Dilema Hakekat Nejd Sumber Fitnah Antara Irak dan Riyadh
Mari kita lihat sejauh mana kebenaran yang telah di sampaikan oleh pengikut wahabi yang terlalu fanatik dengan Imamnya Muhammad bin Abdul Wahab ini sehingga beliau hampir seperti nabi yang tidak salah dan khilaf, adapun selain beliau tergolong salah dan sesat.
عن ابن عمر قال : ذكر النبي صلى الله عليه وسلم : " اللهم بارك لنا في شامنا، اللهم بارك لنا في يمننا" . قال وفي نجدنا ؟ قال : " اللهم بارك لنا في شأمنا، اللهم بارك لنا في يمننا، قالوا : وفي نجدنا ؟ فأظنه قال في الثالثة : " هناك الزلازل والفتن وبها يطلع قرن الشيطان " رواه البخاري كتاب الفتن باب قول النبي صلى الله عليه وسلم :" الفتنة قبل المشرق "رقم 7094
Artinya: Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan: "Ya Allah berilah keberkatan kepada negeri Syam kami, berilah keberkatan kepada negeri Yaman kami. Mereka berkata: "Pada Nejd kami Ya Rasulullah?!" Rasulullah berkata: "Ya Allah berilah keberkatan pada negeri Syam kami, berilah keberkatan pada negeri Yaman kami." Mereka berkata: "Pada Nejd kami Ya Rasulullah?!" Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: Disana terdapat kegoyangan (aqidah) dan fitnah, serta disanalah terbitnya tanduk Syaitan.
(HR. Bukhari, kitab al-Fitan, bab Qulun Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam al-Fitnah min Qibal al-Masyriq, no: 7094)
Dari hadis ini kita mengetahui bahwa Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam telah mendoakan negeri Syam dan Yaman sebab itulah para sahabat berlomba-lomba untuk pindah ke negeri Yaman dan Syam.
Kenapa Najd yang terdapat di hadis ini bukan negeri Iraq? Adapun sebagai Jawabannya adalah sebagai berikut:
1 - Negeri yang didoakan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam (dalam hadits di atas) adalah negeri-negeri yang telah masuk Islam sebahagian penduduknya. Sebahagian ahli Syam telah mendatangi Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan mengucap kalimat dua syahadat, begitu pula penduduk Yaman mendatangi Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam dan memeluk islam ketika itu. Sementara penduduk daerah Irak tidak ada yang datang ke hadapan Rasul, namun mereka pada akhirnya tetap masuk islam pada masa pemerintahan Abu Bakar dan Umar bin Khatab radhiyallahu 'anhuma ketika penaklukkan negara Farsi, sementara penduduk Nejd (tempat kelahiran pemimpin Wahabi) telah berbondong-bondong pergi ke Madinah untuk memeluk Islam
Bagaimana mungkin di dalam hadis menyebutkan kalimat "pada Nejd kami" itu bermakna Irak kami sementara Iraq belum jatuh ke tangan umat Islam pada waktu itu dan masih di pegang oleh negara Farsi. Ungkapan "kami" di sini memiliki dua makna:
Yang pertama: Yaitu para sahabat yang bersama Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam dan mereka bermaksud bahwa ungkapan "kami" adalah makna kepemilikan Irak dan ini mustahil sebab Irak belum jatuh ketangan umat Islam pada waktu itu.
Yang kedua: Yaitu utusan yang datang dari Nejd. Jikalau Nejd itu Irak, maka itu adalah sesuatu yang mustahil sebab tidak ada riwayat yang mengatakan telah adanya utusan kaum yang datang kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berasal dari Irak pada waktu itu, maka mestilah Nejd tersebut adalah bahagian dari negara yang dikenal (oleh sesama mereka) yaitu Riyadh dan sekelilingnya.
Sementara kalimat "kami" pada negeri Syam karena telah datang sebahagian utusan negeri Syam ke Madinah untuk memeluk Islam dan di Syam terdapat Baitul Maqdis serta tempat para nabi terdahulu.
