Studi Kritis Kesalahpahaman Terhadap Sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam "Bapakku dan Bapakmu di Dalam Neraka" Hadits Riwayat Muslim

Jika Pembaca yang budiman berkenan, mohon kiranya agar risalah yang sederhana ini disebarkan, dengan niat lillahi Ta'ala, untuk mentashih (memperbaiki) kesalahpahaman sebahagian saudara kita terhadap hak-hak dan kehormatan Junjungan kita Nabi Besar Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.

Kita tidak menemukan nash yang shorih daripada Alquran dan Sunnah yang mengatakan bahwa kedua orang tua Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah kafir lalu mengapa sebahagian kita sangat memperjuangkan dengan mati-matian bahwa keduanya adalah kafir sehingga buku-bukupun ditulis, artikel-artikelpun disebarkan dan diceramah-ceramahpun ditekankan bahwa Abdullah bin Abdul Muthallib dan Aminah binti Wahhab adalah daripada orang-orang kafir, seolah-olah ini sudah menjadi keyakinan yang wajib diimani oleh setiap muslim. Buang-buang waktu dan
tenaga, padahal setahu penulis, tidak ada rukun iman ketujuh yang mengharuskan seorang mukmin mengimani bahwa kedua orang tua Rasulullah Saw adalah kafir. Lebih baik mereka menulis buku-buku tentang bagaimana akhlak dan adab seorang muslim kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, sebab hemat penulis, sebagian umat Islam saat ini sangat miskin dengan adab kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam daripada melakukan kesyirikan menduakan Allah subhanahu wa ta'ala.


Padahal mereka hanya bermodalkan hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam;

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَفَّانُ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ عَنْ ثَابِتٍ عَنْ أَنَسٍ
أَنَّ رَجُلًا قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيْنَ أَبِي قَالَ فِي النَّارِ فَلَمَّا قَفَّى دَعَاهُ فَقَالَ إِنَّ أَبِي وَأَبَاكَ فِي النَّارِ

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abi Syaibah menceritakan kepada kami Affan menceritakan kepada kami Hamad bin Salamah dari Tsabit dari Anas bahwasanya seseorang berkata; "Wahai Rasulullah, dimanakah bapakku?" Rasulullah Saw bersabda; "Di dalam neraka." Maka ketika orang itu beranjak pergi Rasulpun memanggilnya maka Rasul berkata; "Sesungguhnya bapakku dan bapakmu di dalam neraka."
(Hadits diriwayatkan oleh Imam Muslim Radhiyallahu 'anhu nmr. 347)

Hadits di atas tidak secara langsung menyebutkan bahwa bapak Rasulullah adalah kafir, lalu mengapa mereka begitu terburu-buru hingga berani lancang melompati hadits dengan mengatakan lafazh kafir terhadap kedua orang tua Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang mulia, yang mereka sendiripun belum meyakini kekafirannya.

Hadits tersebut hanyalah menceritakan seorang arab badui yang menanyakan status bapaknya yang telah wafat namun belum menyatakan iman, apakah tempatnya di neraka atau di surga?

Kita tidak bisa memahami hadits di atas dengan langsung mengambil zhahirnya begitu saja, tanpa perbandingan dengan nash-nash yang lain dan tanpa analisa serta renungan yang mendalam, sebab jika mengambil zhahirnya saja pasti akan bertentangan dengan firman Allah Ta'ala, (dan ini tidak mungkin terjadi);

وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولا
"Dan kami tidak akan memberikan adzab sebelum kami mengutus seorang Rasul." (Al-Isra': 15)

Pertama sekali marilah kita melihat komentar Imam Nawawi ketika mensyarah hadits di atas;

