Muhammad, umatmu ada yang suka mengulur ulur shalat. Setiap ia hendak berdiri untuk shalat, aku bisikan padanya waktu masih lama, kamu masih sibuk, lalu ia manundanya hingga ia melaksanakan shalat di luar waktu, maka shalat itu dipukulkannya kemukanya.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Jika ia berhasil mengalahkanku, aku biarkan ia shalat. Namun aku bisikkan ke telinganya 'lihat kiri dan kananmu', iapun menoleh. pada saat iatu aku usap dengan tanganku dan kucium keningnya serta aku katakan 'shalatmu tidak sah'</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Bukankah kamu tahu Muhammad, orang yang banyak menoleh dalam shalatnya akan dipukul.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Jika ia shalat sendirian, aku suruh dia untuk bergegas. ia pun shalat seperti ayam yang mematuk beras.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">jika ia berhasil mengalahkanku dan ia shalat berjamaah, aku ikat lehernya dengan tali, hingga ia mengangkat kepalanya sebelum imam, atau meletakkannya sebelum imam.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Kamu tahu bahwa melakukan itu batal shalatnya dan wajahnya akan dirubah menjadi wajah keledai.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Jika ia berhasil mengalahkanku, aku tiup hidungnya hingga ia menguap dalam shalat. Jika ia tidak menutup mulutnya ketika mnguap, syaithan akan masuk ke dalam dirinya, dan membuatnya menjadi bertambah serakah dan gila dunia.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Dan iapun semakin taat padaku.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Kebahagiaan apa untukmu, sedang aku memerintahkan orang miskin agar meninggalkan shalat. aku katakan padaknya, 'kamu tidak wajib shalat, shalat hanya wajib untuk orang yang berkecukupan dan sehat. orang sakit dan miskin tidak, jika kehidupanmu telah berubah baru kau shalat.'</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Ia pun mati dalam kekafiran. Jika ia mati sambil meninggalkan shalat maka Allah akan menemuinya dalam kemurkaan.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Wahai Muhammad, jika aku berdusta Allah akan menjadikanku debu.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Wahai Muhammad, apakah kau akan bergembira dengan umatmu padahal aku mengeluarkan seperenam mereka dari islam?"</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">10 Hal Permintaan Iblis kepada Allah SWT</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Berapa hal yang kau pinta dari Tuhanmu?"</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"10 macam"</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"apa saja?"</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Aku minta agar Allah membiarkanku berbagi dalam harta dan anak manusia, Allah mengizinkan. Allah berfirman,</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"berbagilah dengan manusia dalam harta dan anak. dan janjikanlah mereka, tidaklah janji setan kecuali tipuan." (QS Al-Isra :64)</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Harta yang tidak dizakatkan, aku makan darinya. Aku juga makan dari makanan haram dan yang bercampur dengan riba, aku juga makan dari makanan yang tidak dibacakan nama Allah.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Aku minta agar Allah membiarkanku ikut bersama dengan orang yang berhubungan dengan istrinya tanpa berlindung dengan Allah, maka setan ikut bersamanya dan anak yang dilahirkan akan sangat patuh kepada syaithan.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Aku minta agar bisa ikut bersama dengan orang yang menaiki kendaraan bukan untuk tujuan yang halal.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Aku minta agar Allah menjadikan kamar mandi sebagai rumahku.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Aku minta agar Allah menjadikan pasar sebagai masjidku.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Aku minta agar Allah menjadikan syair sebagai Quranku.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Aku minta agar Allah menjadikan pemabuk sebagai teman tidurku.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Aku minta agar Allah memberikanku saudara , maka Ia jadikan orang yang membelanjakan hartanya untuk maksiat sebagai saudaraku.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Allah berfirman, "Orang -orang boros adalah saudara - saudara syaithan. " (QS Al-Isra : 27).</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Wahai Muhammad, aku minta agar Allah membuatku bisa melihat manusia sementara mereka tidak bisa melihatku.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Dan aku minta agar Allah memberiku kemampuan untuk mengalir dalam aliran darah manusia.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Allah menjawab, "silahkan", dan aku bangga dengan hal itu hingga hari kiamat.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Sebagian besar manusia bersamaku di hari kiamat.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Iblis berkata : "wahai muhammad, aku tak bisa menyesatkan orang sedikitpun, aku hanya bisa membisikan dan menggoda."</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">jika aku bisa menyesatkan, tak akan tersisa seorangpun...!!!</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Sebagaimana dirimu, kamu tidak bisa memberi hidayah sedikitpun, engkau hanya rasul yang menyampaikan amanah.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Jika kau bisa memberi hidayah, tak akan ada seorang kafir pun di muka bumi ini.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Kau hanya bisa menjadi penyebab untuk orang yang telah ditentukan sengsara.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Orang yang bahagia adalah orang yang telah ditulis bahagia sejak di perut ibunya. Dan orang yang sengsara adalah orang yang telah ditulis sengsara semenjak dalam kandungan ibunya.</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Rasulullah SAW lalu membaca ayat :</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Mereka akan terus berselisih kecuali orang yang dirahmati oleh Allah SWT" (QS Hud :118 - 119) juga membaca,</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Sesungguhnya ketentuan Allah pasti berlaku" (QS Al-Ahzab : 38)</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">Iblis lalu berkata:</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;">"Wahai Muhammad Rasulullah, takdir telah ditentukan dan pena takdir telah kering. Maha Suci Allah yang menjadikanmu pemimpin para nabi dan rasul, pemimpin penduduk surga, dan yang telah menjadikan aku pemimpin mahluk mahluk celaka dan pemimpin penduduk neraka. aku si celaka yang terusir, ini akhir yang ingin aku sampaikan kepadamu. dan aku tak berbohong."</div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipzU_U9UKjyDLbsQr9mfZw4HDoW811TYUSQPIGY_aQKq6UfVgB9xRrbc53x-5LWFtKccHMw_cK5VP7MzS8JmURt_D6i1NMQQY973nYfgpIV7uMa8uj429KSg7ht8XYOF8_XW2VDHZubwCQ/s1600/199004_1594177423029_1493739607_31173938_2736023_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="312" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipzU_U9UKjyDLbsQr9mfZw4HDoW811TYUSQPIGY_aQKq6UfVgB9xRrbc53x-5LWFtKccHMw_cK5VP7MzS8JmURt_D6i1NMQQY973nYfgpIV7uMa8uj429KSg7ht8XYOF8_XW2VDHZubwCQ/s400/199004_1594177423029_1493739607_31173938_2736023_n.jpg" width="400" /></a></div><div dir="LTR" style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="RTL" style="text-align: justify;"><br />