2 - Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan bahwa Nejd adalah tempat keluarnya tanduk setan, terlepas dari hakikat ataupun majaz, tapi yang dimaksud adalah orang yag membawa kesesatan dan fitnah bagi umat islam serta mereka tergolong dari orang-orang kafir karena setan pemimpin orang-orang kafir dan menyesatkan orang ini sangat jauh sekali keadaannya dengan fitnah yang berlaku di Iraq, pembunuhan Imam Ali radhiyallahu anhu di tangan orang-orang Khawarij hanyalah suatu fitnah yang lebih kecil di bandingkan dengan fitnahnya Musailamah al-Kadzab yang berasal dari Yamamah Nejd tersebut (Riyadh sekarang), yang telah mengaku nabi dan membunuh puluhan para sahabat sehingga Umar bin Khatab menjadi sangat takut akan habisnya para penghafal al-Quran disebabkan serangan Musailamah. Musailamah dan pengikutnya tergolong orang-orang kafir dan menyesatkan orang lain. Sementara orang-orang Khawarij masih dalam keadaaan islam sebagaimana di dalam riwayat Ibnu Abbas dari Imam Ali di dalam Sohih Bukhari, tetapi mereka pelampau yang keluar dari batasan, demikiannya juga pandangan ulama ahlus sunnah bahwa khawarij telah keluar dari Jama'ah tetapi tidak keluar dari islam. Dengan demikian tahulah kita bahwa fitnah yang terdapat di Yamamah (Nejd) lebih besar dari fitnah yang berada di Irak, yangmana di Nejd juga tedapat Khawarij dan golongan Qaramithoh yang kafir.
3 - Kita mengetahui bahwa Irak adalah negeri yang berkah. Bukti keberkahan Irak adalah pindahnya ulama-ulama besar dari golongan sahabat ke Iraq seperti Imam Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Mas`ud, Anas bin Malik, `Ammar bin Yasir, Hudzaifah bin Yaman, Sa`ad bin Abi Waqash, Imran bin Hushain radhiyallahu 'anhum. Jikalau negeri Irak tidak berkah, bagaimana mungkin para sahabat pindah ke Irak berbondong-bondong. Di negeri Irak pula terbitnya banyak ulama hadis dan mazhab ahlussunnah seperti mazhab Imam Hanafi, Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Sufyan ats-Tsauri dan Sufyan bin Uyaynah. Begitu pula di baghdad banyak lahir ulama-ulama dan pakar-pakar Qira`ah dan Nahwu. Sangat berbeda dengan Nejd Yamamah yang tidak terdapat sedikitpun para sahabat yang bermukim di sana, bahkan para sahabat datang ke Nejd Yamamah untuk memerangi orang kafir dan murtad pengikut Musailamah Al-Kadzab. Bagaimana mungkin kita katakan bahwa Irak tempat yang terkutuk dan tidak berkah, sementara Irak telah mengeluarkan jutaan ulama. Kenapa Wahabi mengikuti mazhab Hambali sementara Imam Ahmad berasal dari Irak?!
4 - Irak telah masyhur ketika zaman jahiliyah. Jikalau Rasulullah
"Nejd kami" pada hadits di atas adalah Irak niscaya beliau akan sebutkan secara jelas dengan namanya secara khusus. Tetapi Rasul tidak menyebutkan Irak bahkan menyebutkan Nejd yang berarti bukan Irak. Jiadi jika disebut dengan Nejd maka yang dimaksud adalah Nejd secara uruf yaitu daerah Yamamah, Dar'iah dan sekitarnya karena kawasan ini juga adalah merupakan dataran tinggi.