فِيهِ : أَنَّ مَنْ مَاتَ عَلَى الْكُفْر فَهُوَ فِي النَّار ، وَلَا تَنْفَعهُ قَرَابَة الْمُقَرَّبِينَ ، وَفِيهِ أَنَّ مَنْ مَاتَ فِي الْفَتْرَة عَلَى مَا كَانَتْ عَلَيْهِ الْعَرَب مِنْ عِبَادَة الْأَوْثَان فَهُوَ مِنْ أَهْل النَّار ، وَلَيْسَ هَذَا مُؤَاخَذَة قَبْل بُلُوغ الدَّعْوَة ، فَإِنَّ هَؤُلَاءِ كَانَتْ قَدْ بَلَغَتْهُمْ دَعْوَة إِبْرَاهِيم وَغَيْره مِنْ الْأَنْبِيَاء صَلَوَات اللَّه تَعَالَى وَسَلَامه عَلَيْهِمْ . وَقَوْله صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ( إِنَّ أَبِي وَأَبَاك فِي النَّار ) هُوَ مِنْ حُسْن الْعِشْرَة لِلتَّسْلِيَةِ بِالِاشْتِرَاكِ فِي الْمُصِيبَة

Di dalam hadits ini: bahwasanya siapa yang mati dalam kekafiran maka dia di neraka dan tidak memberikan manfaat kepadanya hubungan kekerabatan, dan di dalam hadits juga bahwa siapa yang mati dalam masa fatrah (masa tidak adanya seorang Rasul) akan tetapi dia menyembah berhala maka dia daripada ahli neraka dan inipun tidak berlaku sebelum sampainya dakwah (Islam). Maka sesungguhnya mereka itu (kaum bapak si penanya), telah sampai dakwah Ibrahim kepada mereka dan dakwah nabi-nabi yang lain. Dan sabdanya Saw: (Sesungguhnya bapakku dan bapakmu di neraka) ia daripada bentuk luwesnya pergaulan (Rasulullah) untuk menghibur (si penanya) dengan mengatakan sama-sama tertimpa musibah (maksudnya neraka).

Coba perhatikan kalam imam Nawawi di atas dengan teliti;
"…bahwa siapa yang mati dalam masa fatrah akan tetapi dia menyembah berhala maka dia daripada ahli neraka dan ini tidak berlaku sebelum sampainya dakwah (islam)".

Mafhum mukhalafahnya: bahwa siapa yang mati dalam masa fatrah akan tetapi dia tidak menyembah berhala maka dia bukan daripada ahli neraka.


Berikut penulis lanjutkan dalam bentuk tanya jawab agar lebih mudah dipahami.

Juragan: Dengan hadits di atas, adakah kalian dapat memastikan bahwa Abdullah dan Aminah adalah penyembah berhala?!

W*h*b*: Tentu tidak, bahkan kita tidak punya dalil atau keterangan yang pasti yang menyatakan bahwa keduanya pernah menyembah berhala.

Juragan: Lalu mengapa kalian berani mencap keduanya adalah kafir???


W*h*b*:: Ya, maafkan kami, kami khilaf, terlalu terburu-buru memahami zhahir hadits dan kalam Imam Nawawi di atas. Kalau begitu, lantas hadits masuk neraka itu untuk siapa?

Juragan: Ya untuk bapak si penanya aja dong. Sebagaimana jawaban Rasul yang pertama. Sebab mungkin bapak si penanya itu adalah memang penyembah berhala padahal telah sampai dakwah Ibrahim kepadanya. Adapun Abdullah bapak Rasul, adalah seorang pemuda yang berpegang teguh kepada agama yang hanif, agama Ibrahim, hingga tak pernah sekalipun kita mendengar ada riwayat bahwa beliau pernah sujud kepada berhala. Begitu pula dengan ayahnya Abdullah, Abdul Muthallib dan kakek serta seterusnya leluhurnya ke atas hingga sampai kepada Ibrahim 'alaihissalam. Mari kita dengar doa-doa Ibrahim 'alaihissalam atas keturunannya yang insya Allah maqbul. 


وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الأصْنَامَ

"Dan ketika Ibrahim berkata," Wahai Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman dan jauhkanlah aku dan keturunanku daripada menyembah berhala"(Surat Ibrahim: 35)

رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي

"Ya Tuhanku, jadikanlah aku orang-orang yang mendirikan shalat dan juga daripada keturunanku."(Surat Ibrahim: 40)

عن ابن عباس قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ما ولدنى من سفاح اهل الجاهلية شئ ما ولدنى الا نكاح كنكاح الاسلام

Dari Ibnu Abbas berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sedikitpun aku tidak dilahirkan dari perzinahan orang-orang ahli Jahiliyah dan tidak pula aku dilahirkan kecuali dengan nikah seperti nikahnya Islam." (Riwayat Imam Baihaqi dalam Sunan Al-Kubra nmr. 3223)

Dan Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam pasti tahu itu. Makanya pas jawaban pertama tadi, cuman bapak si penanya aja yang masuk neraka, kata Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam.