</div>Sufi Medanhttp://www.blogger.com/profile/12215886428911434150noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5591594644026025906.post-16517748962048272262011-04-04T11:34:00.000+02:002011-04-04T11:55:46.281+02:00Dialog Bersama 'Salafi'<div class="MsoNormal" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhg5KJEVaU9Ultl4VFl2a3RGM45SLTf_SsPkCljCT8gvANsD4Ym244J42R6bglmBKoWtvepQx7_GgA0I_8jV3oU-L4kKKSiFh2olCDqB0ep_y0Sl-BATePC0f2pgUtfw4AJjOzM5UFzzdnD/s1600/38527_1452062554175_1611601059_1064434_860176_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhg5KJEVaU9Ultl4VFl2a3RGM45SLTf_SsPkCljCT8gvANsD4Ym244J42R6bglmBKoWtvepQx7_GgA0I_8jV3oU-L4kKKSiFh2olCDqB0ep_y0Sl-BATePC0f2pgUtfw4AJjOzM5UFzzdnD/s200/38527_1452062554175_1611601059_1064434_860176_n.jpg" width="111" /></a></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Singa Ahlussunnah]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">apa alasan anda melakukan kesyirikan ?<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>[Anda]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:18<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">kesyirikan apa Mas?<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>[Singa Ahlussunnah]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:19<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">mencium kuburan, berdoa di kuburan<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">dll<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">banyak<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">ana ambil semua gambar antum di fb<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>[Anda]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:19<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">ana kan cuman mencium, gak lebih<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">buat apa?<br />
<a name='more'></a><span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>[Singa Ahlussunnah]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:19<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">semuanya<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">buat dokumenstasi ana aja<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">ttg kesyirikan dan kebidahan<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>[Anda]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:20<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">ya Allah sebegitunya :(:(<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Singa Ahlussunnah]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:20<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">buat apa antum sebarkan aqidah sufi yg sesat dan menyesatkan<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>?<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">belajar sufi drmn antum ?</div><span dir="RTL" lang="AR-SA"></span><br />
<div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Anda]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:20<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">aqidah yang mana?<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Singa Ahlussunnah]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:20<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">guru antum ?<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">knp taqlid bgt sih mas ?<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Anda]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:20<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">duh guru gimana maksudnya? afwan Mas, saya gak ngerti maksud mas<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">bisa dijelaskan secara jelas<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>???<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Singa Ahlussunnah]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:21<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">tasawuf, belajar drmn ?<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">dulu lulusan mana ?<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Anda]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:21<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">di kuliah<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Singa Ahlussunnah]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:21<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">selain di kuliah ? dmn ?<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Anda]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:21<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">ya di madrasahnya<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Singa Ahlussunnah]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:21<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">talaqqi ama siapa disana ?<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">kasian amat sih mas<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Anda]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:22<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">ooo sama Syaikh Yusuf Al Hasani<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Singa Ahlussunnah]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:22<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">belajar jauh2 ke mesir, pulang bawa ajaran sesat doang<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">udah, isbal, jenggot dicukur,<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">kasian<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">kasian ngeliat antum mas<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Anda]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:23<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">ya ampun kok begitu sih Mas<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">saya gak sesat lho<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">saya ini mahasiswa al azhar<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Singa Ahlussunnah]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:23<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">tasawuf itu sesat mas<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">ga ngaruh<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Anda]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:23<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">guru2 saya ulama besar semua<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Singa Ahlussunnah]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:23<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">mau belajar di alazhar juga<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">klo syirik dan bidah masih dijalanin percuma aja<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">antum benci bgt kan ama saudi arabia ?