5 - Hadis Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang berbunyi:
عن ابن عمر رضي لله عنهما أنه سمع رسول الله صلى الله عليه وسلم وهو مستقبل المشرق يقول : " ألا إن الفتنة هاهنا من حيث يطلع قرن الشيطان . رواه البخاري
Artinya: Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma beliau mendengar Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda dalam keadaan mengarah ke bahagian arah timur Madinah: "Ingatlah bahwasanya fitnah datang dari sana, dari tempat terbitnya tanduk syaitan. (H.R .Bukhari no: 7093)
Bahagian Timur Madinah adalah Nejd (bahagian Yamamah, Dir`ah, dll) bukan Irak. Ini sangatjelas kalau kita melihat peta. Adapun para ulama yang menafsirkan timur tersebut ke arah Iraq telah tersalah dengan kenyataan dan ilmu zaman sekarang karena timurnya Madinah adalah bukan Irak.
6 - Hadis Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang menyuruh penduduk Nejd agar berniat ihram dari Qarnu al-Manazil.
عن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما قال : أمر رسو ل الله صلى الله عليه وسلم أهل المدينة أن يهلوا من ذي الحليفة، وأهل الشام من الجحفة وأهل النجد من قرن المنازل .رواه مالك ، كتاب الحج باب مواقت الإهلال
Artinya: Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma beliau berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menyuruh penduduk Madinah berniat ihram dari Dzul Hulaifah, penduduk Syam dari Juhfah, dan penduduk Nejd dari Qarn al-Manazil. (H.R. Imam Malik Kitab al-Hajj bab Mawaqit al-Ihlal no: 732).
Sementara lafazh di dalam Sohih Bukhari ialah:
عن ابن عمر : وقّت رسول الله صلى الله عليه وسلم قرنا لأهل نجد ، والجحفة لأهل الشام وذا الحليفة لأهل المدينة، قال : سمعت هذا من النبي صلى الله عليه وسلم ، وبلغني أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : : و لأهل اليمن يلملم " وذكر العراق فقال : لم يكن عراق يومئذ ( رواه البخاري . رقم : 7344
Artinya: Dari Ibnu Umar beliau berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah menentukan miqat bagi ahli Nejd di Qaran, Juhfah untuk penduduk Syam, Dzul Hulaifah untuk penduduk Madinah. Berkata Ibnu Umar: "Telah sampai kepadaku bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: "Bagi penduduk Yaman dari Yalamlam." Kemudian disebutkan Iraq, berkata beliau : "Ketika itu belum ada Iraq." (H.R. Bukhari no: 7344 )
Dari kedua hadis diatas jelaslah bahwa yang di maksud Nejd adalah daerah dataran tinggi yang terdiri dari Yamamah (Riyadh sekarang), Dir`ah dan lain-lainnya, bukan Irak, karena ketika itu orang Irak belum memeluk islam. Sementara Qarnu Manazil berhampiran dengan Yamamah (Riyadh sekarang).
7 - Adapun riwayat yang menggantikan Masyriq (arah timur) kepada Irak, riwayat ini telah diubah dan tidak soheh sebab kebanyakkan riwayat mengatakan Masyriq, adapun penafsiran Salim bin Abudullah bin Umar kepada Irak adalah salah satu ijtihad beliau yang belum boleh dijadikan pegangan sebab bukan dari penafsiran Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, sebagaimana Salim bin Abdullah pernah berijtihad untuk melarang para wanita pergi shalat ke masjid sehingga ayah beliau Abdullah bin Umar marah tidak bercakapan dengan beliau sampai Abdullah bin Umar meninggal dunia.
Wallahu a'lamu.
Dikutip dari tulisan Abangda sekaligus guru kami
Syaikh Al Ustadz Muhammad Husni Ginting Al-Langkati
Program Master Syariah Univ. Zamalek Cairo Egypt.
http://allangkati.blogspot
13 comments:
Assalaamu’alaikum warahmatulloohi wabarakaatuh,
Akhi, untuk mengetahui tafsir tentang arti kata dasar “nejd” dalam bahasa Arab, sebaiknya mengacu pada perkataan ulama dan bukan seorang ustadz yang ilmunya sangat terbatas. Al-Khaththabi berkata dalam I’lam Sunan 2/1274, ”Nejed: arah timur. Bagi penduduk kota Madinah, Nejednya adalah Iraq dan sekitarnya. Asli makna ’Nejed’ adalah setiap tanah yang tinggi, lawan kata dari ’Ghaur’ yaitu setiap tanah yang rendah seperti Tihamah (sebuah kota di Makkah–pen) dan Makkah. Fitnah itu muncul dari arah timur dan dari arah itu pula keluar Ya’juj dan Ma’juj serta Dajjal sebagaimana diriwayatkan dalam banyak hadits.”