W*h*b*: Lalu kenapa yang kedua kalinya Rasul menjawab bapak Rasul juga masuk neraka?

Juragan: Itulah baiknya hati Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau tidak ingin si penanya sedih dan kecewa dengan jawabannya. Terlebih si penanya adalah orang pelosok, lemah iman, susah paham dan gampang kembali pada kemurtadan. Takutnya dikasih tau begitu, keluar pula dia dari Islam, eyah khan??! karena terlalu sedih dan kecewa dengan agama barunya. Maka Rasul mensamarkan jawabannya yang kedua dengan mengatakan bapaknya juga masuk dalam neraka. Inilah yang dimaksud dengan tawriyah (menampakkan kalam namun tidak sesuai dengan apa yang ada di hati). Agar jawaban menjadi kabur antara bapak kandung dengan bapak dalam artian paman. Sebab orang Arab menyebut paman ('ammu) juga dengan bapak (abu). Itulah yang dimaksud Imam Nawawi dalam kalamnya:

هُوَ مِنْ حُسْن الْعِشْرَة لِلتَّسْلِيَةِ بِالِاشْتِرَاكِ فِي الْمُصِيبَة

"…ia daripada bentuk luwesnya pergaulan (Rasulullah) untuk menghibur (si penanya) dengan mengatakan sama-sama tertimpa musibah."

Coba simak perkataan Imam Suyuthi radhiyallahu 'anhu: Aku telah menyelami dengan semua bacaan maka aku mendapati bhw semua ibu para Nabi adalah wanita2 yg beriman, maka lebih pastilah lagi ibunya Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam juga wanita yg beriman. (Imam Suyuthi, Abawai Rasulillah fil Jannah hal. 29)

Akhirnyan sebuah prosa dari Juragan…
Wahai kaum yang mengkafirkan Ayah Ibu Rasul Junjungan…
Terpulang kepada engkaulah…
Aku sudah memberikan dalil-dalil yang nyata…
Bahwa Abdullah dan Aminah adalah orang-orang yang beriman
Sementara engkau ragu tentang mereka…
antara kafir dan beriman…
Sungguh engkau berada di pertengahan…

Jika engkau adalah seorang yang adil…
Maka engkau setidaknya mengambil jalan pertengahan…
Tidak mengimankan dan tidak pula mengkafirkan…alias diam…

Jika engkau adalah seorang yang baik…
Maka engkau akan selalu pasang sikap husnuzhon kepada siapapun…
Terlebih kepada ayah ibu Rasul Junjungan

Tetapi jika engkau lebih tetap memilih untuk berjiwa kerdil…
Maka silahkan engkau lanjutkan…di sana-sini akan pengkafiran…
Adapun aku dan semua yang menonton…
Hanya bias terdiam…
Menyaksikan sebuah keluguan orang-orang yang tak berakal…

Yah…jika bandelnya sudah parah sedemikian…
Lebih baik kamu menjadi orang yang tak berakal…
Agar kelak, segala perkataan dan perbuatan…
tidak dimintai pertanggung jawaban…
Wassalam


Disarikan dari kitab Al-Imam Al-Hafizh Al-Mufassir Al-Muhaddits Ash-Shufi Imam Suyuthi radhiyallahu 'anhu wa ardhahu At-ta'zhim wal Minnah
Fii Anna Abawai Rasulillah fil Jannah cet. Dar Jawami' Al Kalim Kairo dari halaman 48-54.


Wallahu a'lam bish-shawab…
Al-faqir ila 'afwi Rabbih
Juragan El-d'roy


Note: Lalu mengapa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tidak diizinkan Allah untuk mendoakan ibunya? Silahkan simak pada tulisan saya berikut ini: http://sufimedan.blogspot.com/2010/12/kenapa-rasulullah-dilarang-allah-untuk.html?showComment=1300700882618#c4529851704517113650

Share

posted under |

13 comments:

Anonim mengatakan...