<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">haha<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Anda]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:24<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">yeee gimana sih, ya ngaruh lah mas<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Singa Ahlussunnah]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:24<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">yaiyalah, soalnya, saudi banyak ahlussunnah<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Anda]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:24<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">gak kok, saya gak benci<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Singa Ahlussunnah]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:24<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">yaelah<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Anda]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:24<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">saya cinta sama semua makhluk Allah<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">pa lagi sama ahlu sunnah<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">itu bagus sekali<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Singa Ahlussunnah]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:24<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">taqiyyah aja nih lu kaya syiah<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">saya iat status antum<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">yg dulu2<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Anda]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:25<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">taqiyah gimana<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">saya ngomong apa adanya<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Singa Ahlussunnah]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:25<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">nampak sangat, kebencian antum dengan saudi arabia<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">soalnya disana banyak ahlussunnahnya<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">anda tuduh dengan sebutan wahabi ?<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">masyaallah<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">jahil antum<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">kalau mau belajar tasawuf, sesat sendirian aja<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">jangan ngajak2<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">kasian org lain mas<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">mas aja yg syirik<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Anda]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:26<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">kok begitu sih Mas? dari tadi mencela saya terus :(:(<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Singa Ahlussunnah]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:26<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">biarin aja lah<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">mau bidah, mau syruk, itu urusan mas<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Anda]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:26<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">mas gak boleh gitu<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Singa Ahlussunnah]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:26<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">yg penting jgn buat status yg menunjukkan sesatnya, dan jahilnya antum<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Anda]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:26<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">akhlak salaf itu berbicara dengan lemah lembut<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Singa Ahlussunnah]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:26<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">ok ?<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Anda]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:27<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">loh status yang mana<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">selama ini kan status saya biasa2 aja<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Singa Ahlussunnah]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:27<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">semua status anda<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Anda]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:27<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">isinya ilmiah semua<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Singa Ahlussunnah]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:27<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">ilmiah ??<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">haha<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">ilmiah darimana ?<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Anda]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:27<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">hanya butuh sedikit berpikir<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Singa Ahlussunnah]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:27<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">hadis dhaif dibawa2<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Anda]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:27<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">hadis yang mana?<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Singa Ahlussunnah]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:27<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">jahil antum<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Anda]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:27<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">boleh kita buktikan?<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Singa Ahlussunnah]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:27<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">belajar ke saudi sana<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Anda]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:28<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">astaghfirullah<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">kok dari tadi bilangin saya jahil sih :(:(<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Singa Ahlussunnah]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:28<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">memang<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">jahil<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">murokka<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">sesat dan menyesatkan<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Anda]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:28<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Mas ngaji salafi dimana?