Bersambung insyaallooh …
Dan juga terdapat hadits shahih lain yang menafsirkan bahwa “nejd” adalah Iraq. Silahkan lihat dibawah:
Imam Thabrani dalam Mu’jam al-Kabir 12/384 no.13422 dari jalur Ismail bin Mas’ud: Menceritakan kami Ubaidullah bin Abdullah bin Aun dari ayahnya dari Nafi’ dari Ibnu Umar – dengan lafazh:
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ شَامِنَا, اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ يَمَنِنَا. فَقَالَهَا مِرَارًا, فَلَمَّا كَانَ فِيْ الثَّالِثَةِ أَوْ الرَّابِعَةِ, قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ! وَفِيْ عِرَاقِنَا؟ قَالَ: إِنَّ بِهَا الزَّلاَزِلَ وَالْفِتَنَ وَبِهَا يَطْلَعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ
Wahai Allooh berkahilah kami dalam Syam kami, wahai Allooh berkahi kami dalam Yaman kami. Beliau mengulanginya beberapa kali, pada ketiga atau keempat kalinya, para sahabat berkata, ”Wahai Rasulullooh! Dalam Iraq kami?” Beliau menjawab, ”Sesungguhnya di sana terdapat kegoncangan dan fitnah dan di sana pula muncul tanduk setan.”
Demikian juga dengan hadits shahih lain riwayat Ya’qub al-Fasawi dalam al-Ma’rifah 2/746-748, al-Mukhallish dalam al-Fawa’id al-Muntaqah 7/2-3, al-Jurjani dalam al-Fawa’id 2/164, Abu Nu’aim dalam al-Hilyah 6/133, dan Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimsyaq 1/120 dari jalur Taubah al-‘Anbari dari Salim bin Abdullah bin Umar dari ayahnya dengan lafazh:
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ مَكَّتِنَا, اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ مَدِيْنَتِنَا, اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ شَامِنَا, اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ صَاعِنَا وَبَارِكْ لَنَا فِيْ مُدِّنَا. فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُوْلَ اللهِ! وَفِيْ عِرَاقِنَا, فَأَعْرَضَ عَنْهُ, فَرَدَّدَهَا ثَلاَثًا, كُلُّ ذَلِكَ يَقُوْلُ الرَّجُلُ: وَفِيْ عِرَاقِنَا, فَيُعْرِضُ عَنْهُ, فَقَالَ: بِهَا الزَّلاَزِلُ وَالْفِتَنُ وَبِهَا يَطْلُعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ
Wahai Allooh berkahilah kami dalam Makkah kami, wahai Allooh berkahilah kami dalam Madinah kami, wahai Allooh berkahilah kami dalam Syam kami. Wahai Allooh, berkahilah kami dalam sha’ kami dan berkahilah kami dalam mudd kami. Seorang bertanya, ”Wahai Rasulullooh! Dalam Iraq kami.” Nabi shallalloohu ‘alaihi wa sallam berpaling darinya dan mengulangi tiga kali. Namun tetap saja orang tersebut mengatakan, ”Dalam Iraq kami.” Nabi pun berpaling darinya seraya bersabda, ”Di sanalah kegoncangan dan fitnah dan di sana pula muncul tanduk setan.” (Sanad hadits ini shahih, sesuai syarat Bukhari-Muslim.
Maka dari itu dari hadits-hadits yang ada tentang tanduk syetan ini, maka hadits-hadits itu insyaallooh bisa saling menafsirkan satu sama lain karena hadits adalah wahyu yang keluar -dengan izin Allooh- melalui mulut Nabi shallalloohu’alaihi wa sallam. Jadi tidak mungkin bertentangan satu sama lain.