Maka sesungguhnya mereka itu (kaum bapak si penanya), telah sampai dakwah Ibrahim kepada mereka dan dakwah nabi-nabi yang lain.

? Apakah ayah nabi Muhammad tidak sampai dakwah nabi Ibrahim kepadanya ? karna bapak si penanya dgn ayah Nabi Muhammad pasti sejaman ?

? Apakah berarti Nabi hanya berdusta untuk menyenangkan si penanya ? Bapak penanya di neraka sedang bapak nabi Muhammad di surga?.

? adakah dalil yg shoheh bahwa ayah nabi Muhammad di surga, sebagaimana dijaminkan pada 10 sahabat yg masuk surga?

...semua ibu para Nabi adalah wanita2 yg beriman.... "Bagaimana dg bapaknya?" termasuk Bpk Nabi Ibrahim ? Bpk nabi Muhammad?

Saya hanya orang bodoh dan ingin jawaban dengan dalil yg shoheh, bukan asal dalil. Terima kasih.

abu hanan mengatakan...

1.maka kita harus lebih teliti memahami..apakah dakwah nabi ibrahim yg sampai pada bapak beliow2 itu utuh atau berkurang?mengingat paganism saat itu adalah dominan

2.uda terjawa diatas.

3.gak ada keterangan ttg surga bagi bapak beliau kecuali nash hadits diatas..meski demikian jika tidak ada dalil ttg surga apakah kita akan menghakimi bapak beliau di neraka?sedangkan kita gak punya data lenghkap biografi sebenarnya dari bapak nabi muhammad.

4.wassalam

Anonim mengatakan...

Mari kita dengar doa-doa Ibrahim 'alaihissalam atas keturunannya yang insya Allah maqbul.


وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الأصْنَامَ

"Dan ketika Ibrahim berkata," Wahai Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman dan jauhkanlah aku dan keturunanku daripada menyembah berhala"(Surat Ibrahim: 35)

>> apakah ayat tersebut msh kurang jelas?
bahwa nabi Muhammad adalah termasuk keturunan Nabi Ibrahim.
brrti ayahnya Nabi Muhammad (Abdulloh) dan kakeknya Nabi Muhammad (Abdul Mutholib) terus sampai ke Nabi Ismail (sbg keturunan pertama Nabi Ibrahim) tidak mungkin menyimpang dan menyembah berhala.

Aswaja Wahabib mengatakan...

Saya baru tau rupanya Abu Lahab, Abu Thalib, Abu Jahal, Cs. itu bukan orang Quraisy alias bukan keturunannya Nabi Ibrohim alaihi salam. Mungkin mereka itu pendatang dari Indonesia (orang-orang aswaja) yang menetap di sana kali, ya.

Terima kasih Gan infonya. Lumayan buat koleksi pengetahuan.

Anonim mengatakan...

abu jahal, abu lahab jelas dari nama laqobnya saja sudah kafir diabadikan dalm Quran lagi, ni baru bener tapi Kalo Abdullah dan Aminah jelas dari namanya saja sudah Mulia dan tidak dicemarkan dalam Alquran mereka beriman ni bisa difamami bijak oleh orang beriman pula terutama ajaran aswaja yang tidak hanya di Indonesia tapi hidup mendunia Amin .

Anonim mengatakan...

anonim
adakah dalil yg shoheh bahwa ayah nabi Muhammad di surga, sebagaimana dijaminkan pada 10 sahabat yg masuk surga?

...semua ibu para Nabi adalah wanita2 yg beriman.... "Bagaimana dg bapaknya?" termasuk Bpk Nabi Ibrahim ? Bpk nabi Muhammad

jawab

2 dalil sudah saya sebutkan sebelumnya dan yg ke-3 adalah dalil sejarah nabawiyah

3. DALIL SEJARAH SIRAH NABAWIYAH
Aminah binti Wahb ibunda Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa sallam bercerita bahwa ketika ia mengandung Nabi Muhammad, ia bermimpi didatangi seseorang dan berkata : “ Sesungguhnya engkau telah mengandung pemimpin umat ini, maka jika sudah lahir ke muka bumi ini, ucapkanlah :“ AKU MEMINTA PERLINDUNGAN UNTUKNYA (NABI SAW) KEPADA TUHAN YG MAHA TUNGGAL dari keburukan semua pendengki, dan beri ia nama Muhammad ( sirah ibnu ishaq/ibnu hisyam jil.1 hal 130)