<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Singa Ahlussunnah]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:28<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">sudah terhalang hawa nafsu<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">seakan2 nasihat dari org itu di buang<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">begitu saja<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">krn terallu taqlid dgn aqidah sufi laknatullah<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Anda]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:29<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Mas, tabayun dulu dong<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Singa Ahlussunnah]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:29<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">sufi sesat<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Anda]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:29<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">astaghfirullah sebegitunya sama sufi<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Singa Ahlussunnah]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:29<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">antum sufi ?<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">katanya bukan sufi<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Anda]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:29<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">bukan<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">iya memang bukan<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Singa Ahlussunnah]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:29<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">klo bukan ya jgn merasa dong<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">sufi itu sesat<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">sesat bgt<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">bodoh<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Anda]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:30<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">jadi sufi tuh sulit lho Mas<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">gak lah<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Singa Ahlussunnah]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:30<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">kt imam syafii<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Anda]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:30<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">dimana sesatnya?<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Singa Ahlussunnah]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:30<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">siapa yg belajar sufi di pgi hari<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">di sore harinya, ia menjadi org paling dungu<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">melenceng jauh dari ajaran islam sufi itu<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">baca kitabya syaikh ihsan ilahi zahir<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">judulnya darah hitam tasawuf<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">baca ampe abis aja deh<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">buka pikiran<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">jgn taqlid mlulu<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Anda]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:31<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Mas yakin Imam Syafii ngomong gitu?<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Singa Ahlussunnah]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:31<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">ga mustahil kok, antum ruju ke aqidah yg bener<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Anda]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:31<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">saya gak taklid kok<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Singa Ahlussunnah]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:31<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Allah yg maha memberi hidayah<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Anda]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:31<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">di azhar saya belajar fiqih 4 mazhab<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">bahkan syiah pun kami pelajari<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Singa Ahlussunnah]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:31<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">semoga Allah memberimu hidayah<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Anda]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:31<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">semuanya kami ambil, jika itu benar<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Mas asal mana?<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Singa Ahlussunnah]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:32<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">syiah anda ambil jg ?<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">jahilnya<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">ckckck<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">wallahul mustaan<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Anda]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:32<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">ya, kalau memang benar, kenapa tidak<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Singa Ahlussunnah]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:32<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">bodoh<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">cuma satu kata buat antum<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">jahil<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Anda]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:32<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">kan anda tadi yang bilang untuk tidak taqlid<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">astghfirullah<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Singa Ahlussunnah]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:33<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">aduh mas<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Anda]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:33<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">sudah lebih dari 5 kali Mas bilang saya jahil<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Singa Ahlussunnah]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:33<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">kamu ini belajar di a azhar, tp kayanya, anak smp lebih pandai dari kamu deh<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Anda]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:33<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">seperti inikah salaf dulu?<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">saya rasa tidak<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Singa Ahlussunnah]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:33<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">org taqlid<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Anda]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:33<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">loh kok begitu?