Dari 2 hadits yang telah saya cantumkan diatas lafadznya jelas-jelas عِرَاقِنَا (Iraq kami). Maka -walloohua’lam- kata “nejd” (artinya: setiap tanah yg tinggi) ditafsirkan oleh lafadz 2 hadits diatas.
Hadis yang di gunakan oleh Abu Asyrof adalah hadis Syadz yang tidak mungkin disatukan karena hadis tersebut menyalahi apa yang telah diriwayatkan Bukhari dan Muslim dan menyalahi riwayat jama`ah ulama yang lebih tsiqah, makna Najd juga berarti dataran tinggi dan Riyadh serta sekelilingnya dataran tinggi,demikian juga hadis yang di ucapkan Abu Asyraf itu menyalahi Hadis yang kuat dan haids yang kuat telah mengatakan ke arah timur dari kota Madinah, sehingga jika kita takwilkan ke makna Iraq berarti telah menyalahi apa yang sebenarnya terjadi, karena Rasul tidak mungkin berdusta dengan menunjuk ke timur, berarti mesti Riyadh dan sekitarnya, mungkin Abu Asyrof tidak memiliki peta dunia dirumahnya,diantara tanda hadis itu maudhu` sebagaimana kata al-Hafiz Ibnu Jauzi jika hadis itu menyalahi Waqi` ( kejadian sebenarnya) kejadian sebenarnya Rasul menunjuk ke arah Timur dan timurnya Madina menurut ilmu Qath`i tidak ada khilaf diantara ulama Geografi adalah sekitar kawasan Riyadh, sementara lafaz Iraqina pada hadis itu adalah riwayat yang di tukar oleh perawi.
Mohon maaf Abu Lihyah, Al-Hafidz Ibn Hajar Al-’Asqalani rahimahullooh mengatakan dalam Fat-hul Bari 13: 47, mengutip kata-kata Al-Khaththabi rahimahullooh (388H):
نجد من جهة المشرق، ومن كان بالمدينة كان نجده بادية العراق ونواحيها وهي مشرق أهل المدينة، وأصل نجد ما ارتفع من الأرض وهو خلاف الغور فإنه ما انخفض منها، وتهامة كلها من الغور ومكة من تهامة.
“Nejd itu di sebelah timur, barang siapa yang berada di Madinah maka nejd-nya ialah pendalaman negeri Iraq dan persekitarannya yang menjadi arah timur (bagi) penduduk Madinah. Ini karena asal (perkataan) nejd (dari segi bahasa) ialah setiap tanah yang tinggi yang menjadi lawan kepada ghaur yaitu setiap tanah yang rendah (lembah), sedangkan Tihamah keseluruhannya adalah lembah dan Makkah pula termasuk sebahagian dari Tihamah.”
Kemudian Al-Hafidz Ibn Hajar mengomentari kata-kata Al-Khattabi dengan katanya:
وعرف بهذا وهاء ما قاله الداودي إن نجدا من ناحية العراق فإنه توهم أن نجدا موضع مخصوص وليس كذلك بل كل شيء ارتفع بالنسبة إلى ما يليه يسمى المرتفع نجدا والمنخفض غورا.
“Dan dengan ini dapat diketahui kelemahan pendapat Ad-Dawudi yang menyangka bahwa nejd itu suatu tempat khusus di sebelah Iraq, sedangkan ia bukan sedemikian, bahkan setiap (tempat) yang tinggi berbanding sekelilingnya, (maka) dinamakan yang tinggi itu nejd manakala yang rendah pula ghaur.”
Yang saya ingin tanyakan:
1. Saya telah mengutip dua ulama ahlu sunnah wal jama'ah diatas yang telah men-syarah (menjelaskan) bahwa arah timur yang dimaksud dalam hadits adalah Iraq. Untuk itu mohon antum berikan penjelasan ulama ahlu sunnah yang manakah yang mengingkari hadits yang shahih diatas?