3.1. Ketika aminah mengandung rasulullah saw ia melihat SEBERKAS SINAR (mu’jizat dari Allah swt) KELUAR DARI PERUTNYA dan dengan sinar tersebut ia bisa melihat istana-istana busra disyam. ( sirah ibnu ishaq/ibnu hisyam jil.1 hal 130 dan 135)

3.2. Ibunda rasulullah saw Aminah berkata : Demi Allah aku belum pernah melihat kandungan yg lebih ringan dan lebih mudah dari dia (nabi saw) ( sirah ibnu ishaq/ibnu hisyam jil.1 hal 135)

Lah….katanya musryik atau kafir atau penyembah berhala… kok… disuruh minta perlindungan kepada Tuhan yang Maha Tunggal ??

KATANYA MUSRYIK.... KOK ALLAH MEMBERI AMINAH MUKJIZAT/KAROMAH

3.3. Dalam perang hunain nabi saw bersabda : AKU SEORANG NABI TIDAK BERDUSTA DAN AKU CUCU ABDUL MUTHALIB
(sirah nabawiyah ibnu hisyam dan riwayat kehidupan nabi saw oleh HMH al-hamid al-husaini hal 691)

Peristiwa yg sama diatas juga diriwayatkan oleh imam Bukhari-Muslim, Ahmad dan Tirmidji

حَدَّثَنَا أَبُو الْوَلِيدِ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ قِيلَ لِلْبَرَاءِوَأَنَا أَسْمَعُ أَوَلَّيْتُمْ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ حُنَيْنٍ فَقَالَ أَمَّا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَا كَانُوا رُمَاةً فَقَالَ أَنَا النَّبِيُّ لَا كَذِبْأَنَا ابْنُ عَبْدِ الْمُطَّلِبْ

Telah menceritakan kepada kami Abul Walid Telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Abu Ishaq, ditanyakan kepada Al Barra' -dan saya mendengar langsung- apakah engkau melarikan diri bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pada perang hunain? Barra' menjawab; "Adapun Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau pantang melarikan diri dan berujar; "AKU NABI YANG TIDAK PERNAH BERDUSTA, AKU ANAK (cucu) ABDUL MUTHTHALIB’.
(HR bukhari no 3973 dan 3974 HR. muslim no 3325, 3326 dan 3327 HR. Tirmidji no 1611 musnad ahmad 17738, 17745, 17807 dan 17957 ) no hadist versi 9 kitab imam hadist

Apakah mungkin nabi membanggakan kakeknya Abdul muthalib jika kakeknya adalah seorang kafir atau musryik ??

Apakah diterima akal Nabi saw menyebut dan membanggakan nama kakeknya pada saat melawan orang kafir, jika ternyata kakeknya adalah kafir ?? . Pikirkanlah wahai orang-orang yg berakal

Bukti-bukti Dalam fakta sejarah dan hadist shahih tersebut, jelas menunjukkan BAHWA IBUNDA dan KAKEK NABI SHALLAHU A’ALIHI WA SALLAM ADALAH ORANG YANG BERIMAN KEPADA ALLAH TA’ALA.

Anonim mengatakan...

anonim (21 maret 2011)

adakah dalil yg shoheh bahwa ayah nabi Muhammad di surga, sebagaimana dijaminkan pada 10 sahabat yg masuk surga?

...semua ibu para Nabi adalah wanita2 yg beriman.... "Bagaimana dg bapaknya?" termasuk Bpk Nabi Ibrahim ? Bpk nabi Muhammad?

Saya hanya orang bodoh dan ingin jawaban dengan dalil yg shoheh, bukan asal dalil. Terima kasih

jawab

1. Nash Al-Quran
إِنَّما يُريدُ اللهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَ يُطَهِّرَكُمْ تَطْهيراً

Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bait, dan menyucikan kamu sesuci-sucinya.(QS. Al-ahzab 33)

KETERANGAN
Ketika ayat ini turun maka nabi saw memanggil SEMUA KETURUNAN BELIAU SAW YANG MASIH HIDUP( Fatimah ra, hasan ra dan husein ra ) dan menantu beliau saw sayidina Ali ra. Beliau saw menyelimuti mereka Dan seraya berdoa kepada Allah agar mensucikan keturunan nabi saw dan sayidina Ali ra. Hadist ini terkenal dengan hadist Al-Kisa ( selimut) dan hadistnya shahih.