<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Singa Ahlussunnah]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:33<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">dan org tidak taqlid itu<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">bukan berarti mengambil pendapat ajaran sesat juga<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">spt syiah<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">kesalahan sufi terbesar itu, yaitu berdoa di kuburan<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Anda]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:34<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">kan tadi saya bilang, kita ambil yang benar2nya saja<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">yang sesatnya tidak diambil<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Singa Ahlussunnah]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:34<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">ga ada benernya mas syiah<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">antum ini jahilnya keturunan ya ?<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">atau gmn sih ?<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Anda]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:34<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">syiah zaidiyah, itu paling dekat ke sunni Mas<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8cfuSae0p2aE5OCZ3D7fVTlwWIl1q5x5H5fqXWoIwoLeLv5JVgdHNGNFk1gluBJc-IYtoIdtZ9f027lSloSu9XCbdlyCOs3_433sMkTKD1FZQvtlDKN0D4WvazlbYA_kQBzbXmR75Hkxd/s1600/188346_1779649583646_1611601059_1719592_641793_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8cfuSae0p2aE5OCZ3D7fVTlwWIl1q5x5H5fqXWoIwoLeLv5JVgdHNGNFk1gluBJc-IYtoIdtZ9f027lSloSu9XCbdlyCOs3_433sMkTKD1FZQvtlDKN0D4WvazlbYA_kQBzbXmR75Hkxd/s320/188346_1779649583646_1611601059_1719592_641793_n.jpg" width="269" /></a></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Singa Ahlussunnah]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:34<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">bs jelasin ?<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">ckck<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">profil picture mas itu tuh<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">liat deh mukanya<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">ganteng bgt<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>[Anda]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:35<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">imam Shon'ani dan Imam Syaukani adalah dari mereka<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Singa Ahlussunnah]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:35<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">haha<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Anda]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:35<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">terima kasih<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Hanya Allah yang maha Jamil<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Singa Ahlussunnah]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:36<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">tidak akan pernah bersatu antara syiah dan sunni<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">siapa yg bilang antum jamil ?<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">itu sindiran mas<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Anda]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:36<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">ya kalau sama salafi dengan pikiran seperti Mas ini ya gak akan lah<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Singa Ahlussunnah]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:36<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">pd sekali anda<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">ckck<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Anda]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:36<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">oooh iya2<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">maaf<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Singa Ahlussunnah]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:36<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">sunni itu salafi<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Anda]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:36<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">kirain tadi serius mujinya ckck<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Singa Ahlussunnah]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:36<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">sufi itu sesat<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">tasawuf<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">jahiiil<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Anda]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:37<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">duh ilmiah dikit ngapa sih Mas<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">dari tadi jahil jahol jahil jahol..<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Singa Ahlussunnah]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:37<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">iya, sya kan udah ilmiah<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">saya bilang sufi itu sesat<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Anda]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:37<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">tapi gak ada penjelasannya<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Singa Ahlussunnah]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:37<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">yg ikut sufi berarti org jahil<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">td kan sy udah bw perkataan imam syafii<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">terlaknatlah guru2 antum yg mengajarkan antum aqidah sufiyah<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Anda]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:38<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">ooo itu yang anda maksud dengan ilmiah?<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">gimana kalau Imam Syafi'i sebenarnya gak pernah mengatakan kalimat itu?<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Ya Allaaaaah...<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Singa Ahlussunnah]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:38<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">wassalam, doa kafaratul majelis<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">[Anda]<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Laporkan · 10:38<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">jangan suka melaknat orang Mas<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">apalagi guru2 saya<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Singa sedang offline.</div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"></div><div class="MsoNormal" dir="LTR" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><br />
<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div><div class="MsoNormal" style="direction: ltr; text-align: left; unicode-bidi: embed;">Kairo, 3 Maret 2011, pkl 11.00<br />
<span dir="RTL" lang="AR-SA"></span></div>Sufi Medanhttp://www.blogger.com/profile/12215886428911434150noreply@blogger.com14