2. Antum mengatakan "Hadis yang di gunakan oleh Abu Asyrof adalah hadis Syadz", mohon diberikan perkataan ulama manakah yang mengatakan bahwa hadits diatas syadz, dho'if atau yang semacamnya. Dari sisi manakah syadz-nya?
Mohon dalam menjawab pertanyaan diatas berdasarkan perkataan ulama ahlu sunnah dan bukan dengan melihat peta karena ini adalah masalah agama. Hadits-hadits Nabi shallalloohu'alaihi wa sallam adalah wahyu dari Allooh Ta'ala juga dan pastilah ada perkataan ulama yang menjelaskannya, apakah itu shahih, dho'if, dll.
قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
(Artinya) "Katakanlah: "Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar."
Nampaknya bu Asyraf tidak faham dengan kata2 Ibnu Hajar, kata2 Ibnu Hajr maksudnya adalah Najed tempat dataran tinggi dan itu termasuk juga Riyadh katena sekitar Riyadh adalah dataran tinggi, fahami nashnya, kemudian Abu Asyraf berkta : " Sebaiknya mengacu pada perkataan ulama dan bukan seorang ustadz yang ilmunya sanagt terbatas, ungkapan ini sangat berbahaya didalam aqidah sebab setiap manusia walaupun sealim mana seperti Imam Khaththabi mesti ilmunya terbatas, sementara Abu Asyraf menafikan keterbatasan ilmu Imam al-Khuththabi dan menentapkan keterbatasan ilmu Ustadz itu, bukankah Allah saja yang memiliki ilmu yang tidak terbatas.
Kemudian perlu di ketahui kitab Imam al-Khaththabi bukan namanya I`lam Sunah tetapi Ma`alim Sunnah.
Afwan, antum belum menjawab pertanyaan no. 2? Meskipun sebenarnya pertanyaan no. 1 pun sebenarnya belum antum jawab, tapi nggak apa-apa.
BismiLlaah,afwan orang yg lg belajar ikut nimbrung,skrg gini aja,tujuan si pemilik blog itu apa,mau nuduh org yg memahami agama dg manhaj salaf itu sesat atau gmn? Kl emang iya tinggal tunjukan saja buktinya kl emang sesat...soalnya tak liat cuma eyel2an tentang nejd melu2,ayo gmn jelas engga dg pertanyaanku,gampang ko,tak ulangi lg y...kalau emang orang yg memahami agama dg pemahaman salaf sesat tunjukan dmn sesatnya....? Gampang kan,gitu aja ko repot....semoga ALlooh membri petunjuk kepadaku dan kepadamu.
@Abu Fawwaz: yang dimuliakan Allah. Salaf tidak sesat, yang sesat salafi. terima kasih atas kunjungannya :)
Hati2 kang F lubis yg semoga ALlooh merahmatimu,kl orgnya sesat ya jgn dibilang dia salafy,g mungkin guru anda msh mengakui anda kl anda ternyata sesat alias berbeda dg guru anda,salafy menyangkut org bnyak,apa syaikh bin baz sesat?syaikh albani sesat?dan yg lainnya
Saya pernah di panggail sama orang Salafi dengan mengatakah.....sesat maka saya diam saja
Saya ingatkan:
Jangan ikuti paham Wahabi, hindari paham Wahabi.
Semoga kita selalu di jalan yg diridhoi ALLAH SWT.
Ahmad
081392307089
Alhamdulillah.
Maaf, tentu sudah masyhur hadits Nabi صلى الله عليه وسلم bagi anda, yang menyatakan Masih-d-Dajjal datang dari timur dan telah masyhur pula bagi anda dalil lain yang menafsirkan bahwasannya timur itu adalah Khurasan, Iran. Demikian,
1. Kenapa Rasulullah menunjukkan arah "timur" sedangkan menurut ilmu qath'i Khurasan adalah timur laut?
2. Apakah beliau berada di kota yang sama saat menyatakan hadits tentang tanduk setan?
Mohon penjelasannya, semoga Allah memberi kita semua hidayah.
Posting Komentar