2. DALIL HADIST TENTANG KEMULIAAN DAN KEUTAMAAN ORANG TUA DAN KAKEK NABI SAW
Benarkah hanya 4 (empat) org manusia diluar nabi saw yang suci/maksum ??
Benarkah ke-4 orang tersebut ahlul bait nabi saw yg paling utama dan paling mulia ???

Ternyata ke-4 orang ( Fatimah Ra, Hasan RA , Husein RA dan Ali RA ) dalam hadist al-kisa bukanlah ahlul bait nabi saw yg paling mulia atau sebaik-baik ahlul bait nabi saw . Ahlul bait nabi saw yg paling mulia atau sebaik-baik ahlul bait adalah ayahanda , kakek dan nenek nabi saw.

Anonim mengatakan...

Sebagaimana nabi saw bersabda :
مسند أحمد ١٣٠٩: حَدَّثَنَا وَكِيعٌ حَدَّثَنَا نَافِعُ بْنُ عُمَرَ وَعَبْدُ الْجَبَّارِ بْنُ وَرْدٍ عَنِ ابْنِ أَبِي مُلَيْكَةَ قَالَ قَالَ طَلْحَةُ بْنُ عُبَيْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُ
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ نِعْمَ أَهْلُ الْبَيْتِ عَبْدُ اللَّهِ وَأَبُو عَبْدِ اللَّهِ وَأُمُّ عَبْدِ اللَّهِ

2.1. Telah menceritakan kepada kami Waki’ telah menceritakan kepada kami Nafi’ bin ‘Amru dan Abdul Jabbar bin Al Ward dari Ibnu Abu Mulaikah berkata; Thalhah bin Ubaidullah radliallahu ‘anhu berkata; saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “SEBAIK-BAIK AHLUL BAIT ADALAH ABDULLAH (ayahanda nabi saw), ABU ABDULLAH DAN UMMU ABDULLAH (kakek dan nenek nabi saw).” (Musnad Ahmad 1309, 1310 dan 16710)

Dan silahkan kita hubungkan hadist ini, dengan ayat surah al-ahzab 33, Apakahada hubungannya atau tidak ?? Apakah ayat al-ahzab 33 dengan hadist kemuliaan ortu dan kakek nabi saw saling berhubungan atau tidak ??putuskanlah sendiri wahai saudaraku ??

syaidina ali ra, fatimah ra, hasan dan husein adalah manusia-manusia suci yg dijamin surga oleh Allah SWT.yg berasal dari ahlul bait nabi saw. padahal nabi saw dalam hadist ahmad mengatakan ahlul bait nabi saw yg paling mulia atau sebaik-baik ahlul bait nabi saw adalah abdullah, abu abdullah dan ummu abdullah (kakek dan nenak nabi saw).

artinya : kalo ahlul bait yg dalam hadist al-kisa saja disucikan oleh Allah dan dijamin masuk surga APALAH LAGI AHLUL BAIT YG LEBIH MULIA DAN UTAMA DARI SYAIDINA ALI RA, FATIMAH RA,HASAN RA DAN HUSEIN RA. PASTILAH MEREKA LEBIH BERHAK LAGI. SEBAB KEDUDUKAN MEREKA LEBIH UTAMA DAN SEBAIK-BAIK AHLUL BAIT. BEGITULAH HADIST MUSNAD AHMAD MENJELASKANNYA DAN MENURUT SAYA INI ADALAH LOGIKA YG AMAT SEDERHANA BAGI ORANG YG BERAKAL

Muslim Funky mengatakan...

Menurut syariat Islam jumlah Nabi ada 124.000 orang, sedangkan jumlah Rasul ada 312 orang berdasarkan hadits riwayat At-Turmudzi:

Dari Abi Zar ra bahwa Rasulullah SAW bersabda ketika ditanya tentang jumlah para nabi, “(Jumlah para nabi itu) adalah seratus dua puluh empat ribu (124.000) nabi.” “Lalu berapa jumlah Rasul di antara mereka?” Beliau menjawab, “Tiga ratus dua belas (312)” [Hadits Riwayat At-Turmuzy]

Menurut Al-Qur’an Allah swt telah mengirimkan banyak nabi kepada umat manusia.

apakah ada diantara mereka sekian banyak Nabi dan Rasul yang datang di antara masa Nabi Isa as dengan Rasulullah Muhammad Saw dan adakah mereka menyampaikan pesan tauhid kepada kakek nenek Rasulullah Muhammad Saw?

apakah ada hadist tentang hal tsb?

mas mas muslim mengatakan...

Beda pendapat bolah. Asal jng saling mngkafirkn... mmberi label wahabi atau salafi.. karena pemberi label justru jadi seperti anak kecil yg kalah debat dg teman ny lalu berkata kata yg tidak sopan.. cukuplah berkata : pendapat kita berbeda, yg pntg dasarnya adalah hadist yg shoheh dan dg pndapat kita, kita mnjadi lebih bertakwa dan lebih banyak beramal sholeh...

Unknown mengatakan...

Yuk lurus kan niat,,bersatu dengan tali ALLAH SWT,,laillahaillaulloh,,,nabi muhamad SAW ,,,tidak pernah mengajar kan yg sia2,,,apakah yg kita dpt dari menjelek jelek kan orang tua nabi MUHAMAD SAW,,,istighfar,,,tolong kita bareng2 mengkaji hadist yg membawa manfaat,,,rosululloh tidak mencontoh kan berpecah bellah,,ALLAH YG MAHA BENAR,,ALLAH MAHA BESAR,,SOLAWAT UNTUK NABI MUHAMAD SAW

Anonim mengatakan...

Mudahnya begini saja, daripada menimbulkan pertentangan karena masalah pemahamanan.

Kamu anggap saja hadits tersebut di-atas adalah palsu, habis perkara.

Msa Channel mengatakan...

Jadilah orang agak berintelektual jangan hanya berdiri di atas 1 hadist saja trus ambil makna/artian si anu kafir si anu dineraka karena 1 hadist, hadist itu ada banyak harus dipahami keterkaitan antara hadist a, b, c

Kalau mau telan mentah2 saja
Bagaimana kalau ente telan mentah2 saja 1 bacaan ini tasyahud akhir
Berikan rahmat , limpahkan berkah kepada muhammad dan keluarganya

Apa abu lahab keluargany bukan , apa aminah dan abdullah keluarganya bukan ?.
Kalau kalian merasa benar dengan pendirian kalian mending tidak usah baca tasyahud akhir lagi mulai skrg krna kalian hanya menelan 1 artian tanpa keterkaitan makna yg 1 dengan yg lainny

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Powered by. Ryosatura. Diberdayakan oleh Blogger.

Cari Topic

Jika kamu ingin tahu kedudukanmu di sisi Allah maka lihatlah kedudukan Allah di hatimu!

Tasawuf itu ihsan

Saudara-saudaraku yang budiman, jangan tertipu oleh dakwaan sebahagian orang bahwa tasawuf tidak ada di dalam alquran. Tasawuf itu ada di dalam alquran, hanya saja ia tersirat. Sebagaimana tersiratnya dilalah-dilalah hukum di balik nash-nash alquran begitu pula isyarat-isyarat tasawuf banyak tersembunyi di sebalik lafazh-lafazh alquran. Bukan ianya hendak disembunyikan Allah dari semua orang, tetapi agar ada usaha dan upaya untuk melakukan penggalian terhadap sumber-sumber ilahiyah yang dilakukan oleh jiwa-jiwa yang intibah. Di situlah akan muncul ijtihad dan mujahadah yang mengandung nilai-nilai ibadah (wa ma kholaqtul jinna wal insa illa liya'buduni).

Tasawuf itu akhlaq (innama bu'itstu li utammima makarimal akhlaq); berusaha mengganti sifat-sifat madzmumah (takhalli) dengan sifat-sifat mahmudah (tahalli). Kedua proses ini sering disebut dengan mujahadah. Para Rasul, Nabi, dan orang-orang arif sholihin semuanya melalui proses mujahadah. Mujahadah itu terformat secara teori di dalam rukun iman dan terformat secara praktek di dalam rukun Islam. Pengamalan Iman dan Islam secara benar akan menatijahkan Ihsan. Ihsan itu adalah an ta'budallaha ka annaka tarah (musyahadah), fa in lam takun tarah fa innahu yarok (mur'aqobah). Ihsan inilah yang diistilahkan dengan ma'rifat. Ma'rifat itu melihat Allah bukan dengan mata kepala (bashor) tetapi dengan mata hati (bashiroh). Sebagaimana kenikmatan ukhrowi yang terbesar itu adalah melihat Allah, begitu pula kenikmatan duniawi yang terbesar adalah melihat Allah.

Dengan pemahaman tasawuf yang seperti ini, insya Allah kita tidak akan tersalah dalam memberikan penilaian yang objektif terhadap tasawuf. Itulah yang dimaksud oleh perkataan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah; "Dan kami tidak mengingkari tarekat sufiyah serta pensucian batin daripada kotoran-kotoran maksiat yang bergelantungan di dalam qolbu dan jawarih selama istiqomah di atas qonun syariat dan manhaj yang lurus lagi murni." (Al Hadiah As-Saniyah Risalah Syaikh Abdullah bin Muhammad bin Abd. Wahhab hal.50 dalam kitab Mauqif A'immah Harakah Salafiyah Cet. Dar Salam Kairo hal. 20).

Adapun praktek-praktek yang menyimpang dari syariat seperti perdukunan, zindiq, pluralisme, ittihad dan hulul yang dituduhkan sebahagian orang; itu adalah natijah daripada tasawuf, maka itu tidak benar, sangat jauh dari apa yang diajarkan oleh tokoh-tokoh sufi; Imam Junaid Al-Baghdadi, Imam Ghazali, Imam Ibnu Arabi, Imam Abd. Qadir Al-Jailani, Imam Abu Hasan Asy-Syadzili, Imam Ibnu Atho'illah As Sakandari, Imam Sya'roni, Imam Suyuthi, Syaikh Abdul Qadir Isa dan imam-imam tasawuf lainnya qaddasallahu sirrahum.

Tasawuf juga adalah suatu ilmu yang membahas jasmani syariat dari sisi lain. Sisi lain yang dimaksud adalah sisi ruhani. Kalau fiqih membahas syariat dari sisi zhohir, maka tasawuf dari sisi batin. Sholat misalkan, ilmu tentang rukun, syarat dan hal-hal yang membatalkan sholat itu dibahas dalam ilmu fiqih. Adapun ilmu tentang khusyu' hanya dibahas dalam ilmu tasawuf. Wallahu a'lam.

free counters
bloggersumut.net
Blog ini ada di Komunitas Blogger Indonesia -AntarBlog-

Mengenai Saya

Foto saya
Al-faqir dilahirkan di sebuah kota kecil Pangkalan Berandan Kab. Langkat Sumatera Utara. Di kota kecil ini minyak bumi pertama sekali ditemukan di Indonesia (tepatnya di desa Telaga Said). Saat ini al-faqir sedang menempuh pendidikan di Universitas Al Azhar Kairo Fakultas Syariah wal Qanun. Blog ini merupakan sebagai sarana saja bagi saya untuk sharing bersama teman-teman, silaturahmi dan menambah wawasan. Hehe jangan tertipu dengan nama blog "Sufi Medan" karena ini hanya nama blog saja, adapun si empunya sendiri bukanlah seorang sufi, hanyasaja mencintai orang2 sufi. Sufi adalah gelar yang hanya diberikan untuk orang-orang yang mengamalkan ajaran-ajaran Tasawuf dengan benar. Tentunya di sana sini masih banyak kekurangan, al-faqir sangat mengharapkan perbaikan dari Teman-teman semuanya. Saran dan masukan sangat saya nantikan. Dan bagi siapapun yang ingin menyebarkan artikel2 dalam blog ini saya izinkan dan saya sangat berterima kasih sudah turut andil dalam mengajak saudara-saudara kita kepada kebaikan dan yang ma'ruf. Terima kasih sudah berkunjung di blog orang miskin. Moga Allah senantiasa memberkahi dan melindungi Teman-teman semuanya. Billahi taufiq, wassalamu'alaikum.

Followers


Recent Comments